Jumat, 03 Februari 2012


INTISARI


Angka kematian di Indonesia masih tinggi, menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut data laporan terpadu PWS KIA Puskesmas Pasar Sabtu pencapaian pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2010 sebanyak 206 orang (65,4%) dari target 315 orang (90%) yang berarti masih dibawah target yang ditetapkan. Sedangkan yang ditolong oleh dukun kampung 86 orang (27,3%).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten HSU tahun 2011.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan populasi semua ibu hamil yang berada pada trimester II dan III di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu, teknik pengambilan sampel yaitu sampel jenuh dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, jumlah sampel yang diambil adalah seluruh jumlah dari populasi yaitu sebanyak 82 orang ibu hamil sebagai obek penelitian.
Hasil penelitian ini didapatkan ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan 82 ibu hamil, didapatkan yang memilih dukun beranak sebanyak 37 (45,1%), pengetahuan baik 56 orang (68,0%), sikap positif 54 (66,0%).
Kesimpulan penelitian jumlah yang ditolong oleh dukun (45,1%), pengetahuan baik (68,0%) dan sikap positif (38,9%).
















BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kondisi kesehatan ibu dan anak di Indonesia saat ini masih sangat penting untuk ditingkatkan serta mendapat perhatian khusus. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup berarti ada 9,774 ibu meninggal pertahun atas 1 ibu meninggal tiap jam akibat kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes, 2009).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia. Kedalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat aborsi terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis (Prawirohardjo, 2006).
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi “Empat Pilar Safe Motherhood”. Dewasa ini, program keluarga berencana - sebagai pilar pertama – telah dianggap berhasil. Namun, untuk mendukung upaya mempercepat penurunan AKI diperlukan penajaman sasaran agar kejadian “4 terlalu” dan kehamilan yang tak diinginkan dapat ditekan serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal – sebagai pilar kedua – cukup baik, yaitu 87% pada 1977 ; namun mutunya masih perlu ditingkatkan terus.Persalinan yang aman – sebagai pilar ketiga – yang dikategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 1997 baru mencapai 60%, untuk mencapai AKI sekitar 200 per 100.000 kelahiran hidup diperlukan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar angka 80%, cakupan pelayanan obstetri esensial sebagai pilar ke kempat-masih sangat rendah dan mutunya belum optimal (Prawirohardjo, 2006).
Pada tahun 2006, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76 % artinya masih ada pertolongan persalinan oleh dukun kampung (Depkes, 2007).
Berdasarkan studi pendahuluan yang didapat dari laporan PWS-KIA yang ada di Puskemas Pasar Sabtu, mencatat bahwa pencapaian pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada PuskemasPasar Sabtu masih dibawah target yaitu tahun 2009 persalinan dengan tenaga kesehatan target 315 orang (80%) dengan hasil cakupan yang dicapai dimana pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 246 orang (78,10 %) dan persalinan yang ditolong oleh dukun kampung 69 orang (22 %).
Pada tahun 2010persalinan dengan tenaga kesehatan target 315 orang (90%) dengan hasil cakupan yang dicapai dimana persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 206 orang (65,4 %) dan persalinan yang ditolong oleh dukun kampung 86 orang (27,3 %).
Berdasarkan wawancara sederhana yang dilakukan pada 10 (100%) orang ibu hamil yang dikunjungi kerumahnya pada tanggal 5 dan 6Desember 2010 di desa Galagah dan Banua Hanyar, untuk tingkat pengetahuan yaitu 2 pertanyaan yaitu apa keuntungan ibu kalau melahirkan dengan bidan dan apa kerugian kalau melahirkan dengan dukun beranak, 9 (90%) orang menjawab tidak tahu dan 1 (1%) orang menjawab benar, dan untuk sikap ditanyakan apakah ibu setuju kalau melahirkan dengan bidan 2 (20%) orang mengatakan kalau tidak setuju kalau melahirkan dengan bidan dengan alasan takut kalau digunting, 2 (20%) orang mengatakan tidak ingin melahirkan dengan bidan dengan alasan takut kalau dibawa ke rumah sakit, 2 (20%) orang tidak setuju kalau melahirkan dengan bidan dengan alasan sudah kebiasaan kalau melahirkan dengan dukun beranak, 1 (10%) orang lainnya tidak setuju kalau melahirkan dengan bidan karena kalau habis diperiksa bidan, bila masih lama ditinggal pulang, 2 (20%) orang lainnya mengatakan juga tidak setuju kalau melahirkan dengan bidan karena takut kalau biayanya mahal, dan 1 (10%) orang mengatakan setuju kalau melahirkan dengan bidan karena mempunyai Kartu JAMKESMES.

B.       Rumusan Masalah
Perbandingan dari tahun 2009 dan 2010 adalah tahun 2009 target persalinan dengan tenaga kesehatan 315 orang (80%), hasil yang dicapai 246 orang (78,10 %) dan persalinan dengan dukunberanak 69 orang (22 %) dan tahun 2010 target persalinandengan tenaga kesehatan 315 orang (90 %), hasil yang dicapai 206 orang (65,4 %) dan yang ditolong oleh dukun beranak 86 orang (27,3 %), dan dari hasil wawancara sederhana dari 10 (100%) orang ibu hamil didapatkan 9 (90%) orang ibu hamil berpengetahuan kurang, 1 (10%) orang berpengetahuan baik, dan 9 (90%) orang bersikap tidak setuju kalau melahirkan dengan bidan dan 1 (10%) orang yang bersikap setuju kalau melahirkan dengan bidan.
Dari rumusan masalah tersebut diatas, maka pertanyaan penelitian adalah “Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011”.

C.      Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengidentifikasi jumlah ibu hamil yang memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011.
b.      Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011.
c.       Mengidentifikasi sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011.


D.      Manfaat Penelitian
1.      Bagi Responden
Diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik pada ibu-ibu hamil tentang pentingnya kalau melahirkan dengan pertolongan bidan.
2.      Bagi Peneliti
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan motivasi yang lebih baik lagi agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan di masyarakat.
3.      Bagi Instansi / Pengelola KIA
Diharapkan dapat menambah sumber informasi dalam meningkatkan cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terutama dalam wilayah Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara.

E.       Keaslian Penelitian
Penelitian serupa sudah pernah dilakukan oleh Hariyati (2005) dengan  judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Bersalin Memilih Tenaga Penolong Persalinan dengan Tenaga Kesehatan di kecamatan Sungai Durian tahun 2005. Perbedaan dengan penelitian terdahulu dengan sekarang adalah berbeda pada variabel penelitian yaitu pengetahuan dan sikap ibu serta tenaga penolong persalinan. Juga berbeda tempat penelitian yaitu wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten HSU.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Tinjauan Teori
1.         Ibu Hamil
Definisi : masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke 2, bulan ke 4 sampai 6 bulan, triwulan 3 dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Sarwono, 2006).
Ibu hamil dapat memeriksa kehamilannya pada dokter ahli kebidanan, dokter ahli lain, dokter umum, bidan, perawat dan dukun terlatih dalam satu komunitas seperti di Indonesia ada pusat-pusat kesehatan Puskesmas dan KIA-nya dimana seorang ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya (Mochtar, 1998).
Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil (Mochtar, 1998) :Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nipas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
Tujuan khusus adalah :
a.         Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nipas.
b.        Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
c.         Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
d.        Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan dan laktasi.
Jadwal pemeriksaan kehamilan :
a.         Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan.
b.        Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan.
c.         Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
d.        Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
e.         Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.
Beberapa istilah yang dipakai untuk pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah :
a.         Antenatal care adalah pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak.
b.        Prenatal care adalah pengawasan pra-kelahiran.
c.         Antepartal care adalah pengawasan sebelum bersalin, lebih ditujukan pada keadaan ibu.
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T” (Sarwono, 2006):
a.         (Timbang) berat badan
b.        Ukur (Tekanan) darah
c.         Ukur (Tekanan) fundus uteri
d.        Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
e.         Pemberian tablet zat besi, minum go tablet selama kehamilan
f.         Tes terhadap penyakit menular seksual
g.        Tenu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

2.         Tenaga Pertolongan Persalinan
Dalam program KIA tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat digolongkan menjadi 3 yaitu (Yulifah, 2009) :
a.         Tenaga professional, meliputi dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat.
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (registrasi) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (standar profesi bidan 2007).
Bidan diakui sebagai tenaga kerja professional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi, asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasipada ibu dan anak dan akses bantuan media atau bantuan orang lain yang sesuai serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan dilapangan masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan, oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :
1.        Pencegahan infeksi
2.        Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
3.        Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
4.        Melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD)
5.        Memberikan infeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
b.        Dukun  bayi terlatih, meliputi dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan dari tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
c.         Dukun bayi yang tidak terlatih meliputi dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Dukun bayidalam beberapa budaya (kultur), dukun bayi diartikan sebagai seorang wanita yang memiliki pengaruh besar di masyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi (Yulifah, 2009).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh sesorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan bisaanya sudah berumur ± 40 tahun ke atas (Prawirohardjo, 2005).
Faktor-faktor penyebab mengapa masyarakat lebih memilih penolong bersalin dengan tenaga non medis (Internet). Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan non medis dari pada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1.        Kemiskinan
Tersedianya berbagai jenis pelayanan public serta persepsi tentang nilai dan mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan atau tidak, bisaanya perempuan memilih berdasarkan penyedia layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.
2.        Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman.


3.        Kultur budaya masyarakat
Masyarakat kita terutama di pedesaan masih percaya kepada dukun beranak dari pada kepada bidan apalagi dokter, rasa takut masuk rumah sakit masih melekat pada kebanyakan kaum perempuan, walaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia.
Masalah yang dapat ditimbulkan apabila persalinan ditolong oleh non medis antara lain karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi, pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan tidak dapat dilakukan.
Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak terjenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi baru lahir dengan mulut).
Layanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan non medis, misalnya :
1.        Dukun mau mendatangi setiap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
2.        Dukun mematok harga murah, kadang bisa disertai atau diganti dengan sesuatu barang misalnya beras, kelapa dan bahan dapur lainnya.
3.        Dukun beranak dapat melanjutkan layanan L-44 hari pasca melahirkan dengan sabar memanjakan ibu dan bayinya misalnya dia mencuci dan membersihkan ibu setelah melahirkan.
4.        Dukun menemani anggota keluarga agar bisa beristirahat da memulihkan diri, sebaliknya bidan seringkali tidak bersedia saat dibutuhkan atau bahkan tidak mau datang saat dipanggil.
Kerjasama antara bidan dan pemerintah dengan tenaga kesehatan non medis sangat diperlukan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, kerjasama yang bisa dilakukan seperti misalnya dalam pemberian pelatihan kepada para tenaga kesehatan non kesehatan atau keikutsertaan pemerintah sangat penting untk menunjang suksesnya pelatihan dengan pemberian bantuan alat-alat untuk menolong persalinan seperti gunting tali pusat, sehingga infeksi saat pemotongan tali pusat bisa diturunkan.
Persalinan
Definisi persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2007).
Persalinan adalah suatu proses pengluaran hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 1998).
Persalinan dapat pula dimulai (Induction of labor) misalnya :
1.        Merangsang pleksus frankenhauser dengan memasukkan beberapa gagang lami naria dalam kanalis servikalis.
2.        Pemecahan ketuban.
3.        Penyuntikan oksitosin (sebaiknya dengan jalan infus intravena).
Tanda-tanda in-partu (Mochtar, 1998):
1.        Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2.        Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3.        Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4.        Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan ada pembukaan.
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :
1.        Kekuatan mendorong janin keluar (power)
His (kontraksi uterus)
Kontraksi otot-otot dinding perut
Kontraksi diafragma
2.        Faktor janin
3.        Faktor jalan lahir.


Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
Kala I       :    Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm
Kala II     :    Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
Kala III    :    Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV    :    Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam.

3.         Pengetahuan
a.         Pengertian
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya, sedangkan ilmu (Science) bukan sekedar menjawab “What”, melainkan akan menjawab pertanyaan “Why” dan “How”. Misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi (Notoatmodjo, 2005).
Menurut (Taufik, 2007) pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan lain sebagainya).
b.        Berbagai cara memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005) dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1)   Cara tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis, cara-cara penemuan pengetahuan pakla periode ini antara lain meliputi :
a)        Cara coba-salah (Trial and Error)
Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan, pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba.
b)        Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupann manusia sehari-hari, banyak sekali kebisaaan-kebisaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak, kebisaaan-kebisaaan ini bisaanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya mengapa harus ada upacara selapanan dan turun tanah bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor dan sebagainya.
c)        Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memacahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
d)       Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya, dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetauan manusia telah meggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi maupun deduksi.
Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang ditemukan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui penyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada khusus.
2)   Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Research methodology).
Secara garis besarnya tingkat pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat, yaitu :
a.         Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti dan sebagainya.
b.        Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.
c.         Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan ditempat ia bekerja atau dimana saja.
d.        Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui, indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.


e.         Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.         Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Lukman, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu (Internet) :
a.    Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secapat seperti ketika berumur belasan tahun.
Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur, dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pad unsur-unsur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
b.    Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dan situasi baru.
c.    Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang (Nasution, 1999).
d.   Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e.    Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2005) adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
Menurut Wied Hary A (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya.
f.     Informasi
Menurut Wied Hary A (1996), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah  tetapi jika ia mendapatkan informasi yng baik dari berbagai media misalnya TV, Radio, atau Surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g.    Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2005).
                   Kategori Pengetahuan :
Menurut (Nursalam, 2003) mengemukakan bahwa skor yang ser:ing digunakan untuk mempermudah dalam mengkategorikan jenjang/peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan dalam prosentase :
a.    Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %
b.    Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %
c.    Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 56 %.
Pengukuran Pengetahuan :
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan  dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2005).

4.         Sikap
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Compbell (1950) dalam Notoatmodjo ( 2005) mendefinisikan sangat sederhana yakni : “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object” Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.
New comb, salah seorang ahli psikologi sosial dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi prilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
Hubungan Sikap dan Tindakan
Reaksi Terbuka
(Tindakan)
Stimulus
(Rangsangan)
Proses
Stimulus

Stimulus
(Rangsangan)
 







Gambar :2.1. Hubungan Sikap dan Tindakan

Komponen pokok sikap :
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
a.         Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek, sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta.
b.        Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
c.         Kecendrunga untuk bertindak (lend to behave). Artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka, sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berprilaku terbuka (tindakan).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total allitude) dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005).
a.         Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
b.        Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c.         Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

d.        Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya resiko lain.
Pengukuran Sikap
Menurut Riduwan (2003), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau dialaminya, beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut:
1.        Pernyataan positif :
a.         Sangat setuju                      : SS    = 4
b.        Setuju                                  : S      = 3
c.         Tidak setuju                        : TS    = 2
d.        Sangat tidak setuju             : STS  = 1
2.        Pernyataan negatif :
a.         Sangat setuju                      : SS    = 1
b.        Setuju                                  : S      = 2
c.         Tidak setuju                        : TS    = 3
d.        Sangat tidak setuju             : STS  = 4
Berdasarkan interpretasi skala sikap diatas, dapat dikategorikan mempunyai sikap (Azwar. S, 2002) adalah :
a.         Positif, jika skor ≥ mean
b.        Negatif, jiak skor <mean.

B.       Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Singkatnya kerangka konsep membahas saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Sekaran, 2006) dalam buku A. Aziz Alimul Hidayat (2007).
Kerangka Konsep Dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel penelitian
PENGETAHUAN
SIKAP

DALAM MEMILIH TENAGA PENOLONG PERSALINAN
 






Gambar. 2.2. Kerangka Konsep





BAB III
METODE PENELITIAN

A.       Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011.

B.       Populasi dan Sampel
1.         Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada pada Trimester II dan Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011 yang jumlah populasinya adalah 82 orang ibu hamil.
2.         Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan.Objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus (Setiawan, 2010).
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester II dan trimester III yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011, dengan alasan dalam memilih tenaga penolong persalinan dilakukan pada trimester II dan trimester III.
Jumlah sampel ibu hamil yang berasal dari 17 desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu adalah berjumlah 82 orang, pengisian kuesioner pada responden ibu hamil tersebut adalah dengan cara membagi-bagikan kerumah-rumah ibu hamil tersebut.

C.       Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.         Variabel Penelitian
Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain (Notoatmodjo, 2005).
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan.
2.         Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian (Hidayat, 2007).
Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel (Setiawan, 2010).
Tabel 1.1
Definisi Operasional

No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
1.




2.







3.
Memilih tenaga penolong persalinan

Pengetahuan






Sikap
Menentukan orang yang akan menolong persalinannya nanti

Pemahaman ibu hamil tentang jenis tenaga penolong persalinan seperti bidan dan dukun beranak


Respon atau reaksi ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan
Kuesioner dengan 2 pilihan

Kuesioner dengan 10 pertanyaan




Kuesioner dengan 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif
1.      Bidan : 45 orang
2.      Dukun Beranak : 37 orang

1.     Baik = 76-100%
: 56 orang
2.     Cukup = 56-75% : 13 orang
3.     Kurang ≤ 56%
: 13 orang

1.      Positif jika skor ≥ mean
29,9% : 54 orang
2.      Negatif jika skor < mean
29,9% : 28 orang

D.       Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.Kuesioner tersebut dimodifikasi dari penelitian Hariyati(2005), yang berisi 10 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan ibu hamil. Pertanyaan yang dijawab benar diberi nilai 1 dan pertanyaan yang dijawab salah diberi nilai 0. Nilai tertinggi untuk pertanyaan pengetahuan adalah 10, jika semua jawaban responden benar, nilai terendah untuk pertanyaan pengetahuan adalah 0 jika jawaban responden semua salah.
Untuk kuesioner sikap juga terdiri dari 10 pertanyaan tentang sikap ibu hamil dalam memilih tenaga persalinan, pernyataan berupa daftar checklist dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif berjumlah 5 pertanyaan berada pada no 1,2,3,4,5 dan pertanyaan negatif juga berjumlah 5, pertanyaan negatif berada pada no 6,7,8,9 dan 10.

E.       Lokasi dan Waktu Penelitian
1.         Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilkukan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara.
2.         Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan data mulai bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.


F.        Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1.         Prosedur Pengumpulan Data
a.         Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden, dalam hal ini pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan diperoleh melalui kuesioner.
b.        Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dengan cara melihat pada PWS KIA, Kohort ibu hamil dan data tentang gambaran umum tempat penelitian.
2.         Prosedur Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2007) dalam proses pengolahan data terdapat tahapan-tahapan yang harus ditempuh, diantaranya :
a.        Editing
Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh atau yang dikumpulkan dengan cara kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan dan lihat jumlah serta jawaban dari responden.
b.        Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori, dalam kode dibuat juga daftar kode dan artinya yang berguna untuk memudahkan melihat lokasi atau arti kode dari suatu variabel. Pemberian kode pada variabel ibu yang memilih tenaga penolong persalinan dengan tenaga kesehatan diberi kode dengan angka 1 dan ibu yang memilih persalinan tidak dengan tenaga kesehatandiberi kode dengan angka 2. Pemberian kode pada variabel pengetahuan ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan dibuat menjadi 2 kategori dengan menggabungkan kategori yang paling dekat, yaitu pengetahuan baik diberi kode angka 1 dan pengetahuan tidak baik diberi angka 2. Pemberian kode untuk variabel sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan bila ibu bersikap positif diberi kode 1 dan bila sikap negatif diberi angka 2.
c.         Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang sudah dikumpulkan ke dalam tabel frekuensi sederhana untuk memudahkan menghitung dan membaca data penelitian yang sudah dilakukan.
d.        Melakukan Teknik Analisa
Analisa dilakukan dengan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisa, hasil interprestasi data akan disajikan dalam tabel-tabel yang berisi data pengetahuan, data sikap dan data ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan, sehingga akan terlihat bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap responden dalam memilih tenaga penolong persalinan.



G.      Tehnik Analisa Data
Setelah data dikumpulkan melalui kuesioner mengadakan seleksi jawaban yang terkumpul dari setiap responden dan kemudian menstabulasi jawaban. Menghitung data dengan menggunakan presentase dilakukan dengan membagi frekuensi (F) dengan jumlah observasi (N) dan dikalikan 100 %, dan dapat ditulis dengan rumus berikut :


P   =  (F/N) x 100%


Keterangan :
P       =  Jumlah presentase yang dicari
F       =  Jumlah frekuensi jawaban
N       =  Jumlah pertanyaan.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.       Hasil Penelitian
1.    Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a.    Letak Geografis
Puskesmas Pasar Sabtu terletak di desa Banua Hanyar Kecamatan Sungai Tabukan Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan, mempunyai wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu terdiri dari 17 desa yaitu desa Sungai Tabukan, Pematang Benteng Hulu, Pematang Benteng Hilir, Nelayan, Galagah Hulu, Galagah, Teluk Cati, Pasar Sabtu, Banua Hanyar, Hilir Mesjid, Gampa Raya, Sungai Haji, Rantau Bujur Hulu, Rantau Bujur Hilir, Rantau Bujur Tengah, Rantau Bujur Darat, dan desa Tambalang Raya. Semua desa dapat ditempuh dengan roda dua, tetapi dari semua desa ada 3 RT yang hanya dapat ditempuh dengan transportasi air, yaitu desa Rantau Bujur Darat RT IV, Galagah RT IV dan Gampa Raya RT III.
b.    Batas Wilayah
Puskesmas Pasar Sabtu terletak kira-kira 12 Km dari kota Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan keadaan tanah gambut, rawa dan persawahan dengan luas wilayah 32,42 Km dengan batas-batas :
-       Sebelah Barat      : Kecamatan Danau Panggang
-       Sebelah Selatan   : Kecamatan Sungai Pandan-Danau Panggang
-      
34
Sebelah Utara      : Kecamatan Amuntai Selatan
-       Sebelah Timur     : Kecamatan Sungai Pandan-Amuntai Selatan
c.    Jumlah Penduduk
Berdasarkan monografi tahun 2009/2010 jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kecamatan Sungai Tabukan adalah 13,776 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki 6.677 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 7.099 jiwa.
d.   Jumlah Tenaga yang ada di Puskesmas Pasar Sabtu
1.
Dokter Umum
:
1
2.
SMAK
:
1
3.
Sarjana Kesehatan Masyarakat
:
1
4.
Akper
:
8
5.
SPK
:
2
6.
SPKU
:
2
7.
Bidan
:
2
8.
Bidan di desa
:
8
9.
Tenaga Gizi
:
2
10.
Sanitarian
:
1
11.
Farmasi
:
2
12.
Pekerja Kesehatan
:
2
e.    Jumlah Persalinan
Pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 206 orang (65,4%) dan ditolong oleh dukun beranak berjumlah 86 orang (27,3%).

f.     Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Sungai Tabukan yaitu :
-       1 (satu) buah Puskesmas Induk
-       3 (tiga) buah Puskesmas Pembantu
-       8 (delapan) buah Polindes
-       1 (satu) buah mobil Puskesmas Keliling
-       17 (tujuh belas) buah kendaraan roda dua.
g.    Ruang Lingkup Kegiatan Puskesmas
Puskesmas Pasar Sabtu melaksanakan 6 (enam) upaya kesehatan wajib dan 6 (enam) upaya kesehatan pengembangan (UKS, Puskesmas, Gigi, dan Mulut, Laboratorium, Usila serta Upaya Pengembangan Desa Siaga).
2.    Gambaran Umum Hasil Penelitian
a.    Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011

Tingkat Pendidikan
Jumlah (n)
Persentase (%)
Dasar
66
80,4
Menengah
12
14,6
Tinggi
4
5,0
Jumlah
82
100,0
(Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tebel 4.1 diatas terlihat sebanyak 66 orang (80,4%) yang berpendidikan dasar.
3.    Gambaran Khusus Hasil Penelitian
a.    Jumlah Ibu Hamil Yang Memilih Berdasarkan Tenaga Penolong Persalinan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan
Jenis Tenaga penolong Persalinan
di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011

Tenaga Penolong Persalinan
Jumlah (n)
Persentase (%)
Bidan
45
54,9
Dukun Beranak
37
45,1
Jumlah
82
100,0
(Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan sebanyak 37 (45,1%) ibu hamil yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun beranak di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011.
b.    Pengetahuan Ibu Hamil
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011

Tingkat Pengetahuan
Jumlah (n)
Persentase (%)
Baik
56
68,0
Cukup
13
16,0
Kurang
13
16,0
Jumlah
82
100,0
(Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan sebanyak 56  (68,0%) ibu hamil mempunyai pengetahuan yang baik dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Pusekesmas Pasar Sabtu Tahun 2011.
Tabel 4.4
Tabel Silang Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011

Pengetahuan
Jenis Tenaga Penolong Persalinan
n
%
Bidan
Dukun Beranak
n
%
n
%
Baik
38
67,9
18
32,1
56
100,0
Cukup
5
38,4
8
61,6
13
100,0
Kurang
2
15,3
11
84,7
13
100,0
Jumlah
45
54,9
37
45,1
82
100,0
(Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 56 ibu hamil yang berpengetahuan baik, yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun beranak 18 (32,1%). Dan dari 13 ibu hamil yang berpengetahuan cukup sebanyak 8 (61,6%) ibu hamil yang memilih dukun beranak  dan dari 13 ibu hamil yang berpengetahuan kurang  11 (84,7%) ibu hamil yang memilih dukun beranak.
c.    Sikap Ibu Hamil
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Ibu Hamil
Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011

Sikap
Jumlah (n)
Persentase (%)
Positif
54
66,0
Negatif
28
34,0
Jumlah
82
100,0
(Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 54 (66,0%) ibu hamil yang mempunyai sikap positif dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011.
Tabel 4.6
Tabel Silang Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Ibu Hamil
Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011

Pengetahuan
Jenis Tenaga Penolong Persalinan
n
%
Bidan
Dukun Beranak
n
%
n
%
Posiif
33
61,1
21
38,9
54
100,0
Negatif
12
42,9
16
57,1
28
100,0
Jumlah
45
54,9
37
45,1
82
100,0
(Sumber : Data Primer)

Berdasarakan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 54 ibu hamil yang bersikap positif yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun beranak sebanyak 21 (38,9%), dan dari 28 orang ibu hamil yang bersikap negatif sebanyak 16 (57,1%) yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun beranak.

B.       Pembahasan
1.    Jenis Tenaga Penolong Persalinan
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa ibu hamil yang memilih tenaga persalinan dengan dukun beranak sebanyak 37 (45,1%) dan yang memilih bidan sebanyak 45 (54,9%).  
Prawirohardjo (2005), pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh seorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40 tahun ke atas.
Dalam hal ini kemungkinan mengapa ibu-ibu hamil masih percaya kalau melahirkan dengan dukun beranak karena dukun beranak itu mau mendatangi sikap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, mau menunggu dari awal terasa sakit-sakit dalam proses persalinan sampai lahirnya bayi, dukun beranak itu mau mencucikan pakaian yang kotor sehabis persalinan, mau memijat dari hari ke 3, 7, 15 dan hari ke 40, dan juga kalau melahirkan dengan dukun beranak itu biayanya jauh lebih murah.
2.    Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa pengetahuan ibu hamil yang terbanyak yaitu pengetahuan baik 56 (68,0%) ibu hamil.
Pengetahuan (know ledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “what” melainkan akan menjawab pertanyaan “why” dan “how”, misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab  pertanyaan apa sesuatu itu tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi (Notoatmodjo, 2005).
Pada dasarnya pengetahuan ibu-ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu itu sudah berpengetahuan baik dalam memilih tenaga penolong persalinan, karena ibu-ibu hamil tersebut sudah mengetahui kalau melahirkan dengan bidan itu dapat mengetahui secara dini tanda-tanda bahaya pada persalinan, dapat memberikan pertolongan persalinan yang aman dan terhindar dari infeksi dengan cara memperhatikan kebersihan alat, tempat dan bersih penolong.
Berdasarkan tabel silang 4.4 menunjukkan bahwa dari 56 ibu hamil yang berpengetahuan baik sebanyak 18 (32,1%) orang ibu hamil yang memilih persalinannya ditolong oleh tenaga dukun beranak.
Taufik (2007), pengetahuan  merupakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Notoatmodjo (2005), juga mengatakan berbagai cara memperoleh pengetahuan bisa secara tradisional atau non ilmiah antara lain dengan cara coba-salah, cara kekuasaan atau otoritas (kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi) berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran dan juga dapat diperoleh secara modern (lebih sistematis, logis dan ilmiah) yang lebih populer disebut metodologi penelitian.
Ibu-ibu hamil yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun beranak itu karena dukun beranak itu dapat menangani kesulitan dalam persalinan dengan cukup di rumah saja tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Dukun beranak itu bisa langsung memandikan bayinya setelah lahir dengan air, dukun beranak itu bisa mencucikan pakaian yang kotor setelah melahirkan bisa melakukan pelayanan nifas sampai 40 hari.
Dilihat dari hal tersebut diatas ibu hamil yang berpengetahuan baik belum tentu mereka memilih tenaga bidan sebagai penolong persalinan, mungkin karena mereka belum mengetahui apa keuntungan bila melahirkan dengan bidan dan kerugian bila ditolong oleh dukun beranak dan juga disebabkan karena sosial ekonomi yang rendah dan juga karena sudah kepercayaan (turun-temurun).
3.    Sikap Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
Dari hasil penelitian yang didapatkan, berdasarkan tabel 4.5 tentang sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan menunjukkan sebanyak 54 (66,0%) ibu hamil yang bersikap positif.
Compbell (1950) dalam Notoatmodjo (2005) mendefenisikan sangat sederhana yakni : “An Individual`s attitude is syndrom of response consistency with regard to object” jadi jelas disini dikatakan  bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan  gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.
Pada dasarnya sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan lebih dominan bersikap positif dibandingkan dengan sikap negatif khususnya dalam memilih tenaga penolong persalinan dengan tenaga bidan. Mungkin karena mereka telah mengetahui bahwa pemilihan penolong persalinan dengan tenaga bidan yang tepat dan baik akan menjamin mereka dari resiko yang tidak baik dalam persalinan yang akan dihadapi.
Berdasarkan tabel silang 4.6 menunjukkan bahwa dari 54 ibu hamil yang bersikap positif sebanyak 21 (38,9%) ibu hamil yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun beranak.
Notoatmodjo (2005), menguraikan bahwa sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik dan sebagainya.
Hal ini menggambarkan bahwa ibu hamil yang bersikap positif tidak semuanya setuju kalau persalinannya ditolong oleh tenaga bidan masih ada diantaranya yang bersikap setuju memilih dukun beranak sebagai tenaga penolong persalinannya. Dari mereka yang setuju kalau persalinannya ditolong oleh dukun karena dukun beranak bisa melakukan pertolongan persalinan dengan seorang diri saja tanpa didampingi oleh bidan, karena dianggap bisa melayani semua anggota keluarga selain ibu yang bersalin saja, dan kalau memanggil bidan itu apabila persalinannya sudah gawat saja misalnya seperti kejang, perdarahan dan gawat janin.






BAB V
PENUTUP

A.       Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kecamatan Sungai Tabukan Kabupaten Hulu Sungai Utara tentang Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011, maka dapat ditarik kesimpulan :
1.    Jumlah ibu hamil yang memilih tenaga pertolongan persalinannya dengan dukun beranak sebanyak 37 (45,1%) dari 82 orang ibu hamil.
2.    Tingkat pengetahuan ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu adalah banyak berpengetahuan baik yaitu 56 (68,0%) ibu hamil.
3.    Sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu adalah banyak yang bersikap positif yaitu 54 (66,0%) ibu hamil.

B.       Saran
1.    Untuk kepada semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu khususnya, sebaiknya kalau ingin melahirkan itu sebaiknya dengan memanggil bidan karena kalau melahirkan dengan bidan persalinan akan dapat berjalan  dengan aman dan untuk terjadinya infeksi dapat dicegah dengan memperhatikan bersih penolong, bersih alat dan bersih tempat persalinan dan juga bidan itu dapat mengenali secara dini kesulitan dan tanda-tanda bahaya baik pada waktu hamil ataupun pada saat melahirkan.
2.    Bagi peneliti diharapkan dengan adanya penelitian ini, untuk lebih meningkatkan lagi dalam pemberian informasi kepada ibu-ibu hamil untuk lebih memilih bidan dalam memberikan pertolongan persalinannya, dan bagi peneliti lain semoga penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan.
3.    Bagi instansi/pengelola KIA
Diharapkan kepada instansi dan pengelola KIA semoga dengan adanya penelitian ini untuk lebih meningkatkan lagi pelayanan kepada masyarakat khususnya bagi ibu-ibu hamil, untuk meningkatkan lagi pemberian-pemberian informasi baik melalui penyuluhan-penyuluhan, mengaktifkan lagi Posyandu, memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan yang ada. Misalnya adanya Poskesdes, adanya bidan di desa agar lebih aktif lagi dalam melakukan kunjungan rumah sambil memberikan penyuluhan kepada keluarga-keluarga khususnya yang ada ibu-ibu hamil kalau melahirkan sebaiknya dengan pertolongan bidan saja dan juga melakukan kemitraan atau kerjasama dengan dukun beranak dengan cara pembinaan kepada dukun-dukun beranak yang khususnya ada di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu.

  DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifudin, 2002. Sikap ManusiaEdisi Kedua Cetakan ke V. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Depkes RI, 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Depkes RI. Jakarta.

Hidayat, AAA, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Tekhnik Analisis DataEdisi Pertama.Salemba Medika. Jakarta.

Internet, Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non Medis.diakses tanggal 4 Desember 2010.

Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2007. Tentang Standar Profesi Bidan Oleh Pengurus Pusat IBI.

Mochtar.R, 1998.Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi ECGEdisi Kedua. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian KesehatanCetakan Pertama.Aneka Cipta. Jakarta.

            , 2005. Promosi Kesehatan Teori dan AplikasiCetakan Pertama.Aneka Cipta. Jakarta.

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Selemba Medika. 2003.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu KebidananEdisi Ketiga. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

            , 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan NeonatalEdisi Empat.Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo. Jakarta.

Puskesmas Pasar Sabtu, 2010. Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Pasar Sabtu.

Riduan, 2003.Skala Pengukuran Variabel-Variabel PenelitianEdisi Kedua. Alfabeta Bandung.

Setiawan, A. 2010.Metodologi Penelitian Kebidanan D III, D IV, S1 dan S2Cetakan Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta.

Yuswanto, Tja & Yulifah.R, 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika. Jakarta.








































Tidak ada komentar:

Posting Komentar