Jumat, 03 Februari 2012


STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK KELAPA DAN MARGIN PEMASARAN
DI DESA PEPARA KECAMATAN TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER














Oleh

FARIDA SARI
NPM : 04.1.39.404.014






PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
MUHAMMADIYAH TANAH GROGOT
 KABUPATEN PASER
2009
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK KELAPA DAN MARGIN PEMASARAN
DI DESA PEPARA KECAMATAN TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER



SKRIPSI


Merupakan Persyaratan Meraih Derajat
Sarjana Pertanian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(Stiper) Muhammadiyah Tanah Grogot




Oleh
FARIDA SARI
NPM : 04.1.39.404.014







PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
MUHAMMADIYAH TANAH GROGOT
 KABUPATEN PASER
2009
HALAMA PENGESAHAN

Judul Penelitian     :  Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Minyak Kelapa dan Margin Pemasaran Di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser

Nama                     : FARIDA SARI

NPM                     : 04.1.39.404.014

Jurusan                  : Sosial Ekonomi Pertanian

Program studi        : Agribisnis


Disetujui
Komisi Pembimbing



Usma, S.Pt, MSi
Pembimbing I
 
Djoko Bawono, SP, MSi
Pembimbing II
 






U S M A, SPt, MSi
Ketua Program studi
 
Ir. HARI SISWANTO, MSi
Ketua STIPER MUH
 
Diketahui Oleh,











Tanggal Ujian Skripsi : 01 Februari 2009
SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK KELAPA DAN MARGIN PEMASARAN
DI DESA PEPARA KECAMATAN TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama               : FARIDA SARI
NPM               : 04.1.39.404.014
Program Studi : Agribisnis

Telah dipertahankan di depan penguji Pada tanggal 01 Februari 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna mempertahankan gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Muhammadiyah Tanah Grogot.


Susunan Panitia Penguji



Usma, S. Pt, M.Si
Ketua
 






                                                                 
Djoko Bawono, SP, MSi
Anggota I


 
Arahman, S.Tp, MP
Anggota II
 


                                                                                   





Ir. Hari Siswanto, M.Si
Ketua STIPER Muh.



 
Ir. Agus Trikoriantoro, MP
Anggota III
 
Ir. Maryam Abubakar
Anggota IV

 







Usma, S.Pt, M.Si
Ketua Program Studi



 



           
BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                                                      
1.1.      Latar Belakang
Pohon kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis, Indonesia merupakan negara produsen kelapa utama di dunia. Hal ini terjadi karena kelapa umumnya tumbuh dikawasan pantai. Dilihat dari luas arealnya, luas areal perkebunan kelapa di Indonesia mencapai 3,712 juta Ha, dan Indonesia juga merupakan salah satu negara produksi kelapa terbesar ke dua di dunia setelah Filipina. (Andi, 2005)
Pohon kelapa juga banyak dijumpai di Kalimantan Timur, khususnya disepanjang pantai Kalimantan Timur, karena secara geografis Kalimantan Timur berbatasan langsung dengan selat makasar. Di Kabupaten Paser tanaman kelapa juga dapat ditemukan dihampir seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Paser,  mulai dari daerah pesisir pantai hingga ke pekarangan rumah.
Banyak produk dari kelapa belum bisa digantikan oleh kelapa sawit.   Inilah salah satu keunggulan kelapa. Beberapa produk dari kelapa antara lain minuman segar dari kelapa, daging kelapa, santan kelapa, kelapa parut kering, lidi, janur, gula kelapa dan roti.
Peran kelapa akan semakin besar bila ditinjau dari industri non pangan seperti industri sabut, arang aktif, oleokimia, bahkan kerajinan tangan. Dibidang kesehatan, sampai sekarang khasiat kelapa untuk mendukung dan menjaga kesehatan telah semakin diakui. Meskipun demikian, kelapa masih sering dipandang sebagai tanaman senja (Sunset Crop) yang tidak mampu bersaing di pasar ekspor. (Barlina, dkk, 2006)
Konsumsi kelapa dan olahannya meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Konsumsi minyak kelapa dunia meningkat sekitar 1,3 %  yaitu 2,9 juta ton ditahun 1992 menjadi lebih dari 3 juta ton ditahun 1997. Dengan demikian dapat diprediksi bahwa kelapa masih merupakan komoditas hasil perkebunan yang penting bagi masyarakat di masa yang akan datang. (Sukamto, 2001).
Dari salah satu literatur telah dipaparkan bahwa minyak kelapa yang mengandung lemak jenuh dituding sebagai penyebab munculnya penyakit-penyakit modern seperti jantung, kolesterol dan sebagainya. Akibatnya selama lebih dari 20 tahun terakhir ini telah terjadi perubahan besar dari konsumsi minyak goreng. Masyarakat yang dulunya mengkonsumsi minyak goreng dari bahan kelapa beralih kepada minyak kelapa sawit dan minyak nabati lainnnya. (Kuncoro, dkk, 2005)
Meskipun banyak orang yang beralih pada minyak goreng kelapa sawit/minyak nabati lainnya, namun masyarakat yang berdomisili di Kota Tanah Grogot khususnya di desa Pepara kecamatan Tanah Grogot. Mereka masih mengkonsumsi minyak kelapa sebagai minyak goreng karena menurut mereka minyak kelapa tidak kalah baiknya dibandingkan dengan minyak hasil olahan kelapa sawit, di samping itu minyak kelapa memiliki aroma yang harum.
Melihat prospek pengembangan minyak olahan kelapa cukup menjanjikan, hal ini menjadi motivasi bagi produsen khususnya pengolah untuk tetap memproduksi minyak kelapa dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada.
Pemasaran merupakan kegiatan akhir dari semua proses produksi yang menentukan kegiatan tersebut sudah maksimal atau belum, dapat diterima oleh masyarakat atau tidak. Khususnya minyak hasil olahan kelapa yang dikelola oleh industri rumah tangga di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot. Oleh karena itu maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui strategi apa yang dapat dilakukan dalam mengembangkan usaha ini dan untuk mengetahui berapa nilai margin pemasaran minyak olahan kelapa pada industri rumah tangga di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot. Sehingga dapat memberikan keuntungan pada masing-masing pelaku pemasaran, dari produsen hingga konsumen akhir serta mempopulerkan kembali minyak hasil olahan dari kelapa yang sempat tenggelam. 
1.2.      Perumusan Masalah
Mengacu pada uraian kondisi sebagaimana tersebut di atas perlu kiranya suatu rumusan masalah agar dapat ditemukan akar permasalahan yang dihadapi oleh produsen minyak kelapa yang dikelola oleh industri rumah tangga di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser, Perumusan tersebut antara lain :
1.      Bagaimana strategi pengembangan usaha minyak olahan kelapa di Desa Pepara.
2.      Bagaimana saluran distribusi produk olahan minyak kelapa dari produsen hingga konsumen akhir.
3.      Berapa nilai margin pemasaran minyak olahan kelapa yang dikelola pada industri rumah tangga di Desa Pepara.
1.3.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui strategi pengembangan usaha minyak olahan kelapa pada industri rumah tangga di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot.
2.      Untuk dapat mengetahui saluran distibusi produk olahan minyak kelapa di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot.
3.      Untuk mengetahui margin pemasaran minyak olahan kelapa.
1.4.      Hipotesa
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, baik dari latar belakang, perumusan masalah, maka penulis menarik suatu praduga (hipotesa) yaitu :
1.      Diduga strategi pengembangan usaha minyak olahan kelapa dengan perbaikan produk dan segi promosi.
2.      Diduga saluran distribusi produk olahan minyak kelapa di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser secara semi langsung.
3.      Diduga ada perbedaan margin share antara pengolah, pedagang pengumpul, pengecer, dan konsumen.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Perkembangan Indutri Minyak Olahan Kelapa
Sebuah penelitian di Minnesota, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa di AS telah terjadi epidemik penyakit jantung akibat konsumsi minyak atau lemak nabati jenuh. Berkaitan dengan itu, minyak nabati berasam lemak jenuh yang berasal dari kelapa sawit dan kelapa dituding sebagai biang keroknya.
Sementara itu, dalam kasus ini Indonesia yang memproduksi minyak kelapa tidak bisa melakukan perlawanan. Akibatnya, sejak tahun 1963 muncul anggapan bahwa minyak kelapa tidak sehat untuk dikonsumsi. Bahkan dari penelitian berbau politis, munculnya anjuran untuk meninggalkan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang banyak di produksi oleh Negara-Negara tropis. Karena itu pangsa pasar minyak kelapa menurun drastis dan berimbas pada kehidupan petani yang semakin terpuruk. Hal ini tentu semakin menguntungkan AS sebagai produsen kedelai terbesar.
Akibatnya, selama lebih dari 20 tahun terakhir ini telah terjadi perubahan besar dari konsumsi minyak goreng. Masyarakat yang dulunya mengkonsumsi minyak goreng dari bahan kelapa, beralih kepada minyak kelapa sawit dan minyak nabati lainnya. Diberbagai toko dan swalayan dijual minyak goreng dari kelapa sawit, minyak jagung, minyak kedelai, atau minyak biji bunga matahari.   Sementara itu, minyak kelapa menjadi terpurukkan.
Dengan tekhnologi yang semakin berkembang, kelapa tidak hanya dimanfaatkan sebagai penghasil minyak. Seluruh bagian kelapa juga dimanfaatkan  secara sebagi berikut :
a.                Sabutnya bisa dijadikan keset, dasar jok mobil, dan kerajinan lainnya.
b.      Tempurungnya bisa dijadikan arang briket, karbon aktif atau diolah menjadi liquid smoke.
c.                Air kelapa dimanfaatkan menjadi nata de coco yang lezat.
d.      Daging kelapa menjadi minyak
e.       Oval: Buah Kelapa         Ampas dan blondo hasil pengolahan minyak bisa dijadikan pakan ternak
 











Gambar 1 : Pengembangan Produk Kelapa (Sukartin JK dan Sitanggang M. 2005)
2.2.   Pengertian Pemasaran Pertanian
Menurut Nusbar (1981) pemasaran adalah segala aktivitas perdagangan, memberitahukan, memperkenalkan agar pelanggan dan yang akan menjadi pelanggan merasa puas sehingga penjualan meningkat. Sedangkan menurut Radio Sanu (1983), pemasaran atau marketing adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran.   Sementara Kotler (1997) mendefinisikan pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberikan kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai.
Menurut Prof. Bahtiar Rifai pemasaran petanian adalah serangkaian jasa-jasa untuk mengusahakan benda-benda mengalir mulai dari titik produksi hingga titik konsumsi. Berdasarkan konsep agribisnis, pemasaran atau tata niaga pertanian adalah kegiatan bisnis yang ditujukan pada konsumen atau pemakai dibidang pertanian baik input maupun produk atau komoditas pertanian. (Sudiyono. A. 2004).
Pendekatan pemasaran pertanian
Dalam mempelajari pemasaran pertanian terdapat lima pendekatan yaitu :
1.      Pendekatan komoditi
Dalam pasar produk pertanian terdapat beberapa komoditi yang diperjualbelikan oleh sebab itu perlu ditentukan dahulu komoditi yang akan diteliti setelah ditentukan penelitian harus mengikuti pergerakan komoditi tersebut dari produsen ke konsumen serta menekankan dengan penggambaran mengenai apa yang akan dilakukan terhadap komoditi pertanian dan bagaimana suatu komoditi pertanian dipasarkan secara efisien.
2.      Pendekatan lembaga
Peneliti harus menentukan lembaga-lembaga pemasaran mana saja yang terlibat dalam proses pemasaran. Lembaga pemasarn dapat berupa tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan sebagainya. Lembaga pemasaran ini penting, sebab lembaga pemasaran inilah yang melakukan proses pengambilan keputusan dalam proses pemasaran komoditi pertanian.
3.      Pendekatan fungsi
Fungsi-fungsi pemasaran menjelaskan bagaimana sistem pemasaran diorganisasikan sehingga dapat meningkatkan guna tempat, bentuk, dan waktu komoditi pertanian. Pendekatan ini dapat digunakan untuk membahas fungsi-fungsi tertentu, pengolahan, jual eceran, transportasi ataupun konsumsi yang memungkinkan dilakukan analisis secara detail dan cermat untuk membahas permasalahan pemasaran yang tepat.
4.      Pendekatan teori ekonomi
Pada pendekatan ini digunakan konsep-konsep penawaran, permintaan, pergeseran penawaran dan permintaan, jumlah keseimbangan, harga keseimbangan, elastisitas, struktur pasar persaingan murni oligopoly atau oligopsoni, monopoli atau monopsoni, persaingan monopolistic dan monopsonistik.
5.      Pendekatan sistem
Sangat penting untuk menelaah pemasaran yang sangat komplek dalam rangka meningkatkan efisiensi pemasaran secara keseluruhan. (Sudiyono.A. 2004).
2.2.1.   Fungsi Pemasaran
Menurut Nusbar (1981) fungsi pemasaran ada tiga yaitu :
1.      Suatu perdagangan, berarti bagaimana supaya untung yang diharapkan tercapai.
2.      Memperkenalkan produksi pada konsumen.
3.      Memperkenalkan tidak sekedar memperkenalkan pada konsumen.
Menurut M. Hanafiah dan A. M. Saefuddin (1983) fungsi pemasaran dikelompokkan sebagai berikut :
1.      Fungsi pertukaran
-          Penjualan
-          Pembelian
2.      Fungsi pengadaan secara fisik
-          Pengangkutan
-          Penyimpanan
-          Pengolahan

3.      Fungsi pelancar atau fasilitas
-          Permodalan
-          Penanggung resiko
-          Standardisasi dan grading
-          Informasi pasar
-          Penelitian pasar
2.2.2.  Sumber Informasi Pasar
Kegiatan pemasaran merupakan aspek yang sangat penting dalam suatu kegiatan agribisnis.   Tanpa kegiatan pemasaran maka suatu pengolahan minyak kelapa tidak akan memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, setiap pelaku pemasaran harus jeli mencari informasi harga. Ini disebabkan harga produk minyak kelapa dipasaran berfluktuasi. Bila pelaku pemasaran terlambat mengetahui informasi harga maka sangat mungkin mereka memperoleh kerugian.   Informasi mengenai perkembangan harga minyak kelapa dapat diketahui melalui pedagang pengumpul, petugas atau penyuluh pertanian, Koperasi Unit Desa (KUD), pengolah, eksportir, BPEN, atase perdagangan, atau surat kabar.
( Barlina, dkk. 2006)
Dalam penyuluh manajemen usaha tani ada tiga macam informasi dasar mengenai keadaan pasar dan pemasaran yang harus dihimpun.

A.    Tipe pasar
Penyuluh harus memberikan informasi mengenai tipe pasar untuk bermacam-macam komoditi yang dihasilkan oleh petani, yang mencakup sistem pasar lokal, macam-macam pembeli dengan ciri-cirinya, satuan timbangan dan ukuran dan penggolongan kualitas yang digunakan. Dengan informasi ini petani dapat mempergunakan pasar secara lebih bijaksana.
B.     Variasi harga musiman
Harga musiman ini rendah pada waktu panen. Hal ini sangat merugikan petani yang harus menjual hasilnya pada saat itu. Petani yang mengetahui keadaan tersebut dan sanggup menunggu, mempunyai kesempatan untuk menunda dan menjual sebagian atau seluruh hasil usaha taninya sampai harga cukup tinggi. Sehingga mereka akan memperoleh harga rata-rata yang lebih baik bagi hasil usaha taninya.
C.     Kecenderungan (trend) harga hasil-hasil usaha tani
Kecenderungan harga berbeda-beda untuk setiap hasil pertanian di suatu daerah dapat naik atau turun, karena perubahan permintaan. (FAO. 1965)
2.3.  Prospek Usaha Minyak Kelapa
Akhir-akhir ini di pasar tradisional maupun swalayan sudah mulai terdapat produk minyak goreng berbahan baku kelapa walaupun warnanya agak kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian konsumen sudah mulai kembali menggunakan minyak goreng dari kelapa.
Harga minyak goreng kelapa (termasuk minyak goreng curah) sekitar Rp 4.500,00 per kantong ( setiap kantong bervolume 650 ml) atau setara dengan  Rp 7.000,00 per liter. Untuk minyak goreng kelapa sawit memang harganya masih di bawah harga minyak kelapa, yaitu Rp 2.600,00 per 500 ml atau setara dengan Rp 5.200,00 per liter.
Bila proyeksi tahun 2000 tercapai, yaitu konsumsi minyak kelapa sebesar 2,89 kg per kapita per tahun, dan angka tersebut dipakai kondisi 2003 maka dengan jumlah penduduk 200 juta jiwa kebutuhan minyak goreng dari kelapa sebesar 578.000.000 kg. Jumlah kebutuhan tersebut setara dengan 5.780.000.000 butir kelapa bila asumsikan setiap 10 butir kelapa dihasilkan 1 kg minyak kelapa atau 1.156.000.000 kg kopra bila diasumsikan 5 butir kelapa menghasilkan 1 kg kopra.   Bila buah kelapa hanya diolah menjadi minyak goreng dengan harga Rp 7.000,00 per kg maka berdasarkan data tersebut akan diperoleh nilai 578.000.000 kg x Rp 7.000,00 = Rp 4,046 triliun. Sementara bila buah kelapa hanya diolah menjadi kopra dengan harga Rp 1.850,00 per kg maka nilai yang diperoleh hanya sebesar 1.156.000.000 kg x Rp 1.850,00 = Rp 2,139 triliun. Jelaslah disini bahwa buah kelapa akan memiliki prospek yang bagus dalam meningkatkan pendapatan petani bila diolah menjadi minyak kelapa. (Barlina, dkk. 2006)

2.4.   Saluran Distribusi Pemasaran
Olahan kelapa sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor bidang pertanian mengalami peningkatan dalam hal perdagangan. Namun dibalik peningkatan ini ternyata terdapat banyak kendala yang disebabkan oleh adanya banyak pihak yang berada dijalur perdagangan atau pemasaran olahan kelapa, mulai dari tingkat petani sampai eksportir. Akibatnya, biaya pemasarannya pun menjadi tinggi. Setiap pihak yang dilalui dalam pemasaran olahan kelapa mengambil keuntungan yang besar. Padahal, petani sendiri kemungkinan hanya mendapatkan hasil pemasaran dengan nilai yang rendah.
2.4.1.  Jenis-jenis saluran distribusi     
Dalam dunia bisnis terdapat beberapa macam saluran distribusi, diantaranya sebagai berikut :
a.                Secara fisik saluran distribusi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1)      Saluran distribusi langsung yaitu saluran distribusi yang langsung dari produsen ke konsumen.
2)      Saluran distribusi semi langsung, yaitu saluran distribusi yang hanya menggunakan satu perantara misalnya melalui pengecer.
3)      Saluran distribusi tidak langsung, yaitu saluran distribusi yang menggunakan dua atau lebih perantara kepada konsumen.
b.      Berdasarkan banyaknya penyalur, saluran distribusi dapat dibedakan sebagai berikut :
1)      Distribusi Internal
Yaitu saluran distribusi yang banyak menggunakan penyalur, terutama pengecer. Hal ini dimaksudkan agar mudah mendekati konsumen , sehingga konsumen lebih puas. Distribusi ini lebih cocok untuk barang konsumsi atau konvinien dan barang-barang standar lainnya.
2)      Distribusi Selektif
Perusahaan hanya memilih perantara dalam suatu daerah tertentu. Distribusi ini hanya cocok untuk menyalurkan barang produksi keperluan shopping maupun produksi baru.
3)      Distribusi Eksklusif
Perusahaan hanya menunjuk satu perantara atau penyalur dalam daerah tertentu. Selama distribusi ini digunakan untuk barang-barang eksklusif atau spesial. (Hantoro, S. 2005) 
Menurut Nusbar (1981) ada dua jenis saluran distribusi yaitu:
1)      Saluran langsung
Dari distribusi tidak terdapat perantara-perantara secara langsung berpindah dari produsen ke pengguna.

2)      Saluran tidak langsung
Dari distrbusi memiliki satu atau dua perantara diantara para produsen atau pengguna.

SKEMA JALUR PEMASARAN MINYAK KELAPA
 











Gam





Pedagang
Antarpulau
 

KonsemanLokal
 




Gambar 2 : Skema Jalur Pemasaran Minyak Kelapa ( Barlina,dkk. 2006 )


2.4.2.  Kebaikan Dan Keburukan Distribusi Jalan Panjang/Pendek
Kebaikan distribusi jalan panjang
1.      Harga lebih stabil, karena hasil produksi tidak sekaligus dijual pada konsumen.
2.      Jarak jauh dari produsen kekonsumen dipermudah penyaluran oleh pedagang.
Keburukan distribusi jalan panjang
1.      Penimbunan barang sering terjadi.
2.      Karena banyak perantara, harga mahal, tiap perantara atau pedagang mengambil keuntungan dengan menaikkan harga.
Kebaikan distribusi jalan pendek
1.      Hasil produksi atau barang cepat sampai pada konsumen dan harga murah karena tanpa perantara.
2.      Produsen dan konsumen jadi dekat dan kenal mengenal.   Produsen mudah mengetahui perubahan selera pemakai.
Keburukan distribusi jalan pendek
1.      Bila konsumen jauh dan tersebar, produsen sulit menyalurkan hasil produksi.
2.      Timbul kesulitan bila produsen ingin menjual secara partai besar, sedang konsumen mau beli partai kecil (sedikit). (Nusbar. 1981)
2.4.3.   Faktor Yang Mempengaruhi Panjang Pendeknya Saluran      Pemasaran

Faktor yang mempengaruhi panjang pendek saluran pemasaran adalah sebagai berikut :
a)      Jarak antara produsen dengan konsumen.
b)      Cepat tidaknya produk rusak.
c)      Skala produksi.
d)     Posisi keuangan perusahaan.
2.5.   Margin Pemasaran Dan Analisa SWOT           
2.5.1.   Definisi Margin Pemasaran
Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. (M. Hanafiah, dkk. 1983). Menurut Sudiyono (2002) margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan yang diperoleh dari masing-masing lembaga pemasaran. Pemasaran yang tinggi tidak selalu mengindikasikan keuntungan yang tinggi, tergantung dari besarnya biasa operasional yang dikeluarkan untuk fungsi-fungsi pemasaran seperti biaya penyimpanan, pengangkutan, dan lain-lain.
2.5.2.   Fungsi Margin Pemasaran
Margin pemasaran digunakan untuk memudahkan dalam menganalisis tentang efisiensi pemasaran.
2.5.3.   Komponen Margin
Ada beberapa komponen margin menurut Sudiono (2004) adalah sebagai berikut :
1.      Biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran atau distribusi untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran.
2.      Keuntungan (profit) lembaga pemasaran
2.5.4.   Faktor-faktor Dan Unsur-unsur Yang Mempengaruhi Margin Pemasaran Hasil Pertanian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi margin pemasaran meliputi biaya pemasaran, tingkat persaingan diantara para pedagang, sikap para pedagang terhadap resiko, dan banyaknya perantara (Lembaga Pemasaran) yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen akhir.
Rashid dan Chaudry (1973) menyatakan ada dua unsur yang mempengaruhi margin pemasaran hasil pertanian yaitu :
a.                Biaya yang dipasarkan atau dikeluarkan untuk beberapa fungsi pemasaran seperti pengumpulan, pengepakan, pengangkutan dan lainnya.
b.      Keuntungan dari pasar-pasar perantara atau keuntungan pedagang perantara.
Perubahan dan peningkatan permintaan pasar menuntut pula peningkatan tersedianya bahan baku, padahal produk pertanian/perkebunan tidak bias begitu saja kuantitasnya dinaikkan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena pengusaha agroindustri umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk berproduksi, dan walaupun ada, luasnya tidak mencukupi untuk memenuhi peningkatan permintaaan pasar tersebut. Disinilah sebenarnya salah satu persoalan mendasar dari pengembangan agroindustri Indonesia.
2.5.5.   Analisis Margin Pemasaran
Pada umumnya yang menjadi jembatan antara produsen dengan konsumen terdapat lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran mempunyai tujuan masing-masing untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.  
Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. (M. Hanafiah, dkk. 1983).   menurut Sudiyono (2002) secara matematis nilai margin pemasaran dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
VM = Pr – Pf
Keterangan :
VM =     Nilai margin pemasaran
Pr    =     Harga ditingkat pengecer (lembaga pemasaran)
Pf    =     Harga ditingkat petani
2.5.6.   Definisi Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu analisis yang didasarkan pada faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, pelaung dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. (Freddy. 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pengusahaan minyak olahan kelapa diinventarisasi dan didentifikasi, kemudian dianalisa. kondisi yang akan dianalisa adalah :
1.      Kekuatan (strengths): adalah kondisi real yang merupakan potensi atau kelebihan yang dimiliki oleh lokasi sehingga menunjang pengembangan sistem pengusahaan pengolahan minyak kelapa, pada akhirnya kegiatan tersebut menjadi layak untuk dikembangkan.
2.      Kelemahan (Weaknesses): adalah hal-hal yang dapat menghambat pengembangan sistem pengusahan pengolahan minyak kelapa.   Sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengembangnnya.
3.      Peluang (opportunities): adalah kondisi dari sistem pengusahaan pengolahan minyak kelapa yang dapat mendatangkan keuntungan (profit), bila dapat memanfaatkan secara positif.
4.      Ancaman (threats): adalah suatu kondisi dari sistem pengusahaan minyak olahan kelapa, apabila dibiarkan akan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ketidakberhasilan dalam usaha tersebut, sehingga harus diwaspadai (Rangkuti, F. 2004)
2.5.6.1.   Faktor Startegis Internal     
 Untuk merumuskan faktor-faktor startegis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Berikut adalah cara-cara penentuan faktor internal :
1.      Pada kolom faktor-faktor internal memuat tentang faktor-faktor sukses kritis yang dikenal dengan proses evaluasi internal. Dituliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan dan diusahakan sespesifik mungkin dan diisikan dari uraian ke-1 sampai dengan ke-n.
2.      Pada kolom bobot, berisikan peringkat nilai pembobotan terhadap faktor-faktor internal yang sudah diidentifikasi tersebut, dengan kisaran nilai dari 0,00 (tidak penting) sasmpai dengan 1,00 (paling penting). Bobot yang diberikan pada suatu faktor internal menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut untuk sukses dalam kegiatan usaha, dan tanpa memperdulikan apakah faktor tersebut adalah kekuatan atau kelemahan internal. Faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar diberi bobot tinggi.
3.      Jumlah semua bobot (P-1 + p-2) pada kolom bobot harus sama dengan 1,00.
4.      Pada kolom rating adalah menunjukkan apakah faktor internal tersebut mewakili, kelemahan utama (peringkat 1), kelemahan kecil (peringkat 2), kekuatan kecil (peringkat 3) atau kekuatan utama (peringkat 4).
5.      Pada kolom (B x R) adalah merupakan hasil perkalian antara bobot dengan peringkat pada setiap faktor internal yang diidentifikasikan. Jumlah total nilai yang dibobot (Q-1 + Q-2) adalah untuk menentukan nila yang dibobot pada kegiatan usaha.
6.      Tidak peduli berapa jumlah faktor internal yang dimasukkan ke dalam matrik IFE, jumlah total nilai yang dibobot dapat berkisar dari 1,00 yang rendah sampai 4,00 yang tertinggi dengan rata-rata 2,5.
7.      Jumlah total nilai yang dibobot yang jauh di bawah 2,5 merupakan cirri dari suatu usaha yang lemah secara internal, sedangkan jumlah jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat.(Umar,H, 2001).








Tabel  1 :  Matrik Internal Faktors Evaluation (IFE)
No
Faktor-faktor internal
Bobot
Rating
B x R

1
2
N
Kekuatan Internal
(a-1.1)
(a-2.1)
(a-n.1)

(a-1.2)
(a-2.2)
(a-n.2)

(a-1.3)
(a-2.3)
(a-n.3)

(a-1.2)* (a-1.3)
(a-2.2)* (a-2.3)
(a-n.2)* (a-n.3)

Subtotal nilai
P-1

Q-1

1
2
N
Kelemahan Internal
(b-1.1)
(b-2.1)
(b-n.1)

(b-1.2)
(b-2.2)
(b-n.2)

(b-1.3)
(b-2.3)
(b-n.3)

(b-1.2)* (b-1.3)
(b-2.2)* (b-2.3)
(b-n.2)* (b-n.3)

Subtotal nilai
P-2

Q-2

Jumlah
Total nilai
(P-1 + P-2)
= 1,00

(Q-1 + Q-2)








Sumber : Umar (2001)
2.5.6.2.   Faktor Strategi Eksternal    
Untuk merumuskan faktor-faktor startegis internal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Berikut adalah cara-cara penentuan faktor eksternal :
1.      Pada kolom faktor-faktor eksternal memuat tentang faktor-faktor sukses kritis yang dikenal dengan proses evaluasi eksternal. Dituliskan peluang  terlebih dahulu dan kemudian kelemahan dan diusahakan sespesifik mungkin dan diisikan dari uraian ke-1 sampai dengan ke-n.
2.      Pada kolom bobot, berisikan peringkat nilai pembobotan terhadap faktor-faktor eksternal yang sudah diidentifikasi tersebut, dengan kisaran nilai dari 0,00 (tidak penting) sampai dengan 1,00 (paling penting). Bobot yang diberikan pada suatu faktor eksternal menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut untuk sukses dalam kegiatan usaha, dan tanpa memperdulikan apakah faktor tersebut adalah peluang atau ancaman eksternal. Faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar diberi bobot tinggi.
3.      Jumlah semua bobot (X-1 + X-2) pada kolom bobot harus sama dengan 1,00.
4.      Pada kolom rating adalah menunjukkan apakah faktor internal tersebut mewakili, superior(peringkat 4), di atas rata-rata (peringkat 3), rata-rata (peringkat 2) atau di bawah rata-rata (peringkat 1).
5.      Pada kolom (B x R) adalah merupakan hasil perkalian antara bobot dengan                           peringkat pada setiap faktor eksternal yang diidentifikasikan. Jumlah total nilai yang dibobot (Y-1 + Y-2) adalah untuk menentukan nilai yang dibobot pada kegiatan usaha.
6.      Tidak peduli berapa jumlah faktor internal yang dimasukkan ke dalam matrik EFE, jumlah total nilai yang dibobot dapat berkisar dari 1,00 yang rendah sampai 4,00 yang tertinggi dengan rata-rata 2,5.
7.      Jumlah total (Bx R) yang kurang dari 2,5 hingga mendekati 1,00 menunjukkan bahwa usaha tersebut berada dalam posisi harus memilih satu dari dua pilihan yang ada, yaitu memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman.
8.      Jumlah total (B x R) yang lebih dari 2,5 hingga mendekati 4,00 menunjukkan bahwa usaha tersebut berada dalam posisi dapat efektif memanfaatkan peluang yang ada dan sekaligus meminimalkan pengaruh negatif dari ancaman eksternal. (Umar,H. 2001)
Tabel 2 :  Matrik Eksternal Faktors Evaluation (EFE)
No
Faktor-faktor Eksternal
Bobot
Rating
B x R

1
2
N
Peluang eksternal
(c-1.1)
(c-2.1)
(c-n.1)

(c-1.2)
(c-2.2)
(c-n-2)

(c-1.3)
(c-2.3)
(c-n-3)

(c-1.2)* (c-1.3)
(c-2.2)* (c-2.3)
(c-n-2)* (c-n-3)

Subtotal nilai
X-1

Y-1

1
2
N
Ancaman ekstenal
(d-1.2)
(d-2.2)
(d-n-2)

(d-1.2)
(d-2.2)
(d-n-2)   

(d-1.3)
(d-2.3)
(d-n-3)

(d-1.2)* (d-1.3)
(d-2.2)* (d-2.3)
(d-n-2)* (d-n-3)


Subtotal nilai
X-2

Y-2

Jumlah
Total nilai
(X-1 + X-2)
= 1,00

(Y-1 + Y-2)
Sumber : Umar (2001)
Bobot yang ditentukan sebagai berikut (Husein Umar. 2001) :
0,20    = Sangat kuat
0,15    = Di atas rata-rata
0,10    = Rata-rata
0,05    =  Di bawah rata-rata        
Rating ditentukan sebagai berikut
4        =  Major strength / kekuatan utama
3        = Minor strength / kekuatan kecil
2        = Minor weakness / kelemahan kecil
1    = Major weakness / kelemahan utama         

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.      Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1 Desember 2008 sampai 25 Januari 2009, terhitung sejak survei lokasi, interview, sampai dengan pengumpulan data. Tempat pelaksanaan penelitian di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
3.2.      Jenis Dan Sumber Data
Data diambil dengan menggunakan dua sumber yaitu :
1.      Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dan quisioner.
2.      Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang telah ada atau dari instansi, atau lembaga yang terkait.
3.3.      Metode pengambilan Sampel
Ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan, minimal 10% populasi. (Gay dalam Husein Umar, 2006). Metode pengambilan sampel di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot dilakukan dengan teknik Snow Ball dengan jumlah pengolah minyak kelapa sebanyak 13 orang diambil semua sebagai sampel (total sampling).


3.4.      Metode Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk margin pemasaran dan analisis SWOT.
1.      Margin pemasaran
  Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. (M. Hanafiah, dkk. 1983). Margin pemasaran digunakan untuk memudahkan dalam menganalisis tentang efisiensi pemasaran, khususnya pemasaran hasil olahan minyak kelapa yang dikelola oleh Industri Rumah Tangga di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot.
Menurut Sudiyono (2002) nilai margin pemasaran dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :


VM = Pr - Pf
 



Keterangan :
               VM =           Nilai margin pemasaran
               Pr    =           Harga ditingkat pengecer (lembaga pemasaran)
            Pf   =   Harga ditingkat petani
2.      Analisis SWOT
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang terdapat dalam pengembangan pengusahaan minyak olahan kelapa, sebagaimana digambarkan pada diagram analisis SWOT sebagai berikut :

DIAGRAM ANALISIS SWOT
 

  1. Mendukung
Strategi turn-around                                1. Mendukung strategi agrsistrat




4. Mendukung strategi defensive                  2. Mendukung strategi diversifikasi



Gambar 3 : Diagram Analisis SWOT ( Rangkuti F. 2004)

Kuadran 1       :  Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan  tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategi).
Kuadran 2       :  Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan dari strategi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3       :  Perusahan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.   Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4       :  Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. (Rangkuti, F.2004)
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Model yang dapat dipergunakan adalah matrik SWOT.
Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas tentang peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam pengembangan pengusahaan minyak olahan kelapa yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi.  

Gambaran tentang alternatif strategi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
IFE



EFE
STRENGTH (S)
Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal
WEAKNESS (W)
Tentukan 5-10 faktor  kelemahan internalnya
OPPORTUINITIES (O)
Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal



STRATEGI – SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI – WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
TREATHS (T)
Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal


STRATEGI – ST
Ciptakan strategi yang mengguanakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI – WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti (2004)
Keterangan :
Strategi SO
Strategi ini dapat dilakukan berdasarkan kondisi usaha, yaitu dengan memanfatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatn peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.


Strategi WT
Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3.5.      Definisi Operasional
Untuk dapat mempermudah pengertian yang digunakan dalam pengamatan ini, maka dibuat definisi operasional variabel penelitian yaitu :
1.      Pemasaran adalah sejumlah kegiatan jual beli yang ditujukan untuk memberikan kepuasan dari barang/jasa yang dipertukarkan kepada konsumen akhir.
2.      Margin pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat produsen ke konsumen akhir.
3.      Analisis SWOT adalah suatu analisis dimana suatu perusahaan dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats)
4.      Saluran pemasaran adalah kumpulan (saluran) lembaga-lembaga yang melakukan penyaluran pemasaran barang, yang selalu berhubungan langsung dengan pasar.
5.      Produsen adalah setiap orang yang tugasnya menghasilkan minyak olahan  kelapa yang ada di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot.
6.      Pedagang pengecer adalah pedagang lembaga pemasaran yang berperan dalam memasarkan barang disuatu pasar sehingga sampai ke konsumen akhir.
7.      Harga adalah nilai yang berlaku pada tingkat produsen hingga konsumen selama mengadakan penelitian (satuan rupiah)
8.      Pedagang pengumpul adalah pedagang lembaga pemasaran yang berperan dalam mengumpulkan barang ( minyak olahan kelapa ) untuk di salurkan ke pedagang pengecer.

DAFATAR PUSTAKA


Andi Nur Alam Syah. 2005. Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anonim. 2007a. Kabupaten Paser Dalam Angka 2007. Kantor Statistik Kabupaten Paser. Tanah Grogot

______. 2007b. Monografi Desa Pepara 2009. Kantor Kepala Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot. Tanah Grogot

Barlina Rindengan dan Hengky Novarianto. 2006. Pembuatan & Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Penebar Swadaya. Jakarta

Bustanul. B. 2001. SPektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Food and Agricultural Organization of the United Nations. 1965. Pedoman Manajemen Usaha Tani. CV Yasaguna. Bangkok.

Freddy Rangkuti.2004. Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Gumbira Said E dan Harizt Intan A. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.

Hanafiah. M dan A. M. Saefuddin. 1983. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia. Bogor.

Hantoro, Sirod. 2005. Kiat Sukses Berwirausaha. Adi Cita karya Nusa. Yogyakarta.

Husein Umar. 1997. Studi Kelayakan Bisnis Manajemen Metode Kasus. PT Gema Mulia. Malang.

Kartasapoetra.G. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Rineka Cipta. Jakarta.

Longenecker, Justin. G dkk. 2001. Kewirausahan : Manajemen Usaha Kecil. Salemba Empat. Jakarta.

Mubyarto. 1983. Politik pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Sinar Harapan. Jakarta

Nusbar. 1981. Pelajaran Ekonomi. Tiga Serangkai. Jakarta

Rashid, A. dan Chaudry, M. A. 1973. Marketing efficiency in theory and practice. Teaching From The Agricultural Development Council, Inc. New York.

Sinar Tani Edisi 6-12 September 2006 No. 3166
           
Soekartawi. 1993. Tataniaga Hasil Pertanian. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

_________. 2000. Pengantar Agroindustri. Rajawali Pers. Jakarta.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Suhardiman P. 2000. Bertanam Kelapa Hibrida. Penebar swadaya. Jakarta

Sukamto I. T. N. 2001. Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sukartin. JK dan Sitanggang M. 2005. Gempur Penyakit Dengan VCO. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Umar H. 2001. Strategic Managemen in Action. Gramedia Pustaka utama. Jakarta.

Warisno. 1998. Budidaya Kelapa Kopyor. Kanisius. Yogyakarta.


                                                      

1 komentar: