STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK KELAPA DAN MARGIN PEMASARAN
DI DESA PEPARA
KECAMATAN TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER
![](file:///C:/DOCUME%7E1/sinarnet/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
Oleh
FARIDA SARI
NPM : 04.1.39.404.014
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
MUHAMMADIYAH TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER
2009
STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK KELAPA DAN MARGIN PEMASARAN
DI DESA
PEPARA KECAMATAN TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER
SKRIPSI
Merupakan Persyaratan Meraih Derajat
Sarjana Pertanian Pada Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian
(Stiper) Muhammadiyah Tanah Grogot
Oleh
FARIDA SARI
NPM :
04.1.39.404.014
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH
TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
MUHAMMADIYAH
TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER
2009
HALAMA PENGESAHAN
Judul Penelitian : Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan
Minyak Kelapa dan Margin Pemasaran Di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser
Nama :
FARIDA SARI
NPM :
04.1.39.404.014
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program studi :
Agribisnis
Disetujui
Komisi Pembimbing
|
|
|
|
Tanggal Ujian Skripsi : 01 Februari 2009
SKRIPSI
STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK KELAPA DAN MARGIN PEMASARAN
DI DESA
PEPARA KECAMATAN TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : FARIDA SARI
NPM : 04.1.39.404.014
Program Studi : Agribisnis
Telah dipertahankan di depan penguji Pada tanggal 01 Februari 2009 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna
mempertahankan gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Muhammadiyah Tanah Grogot.
Susunan Panitia Penguji
|
|
|
|
|
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pohon kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis, Indonesia
merupakan negara produsen kelapa utama di dunia. Hal ini terjadi karena kelapa
umumnya tumbuh dikawasan pantai. Dilihat dari luas arealnya, luas areal
perkebunan kelapa di Indonesia mencapai 3,712 juta Ha, dan Indonesia juga
merupakan salah satu negara produksi kelapa terbesar ke dua di dunia setelah
Filipina. (Andi, 2005)
Pohon kelapa juga banyak dijumpai di Kalimantan Timur,
khususnya disepanjang pantai Kalimantan Timur, karena secara geografis
Kalimantan Timur berbatasan langsung dengan selat makasar. Di Kabupaten Paser
tanaman kelapa juga dapat ditemukan dihampir seluruh wilayah yang ada di
Kabupaten Paser, mulai dari daerah
pesisir pantai hingga ke pekarangan rumah.
Banyak produk dari kelapa belum bisa digantikan oleh
kelapa sawit. Inilah salah satu
keunggulan kelapa. Beberapa produk dari kelapa antara lain minuman segar dari
kelapa, daging kelapa, santan kelapa, kelapa parut kering, lidi, janur, gula
kelapa dan roti.
Peran
kelapa akan semakin besar bila ditinjau dari industri non pangan seperti industri
sabut, arang aktif, oleokimia, bahkan kerajinan tangan. Dibidang kesehatan,
sampai sekarang khasiat kelapa untuk mendukung dan menjaga kesehatan telah
semakin diakui. Meskipun demikian, kelapa masih sering dipandang sebagai
tanaman senja (Sunset Crop) yang
tidak mampu bersaing di pasar ekspor. (Barlina, dkk, 2006)
Konsumsi
kelapa dan olahannya meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Konsumsi
minyak kelapa dunia meningkat sekitar 1,3 %
yaitu 2,9 juta ton ditahun 1992 menjadi lebih dari 3 juta ton ditahun
1997. Dengan demikian dapat diprediksi bahwa kelapa masih merupakan komoditas
hasil perkebunan yang penting bagi masyarakat di masa yang akan datang. (Sukamto,
2001).
Dari salah satu literatur telah
dipaparkan bahwa minyak kelapa yang mengandung lemak jenuh dituding sebagai
penyebab munculnya penyakit-penyakit modern seperti jantung, kolesterol dan
sebagainya. Akibatnya selama lebih dari 20 tahun terakhir ini telah terjadi
perubahan besar dari konsumsi minyak goreng. Masyarakat yang dulunya mengkonsumsi
minyak goreng dari bahan kelapa beralih kepada minyak kelapa sawit dan minyak
nabati lainnnya. (Kuncoro, dkk, 2005)
Meskipun banyak orang yang beralih pada minyak goreng
kelapa sawit/minyak nabati lainnya, namun masyarakat yang berdomisili di Kota Tanah
Grogot khususnya di desa Pepara kecamatan Tanah Grogot. Mereka masih
mengkonsumsi minyak kelapa sebagai minyak goreng karena menurut mereka minyak
kelapa tidak kalah baiknya dibandingkan dengan minyak hasil olahan kelapa
sawit, di samping itu minyak kelapa memiliki aroma yang harum.
Melihat prospek pengembangan minyak olahan kelapa
cukup menjanjikan, hal ini menjadi motivasi bagi produsen khususnya pengolah
untuk tetap memproduksi minyak kelapa dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam
(SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada.
Pemasaran merupakan kegiatan akhir dari semua proses
produksi yang menentukan kegiatan tersebut sudah maksimal atau belum, dapat
diterima oleh masyarakat atau tidak. Khususnya minyak hasil olahan kelapa yang
dikelola oleh industri rumah tangga di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot. Oleh
karena itu maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui strategi apa yang
dapat dilakukan dalam mengembangkan usaha ini dan untuk mengetahui berapa nilai
margin pemasaran minyak olahan kelapa pada industri rumah tangga di Desa Pepara
Kecamatan Tanah Grogot. Sehingga dapat memberikan keuntungan pada masing-masing
pelaku pemasaran, dari produsen hingga konsumen akhir serta mempopulerkan
kembali minyak hasil olahan dari kelapa yang sempat tenggelam.
1.2. Perumusan Masalah
Mengacu pada uraian kondisi sebagaimana tersebut di
atas perlu kiranya suatu rumusan masalah agar dapat ditemukan akar permasalahan
yang dihadapi oleh produsen minyak kelapa yang dikelola oleh industri rumah
tangga di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser, Perumusan
tersebut antara lain :
1. Bagaimana strategi pengembangan usaha
minyak olahan kelapa di Desa Pepara.
2. Bagaimana saluran distribusi produk olahan
minyak kelapa dari produsen hingga konsumen akhir.
3. Berapa nilai margin pemasaran minyak
olahan kelapa yang dikelola pada industri rumah tangga di Desa Pepara.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui strategi pengembangan
usaha minyak olahan kelapa pada industri rumah tangga di Desa Pepara Kecamatan
Tanah Grogot.
2. Untuk dapat mengetahui saluran distibusi
produk olahan minyak kelapa di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot.
3. Untuk mengetahui margin pemasaran minyak
olahan kelapa.
1.4. Hipotesa
Berdasarkan pada uraian tersebut di
atas, baik dari latar belakang, perumusan masalah, maka penulis menarik suatu
praduga (hipotesa) yaitu :
1.
Diduga strategi pengembangan usaha minyak olahan kelapa
dengan perbaikan produk dan segi promosi.
2.
Diduga saluran distribusi produk olahan minyak kelapa
di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser secara semi langsung.
3.
Diduga ada perbedaan margin share antara pengolah,
pedagang pengumpul, pengecer, dan konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Perkembangan
Indutri Minyak Olahan Kelapa
Sebuah penelitian di Minnesota, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa di AS
telah terjadi epidemik penyakit jantung akibat konsumsi minyak atau
lemak nabati jenuh. Berkaitan dengan itu, minyak nabati berasam lemak jenuh
yang berasal dari kelapa sawit dan kelapa dituding sebagai biang keroknya.
Sementara
itu, dalam kasus ini Indonesia yang memproduksi minyak kelapa tidak bisa
melakukan perlawanan. Akibatnya, sejak tahun 1963 muncul anggapan bahwa minyak
kelapa tidak sehat untuk dikonsumsi. Bahkan dari penelitian berbau politis, munculnya
anjuran untuk meninggalkan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang banyak di
produksi oleh Negara-Negara tropis. Karena itu pangsa pasar minyak kelapa
menurun drastis dan berimbas pada kehidupan petani yang semakin terpuruk. Hal
ini tentu semakin menguntungkan AS sebagai produsen kedelai terbesar.
Akibatnya,
selama lebih dari 20 tahun terakhir ini telah terjadi perubahan besar dari
konsumsi minyak goreng. Masyarakat yang dulunya mengkonsumsi minyak goreng dari
bahan kelapa, beralih kepada minyak kelapa sawit dan minyak nabati lainnya.
Diberbagai toko dan swalayan dijual minyak goreng dari kelapa sawit, minyak
jagung, minyak kedelai, atau minyak biji bunga matahari. Sementara itu, minyak kelapa menjadi terpurukkan.
Dengan
tekhnologi yang semakin berkembang, kelapa tidak hanya dimanfaatkan sebagai
penghasil minyak. Seluruh bagian kelapa juga dimanfaatkan secara sebagi berikut :
a. Sabutnya bisa dijadikan keset, dasar jok
mobil, dan kerajinan lainnya.
b.
Tempurungnya bisa dijadikan arang briket, karbon aktif
atau diolah menjadi liquid smoke.
c. Air kelapa dimanfaatkan menjadi nata de
coco yang lezat.
d.
Daging kelapa menjadi minyak
e.
Ampas dan blondo hasil pengolahan minyak
bisa dijadikan pakan ternak
![Oval: Buah Kelapa](file:///C:/DOCUME%7E1/sinarnet/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
![](file:///C:/DOCUME%7E1/sinarnet/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
Gambar 1 : Pengembangan Produk Kelapa (Sukartin JK
dan Sitanggang M. 2005)
2.2. Pengertian Pemasaran Pertanian
Menurut Nusbar (1981) pemasaran adalah segala aktivitas perdagangan,
memberitahukan, memperkenalkan agar pelanggan dan yang akan menjadi pelanggan
merasa puas sehingga penjualan meningkat. Sedangkan menurut Radio Sanu (1983),
pemasaran atau marketing adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha
memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Sementara Kotler (1997) mendefinisikan pemasaran
adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberikan kepuasan dari
barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai.
Menurut
Prof. Bahtiar Rifai pemasaran petanian adalah serangkaian jasa-jasa untuk
mengusahakan benda-benda mengalir mulai dari titik produksi hingga titik
konsumsi. Berdasarkan konsep agribisnis, pemasaran atau tata niaga pertanian
adalah kegiatan bisnis yang ditujukan pada konsumen atau pemakai dibidang
pertanian baik input maupun produk atau komoditas pertanian. (Sudiyono. A.
2004).
Pendekatan pemasaran
pertanian
Dalam mempelajari pemasaran
pertanian terdapat lima pendekatan yaitu :
1.
Pendekatan komoditi
Dalam pasar produk pertanian terdapat beberapa
komoditi yang diperjualbelikan oleh sebab itu perlu ditentukan dahulu komoditi
yang akan diteliti setelah ditentukan penelitian harus mengikuti pergerakan
komoditi tersebut dari produsen ke konsumen serta menekankan dengan
penggambaran mengenai apa yang akan dilakukan terhadap komoditi pertanian dan
bagaimana suatu komoditi pertanian dipasarkan secara efisien.
2.
Pendekatan lembaga
Peneliti harus menentukan lembaga-lembaga pemasaran
mana saja yang terlibat dalam proses pemasaran. Lembaga pemasarn dapat berupa
tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan sebagainya. Lembaga
pemasaran ini penting, sebab lembaga pemasaran inilah yang melakukan proses
pengambilan keputusan dalam proses pemasaran komoditi pertanian.
3.
Pendekatan fungsi
Fungsi-fungsi pemasaran menjelaskan bagaimana sistem
pemasaran diorganisasikan sehingga dapat meningkatkan guna tempat, bentuk, dan
waktu komoditi pertanian. Pendekatan ini dapat digunakan untuk membahas
fungsi-fungsi tertentu, pengolahan, jual eceran, transportasi ataupun konsumsi
yang memungkinkan dilakukan analisis secara detail dan cermat untuk membahas
permasalahan pemasaran yang tepat.
4.
Pendekatan teori ekonomi
Pada pendekatan ini digunakan konsep-konsep penawaran,
permintaan, pergeseran penawaran dan permintaan, jumlah keseimbangan, harga
keseimbangan, elastisitas, struktur pasar persaingan murni oligopoly atau
oligopsoni, monopoli atau monopsoni, persaingan monopolistic dan monopsonistik.
5.
Pendekatan sistem
Sangat penting untuk menelaah pemasaran yang sangat
komplek dalam rangka meningkatkan efisiensi pemasaran secara keseluruhan.
(Sudiyono.A. 2004).
2.2.1.
Fungsi Pemasaran
Menurut Nusbar (1981) fungsi pemasaran ada tiga yaitu
:
1. Suatu
perdagangan, berarti bagaimana supaya untung yang diharapkan tercapai.
2.
Memperkenalkan produksi pada konsumen.
3. Memperkenalkan tidak sekedar
memperkenalkan pada konsumen.
Menurut M.
Hanafiah dan A. M. Saefuddin (1983) fungsi pemasaran dikelompokkan sebagai
berikut :
1.
Fungsi pertukaran
-
Penjualan
-
Pembelian
2.
Fungsi pengadaan secara fisik
-
Pengangkutan
-
Penyimpanan
-
Pengolahan
3.
Fungsi pelancar atau fasilitas
-
Permodalan
-
Penanggung resiko
-
Standardisasi dan grading
-
Informasi pasar
-
Penelitian pasar
2.2.2. Sumber
Informasi Pasar
Kegiatan pemasaran merupakan aspek yang sangat penting
dalam suatu kegiatan agribisnis. Tanpa
kegiatan pemasaran maka suatu pengolahan
minyak kelapa tidak akan memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, setiap pelaku
pemasaran harus jeli mencari informasi harga. Ini disebabkan harga produk minyak
kelapa dipasaran berfluktuasi. Bila pelaku pemasaran terlambat mengetahui
informasi harga maka sangat mungkin mereka memperoleh kerugian. Informasi mengenai perkembangan harga minyak
kelapa dapat diketahui melalui pedagang pengumpul, petugas atau penyuluh
pertanian, Koperasi Unit Desa (KUD), pengolah, eksportir, BPEN, atase
perdagangan, atau surat kabar.
( Barlina, dkk. 2006)
Dalam penyuluh manajemen usaha tani ada tiga macam
informasi dasar mengenai keadaan pasar dan pemasaran yang harus dihimpun.
A.
Tipe pasar
Penyuluh harus memberikan informasi mengenai tipe
pasar untuk bermacam-macam komoditi yang dihasilkan oleh petani, yang mencakup
sistem pasar lokal, macam-macam pembeli dengan ciri-cirinya, satuan timbangan
dan ukuran dan penggolongan kualitas yang digunakan. Dengan informasi ini
petani dapat mempergunakan pasar secara lebih bijaksana.
B.
Variasi harga musiman
Harga
musiman ini rendah pada waktu panen. Hal ini sangat merugikan petani yang harus
menjual hasilnya pada saat itu. Petani yang mengetahui keadaan tersebut dan
sanggup menunggu, mempunyai kesempatan untuk menunda dan menjual sebagian atau
seluruh hasil usaha taninya sampai harga cukup tinggi. Sehingga mereka akan
memperoleh harga rata-rata yang lebih baik bagi hasil usaha taninya.
C.
Kecenderungan (trend)
harga hasil-hasil usaha tani
Kecenderungan harga berbeda-beda untuk setiap hasil
pertanian di suatu daerah dapat naik atau turun, karena perubahan permintaan.
(FAO. 1965)
2.3. Prospek
Usaha Minyak Kelapa
Akhir-akhir ini di pasar tradisional maupun swalayan
sudah mulai terdapat produk minyak goreng berbahan baku kelapa walaupun warnanya agak
kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian konsumen sudah mulai kembali
menggunakan minyak goreng dari kelapa.
Harga minyak goreng kelapa (termasuk
minyak goreng curah) sekitar Rp 4.500,00 per kantong ( setiap kantong bervolume
650 ml) atau setara dengan Rp 7.000,00 per
liter. Untuk minyak goreng kelapa sawit memang harganya masih di bawah harga
minyak kelapa, yaitu Rp 2.600,00 per 500 ml atau setara dengan Rp 5.200,00 per liter.
Bila proyeksi tahun 2000 tercapai, yaitu konsumsi
minyak kelapa sebesar 2,89 kg per kapita per tahun, dan angka tersebut dipakai
kondisi 2003 maka dengan jumlah penduduk 200 juta jiwa kebutuhan minyak goreng
dari kelapa sebesar 578.000.000 kg. Jumlah kebutuhan tersebut setara dengan
5.780.000.000 butir kelapa bila asumsikan setiap 10 butir kelapa dihasilkan 1
kg minyak kelapa atau 1.156.000.000 kg kopra bila diasumsikan 5 butir kelapa
menghasilkan 1 kg kopra. Bila buah
kelapa hanya diolah menjadi minyak goreng dengan harga Rp 7.000,00 per kg maka
berdasarkan data tersebut akan diperoleh nilai 578.000.000 kg x Rp 7.000,00 =
Rp 4,046 triliun. Sementara bila buah kelapa hanya diolah menjadi kopra dengan
harga Rp 1.850,00 per kg maka nilai yang diperoleh hanya sebesar 1.156.000.000
kg x Rp 1.850,00 = Rp 2,139 triliun. Jelaslah disini bahwa buah kelapa akan
memiliki prospek yang bagus dalam meningkatkan pendapatan petani bila diolah
menjadi minyak kelapa. (Barlina, dkk. 2006)
2.4. Saluran
Distribusi Pemasaran
Olahan kelapa sebagai salah satu komoditas unggulan
ekspor bidang pertanian mengalami peningkatan dalam hal perdagangan. Namun
dibalik peningkatan ini ternyata terdapat banyak kendala yang disebabkan oleh
adanya banyak pihak yang berada dijalur perdagangan atau pemasaran olahan
kelapa, mulai dari tingkat petani sampai eksportir. Akibatnya, biaya
pemasarannya pun menjadi tinggi. Setiap pihak yang dilalui dalam pemasaran
olahan kelapa mengambil keuntungan yang besar. Padahal, petani sendiri
kemungkinan hanya mendapatkan hasil pemasaran dengan nilai yang rendah.
2.4.1. Jenis-jenis saluran distribusi
Dalam dunia bisnis terdapat beberapa macam saluran
distribusi, diantaranya sebagai berikut :
a. Secara fisik saluran distribusi dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu:
1)
Saluran distribusi langsung yaitu saluran distribusi
yang langsung dari produsen ke konsumen.
2)
Saluran distribusi semi langsung, yaitu saluran
distribusi yang hanya menggunakan satu perantara misalnya melalui pengecer.
3)
Saluran distribusi tidak langsung, yaitu saluran
distribusi yang menggunakan dua atau lebih perantara kepada konsumen.
b.
Berdasarkan banyaknya penyalur, saluran distribusi
dapat dibedakan sebagai berikut :
1)
Distribusi Internal
Yaitu saluran distribusi yang banyak menggunakan
penyalur, terutama pengecer. Hal ini dimaksudkan agar mudah mendekati konsumen
, sehingga konsumen lebih puas. Distribusi ini lebih cocok untuk barang
konsumsi atau konvinien dan barang-barang standar lainnya.
2)
Distribusi Selektif
Perusahaan hanya memilih perantara dalam suatu daerah
tertentu. Distribusi ini hanya cocok untuk menyalurkan barang produksi
keperluan shopping maupun produksi baru.
3)
Distribusi Eksklusif
Perusahaan hanya menunjuk satu perantara atau penyalur
dalam daerah tertentu. Selama distribusi ini digunakan untuk barang-barang
eksklusif atau spesial. (Hantoro, S. 2005)
Menurut Nusbar (1981) ada dua jenis saluran distribusi yaitu:
1)
Saluran langsung
Dari distribusi tidak terdapat perantara-perantara
secara langsung berpindah dari produsen ke pengguna.
2)
Saluran tidak langsung
Dari distrbusi memiliki satu atau dua perantara
diantara para produsen atau pengguna.
SKEMA JALUR PEMASARAN MINYAK KELAPA
![](file:///C:/DOCUME%7E1/sinarnet/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
Gam
|
|
Gambar
2 : Skema Jalur Pemasaran Minyak Kelapa ( Barlina,dkk. 2006 )
2.4.2. Kebaikan
Dan Keburukan Distribusi Jalan Panjang/Pendek
Kebaikan distribusi jalan panjang
1.
Harga lebih stabil, karena hasil produksi tidak
sekaligus dijual pada konsumen.
2.
Jarak jauh dari produsen kekonsumen dipermudah
penyaluran oleh pedagang.
Keburukan distribusi jalan panjang
1.
Penimbunan barang sering terjadi.
2.
Karena banyak perantara, harga mahal, tiap perantara
atau pedagang mengambil keuntungan dengan menaikkan harga.
Kebaikan distribusi jalan pendek
1.
Hasil produksi atau barang cepat sampai pada konsumen
dan harga murah karena tanpa perantara.
2. Produsen dan konsumen jadi dekat
dan kenal mengenal. Produsen mudah
mengetahui perubahan selera pemakai.
Keburukan distribusi jalan pendek
1.
Bila konsumen jauh dan tersebar, produsen sulit
menyalurkan hasil produksi.
2.
Timbul kesulitan bila produsen ingin menjual secara
partai besar, sedang konsumen mau beli partai kecil (sedikit). (Nusbar. 1981)
2.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi Panjang Pendeknya
Saluran Pemasaran
Faktor yang mempengaruhi panjang pendek saluran
pemasaran adalah sebagai berikut :
a)
Jarak antara produsen dengan konsumen.
b)
Cepat tidaknya produk rusak.
c)
Skala produksi.
d)
Posisi keuangan perusahaan.
2.5. Margin
Pemasaran Dan Analisa SWOT
2.5.1. Definisi Margin Pemasaran
Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga
yang dibayar oleh pembeli terakhir. (M. Hanafiah, dkk. 1983). Menurut Sudiyono
(2002) margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi-fungsi
pemasaran dan keuntungan yang diperoleh dari masing-masing lembaga pemasaran.
Pemasaran yang tinggi tidak selalu mengindikasikan keuntungan yang tinggi,
tergantung dari besarnya biasa operasional yang dikeluarkan untuk fungsi-fungsi
pemasaran seperti biaya penyimpanan, pengangkutan, dan lain-lain.
2.5.2. Fungsi Margin Pemasaran
Margin pemasaran digunakan untuk memudahkan dalam
menganalisis tentang efisiensi pemasaran.
2.5.3. Komponen
Margin
Ada beberapa komponen margin menurut Sudiono
(2004) adalah sebagai berikut :
1. Biaya-biaya yang diperlukan
lembaga-lembaga pemasaran atau distribusi untuk melakukan fungsi-fungsi
pemasaran.
2.
Keuntungan (profit) lembaga pemasaran
2.5.4. Faktor-faktor Dan Unsur-unsur Yang Mempengaruhi
Margin Pemasaran Hasil Pertanian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi margin
pemasaran meliputi biaya pemasaran, tingkat persaingan diantara para pedagang,
sikap para pedagang terhadap resiko, dan banyaknya perantara (Lembaga
Pemasaran) yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke
konsumen akhir.
Rashid dan Chaudry (1973) menyatakan ada dua unsur
yang mempengaruhi margin pemasaran hasil pertanian yaitu :
a.
Biaya yang dipasarkan atau dikeluarkan
untuk beberapa fungsi pemasaran seperti pengumpulan, pengepakan, pengangkutan
dan lainnya.
b.
Keuntungan dari pasar-pasar perantara atau keuntungan
pedagang perantara.
Perubahan dan peningkatan permintaan pasar menuntut
pula peningkatan tersedianya bahan baku,
padahal produk pertanian/perkebunan tidak bias begitu saja kuantitasnya
dinaikkan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena pengusaha agroindustri
umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk berproduksi, dan walaupun ada,
luasnya tidak mencukupi untuk memenuhi peningkatan permintaaan pasar tersebut.
Disinilah sebenarnya salah satu persoalan mendasar dari pengembangan
agroindustri Indonesia.
2.5.5. Analisis Margin Pemasaran
Pada umumnya yang menjadi jembatan antara produsen
dengan konsumen terdapat lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran mempunyai tujuan
masing-masing untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. (M.
Hanafiah, dkk. 1983). menurut Sudiyono
(2002) secara matematis nilai margin pemasaran dapat ditulis dengan rumus
sebagai berikut :
VM = Pr – Pf
Keterangan :
VM = Nilai
margin pemasaran
Pr = Harga ditingkat pengecer (lembaga pemasaran)
Pf = Harga ditingkat petani
2.5.6. Definisi Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu analisis
yang didasarkan pada faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
pelaung dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. (Freddy. 2004).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembangan pengusahaan minyak olahan kelapa diinventarisasi
dan didentifikasi, kemudian dianalisa. kondisi yang akan dianalisa adalah :
1. Kekuatan (strengths): adalah kondisi real yang merupakan potensi atau
kelebihan yang dimiliki oleh lokasi sehingga menunjang pengembangan sistem
pengusahaan pengolahan minyak kelapa, pada akhirnya kegiatan tersebut menjadi
layak untuk dikembangkan.
2.
Kelemahan (Weaknesses): adalah hal-hal yang dapat
menghambat pengembangan sistem pengusahan pengolahan minyak kelapa. Sehingga perlu dipertimbangkan dalam
pengembangnnya.
3.
Peluang (opportunities):
adalah kondisi dari sistem pengusahaan pengolahan minyak kelapa yang dapat
mendatangkan keuntungan (profit),
bila dapat memanfaatkan secara positif.
4.
Ancaman (threats):
adalah suatu kondisi dari sistem pengusahaan minyak olahan kelapa, apabila
dibiarkan akan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ketidakberhasilan
dalam usaha tersebut, sehingga harus diwaspadai (Rangkuti, F. 2004)
2.5.6.1. Faktor Startegis Internal
Untuk merumuskan faktor-faktor startegis
internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Berikut adalah cara-cara
penentuan faktor internal :
1. Pada
kolom faktor-faktor internal memuat tentang faktor-faktor sukses kritis yang
dikenal dengan proses evaluasi internal. Dituliskan kekuatan terlebih dahulu
dan kemudian kelemahan dan diusahakan sespesifik mungkin dan diisikan dari
uraian ke-1 sampai dengan ke-n.
2.
Pada kolom bobot, berisikan peringkat nilai pembobotan
terhadap faktor-faktor internal yang sudah diidentifikasi tersebut, dengan
kisaran nilai dari 0,00 (tidak penting) sasmpai dengan 1,00 (paling penting).
Bobot yang diberikan pada suatu faktor internal menunjukkan kepentingan relatif
dari faktor tersebut untuk sukses dalam kegiatan usaha, dan tanpa memperdulikan
apakah faktor tersebut adalah kekuatan atau kelemahan internal. Faktor yang
dianggap mempunyai pengaruh terbesar diberi bobot tinggi.
3.
Jumlah semua bobot (P-1 + p-2)
pada kolom bobot harus sama dengan 1,00.
4.
Pada kolom rating adalah menunjukkan apakah faktor
internal tersebut mewakili, kelemahan utama (peringkat 1), kelemahan
kecil (peringkat 2), kekuatan kecil (peringkat 3) atau kekuatan
utama (peringkat 4).
5.
Pada kolom (B x R) adalah merupakan hasil perkalian
antara bobot dengan peringkat pada setiap faktor internal yang
diidentifikasikan. Jumlah total nilai yang dibobot (Q-1 + Q-2)
adalah untuk menentukan nila yang dibobot pada kegiatan usaha.
6.
Tidak peduli berapa jumlah faktor internal yang
dimasukkan ke dalam matrik IFE,
jumlah total nilai yang dibobot dapat berkisar dari 1,00 yang rendah
sampai 4,00 yang tertinggi dengan rata-rata 2,5.
7.
Jumlah total nilai yang dibobot yang jauh di bawah 2,5
merupakan cirri dari suatu usaha yang lemah secara internal, sedangkan jumlah
jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat.(Umar,H, 2001).
Tabel 1 : Matrik
Internal Faktors Evaluation (IFE)
No
|
Faktor-faktor internal
|
Bobot
|
Rating
|
B x R
|
1
2
N
|
Kekuatan
Internal
(a-1.1)
(a-2.1)
(a-n.1)
|
(a-1.2)
(a-2.2)
(a-n.2)
|
(a-1.3)
(a-2.3)
(a-n.3)
|
(a-1.2)* (a-1.3)
(a-2.2)* (a-2.3)
(a-n.2)* (a-n.3)
|
|
Subtotal nilai
|
P-1
|
|
Q-1
|
1
2
N
|
Kelemahan
Internal
(b
(b-2.1)
(b-n.1)
|
(b-1.2)
(b-2.2)
(b-n.2)
|
(b-1.3)
(b-2.3)
(b-n.3)
|
(b-1.2)* (b-1.3)
(b-2.2)* (b-2.3)
(b-n.2)* (b-n.3)
|
|
Subtotal nilai
|
P-2
|
|
Q-2
|
|
Jumlah
Total
nilai
|
(P-1
+ P-2)
= 1,00
|
|
(Q-1 + Q-2)
|
Sumber : Umar (2001)
2.5.6.2. Faktor
Strategi Eksternal
Untuk merumuskan
faktor-faktor startegis internal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Berikut
adalah cara-cara penentuan faktor eksternal :
1.
Pada
kolom faktor-faktor eksternal memuat tentang faktor-faktor sukses kritis yang
dikenal dengan proses evaluasi eksternal. Dituliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian kelemahan dan
diusahakan sespesifik mungkin dan diisikan dari uraian ke-1 sampai dengan
ke-n.
2.
Pada
kolom bobot, berisikan peringkat nilai pembobotan terhadap faktor-faktor
eksternal yang sudah diidentifikasi tersebut, dengan kisaran nilai dari 0,00
(tidak penting) sampai dengan 1,00 (paling penting). Bobot yang diberikan pada
suatu faktor eksternal menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut
untuk sukses dalam kegiatan usaha, dan tanpa memperdulikan apakah faktor
tersebut adalah peluang atau ancaman eksternal. Faktor yang dianggap
mempunyai pengaruh terbesar diberi bobot tinggi.
3.
Jumlah semua bobot (X-1 + X-2)
pada kolom bobot harus sama dengan 1,00.
4.
Pada kolom rating adalah menunjukkan apakah faktor
internal tersebut mewakili, superior(peringkat 4), di atas rata-rata
(peringkat 3), rata-rata (peringkat 2) atau di bawah rata-rata (peringkat
1).
5.
Pada kolom (B x R) adalah merupakan hasil perkalian
antara bobot dengan
peringkat pada setiap faktor eksternal yang diidentifikasikan. Jumlah
total nilai yang dibobot (Y-1 + Y-2) adalah untuk
menentukan nilai yang dibobot pada kegiatan usaha.
6.
Tidak peduli berapa jumlah faktor internal yang
dimasukkan ke dalam matrik EFE, jumlah total nilai yang dibobot dapat berkisar
dari 1,00 yang rendah sampai 4,00 yang tertinggi dengan rata-rata
2,5.
7.
Jumlah total (Bx R) yang kurang dari 2,5 hingga
mendekati 1,00 menunjukkan bahwa usaha tersebut berada dalam posisi harus
memilih satu dari dua pilihan yang ada, yaitu memanfaatkan peluang atau
menghindari ancaman.
8.
Jumlah total (B x R) yang lebih dari 2,5 hingga
mendekati 4,00 menunjukkan bahwa usaha tersebut berada dalam posisi dapat
efektif memanfaatkan peluang yang ada dan sekaligus meminimalkan pengaruh
negatif dari ancaman eksternal. (Umar,H. 2001)
Tabel 2 : Matrik Eksternal Faktors Evaluation
(EFE)
No
|
Faktor-faktor Eksternal
|
Bobot
|
Rating
|
B x R
|
1
2
N
|
Peluang eksternal
(c-1.1)
(c-2.1)
(c-n.1)
|
(c-1.2)
(c-2.2)
(c-n-2)
|
(c-1.3)
(c-2.3)
(c-n-3)
|
(c-1.2)* (c-1.3)
(c-2.2)* (c-2.3)
(c-n-2)* (c-n-3)
|
|
Subtotal nilai
|
X-1
|
|
Y-1
|
1
2
N
|
Ancaman ekstenal
(d-1.2)
(d-2.2)
(d-n-2)
|
(d-1.2)
(d-2.2)
(d-n-2)
|
(d-1.3)
(d-2.3)
(d-n-3)
|
(d-1.2)* (d-1.3)
(d-2.2)* (d-2.3)
(d-n-2)* (d-n-3)
|
|
Subtotal nilai
|
X-2
|
|
Y-2
|
|
Jumlah
Total
nilai
|
(X-1
+ X-2)
= 1,00
|
|
(Y-1 + Y-2)
|
Sumber
: Umar (2001)
Bobot yang
ditentukan sebagai berikut (Husein Umar. 2001) :
0,20 = Sangat kuat
0,15 = Di atas rata-rata
0,10 = Rata-rata
0,05 = Di
bawah rata-rata
Rating ditentukan sebagai berikut
4
= Major strength
/ kekuatan utama
3
= Minor strength / kekuatan kecil
2
= Minor weakness / kelemahan kecil
1 = Major weakness / kelemahan utama
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai
tanggal 1 Desember 2008 sampai 25 Januari 2009, terhitung sejak survei lokasi,
interview, sampai dengan pengumpulan data. Tempat pelaksanaan penelitian di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot
Kabupaten Paser.
3.2. Jenis Dan Sumber Data
Data diambil dengan
menggunakan dua sumber yaitu :
1.
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari
responden melalui wawancara dan quisioner.
2.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber
yang telah ada atau dari instansi, atau lembaga yang terkait.
3.3. Metode pengambilan Sampel
Ukuran minimal sampel yang dapat
diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan, minimal 10%
populasi. (Gay dalam Husein Umar, 2006). Metode pengambilan sampel di Desa
Pepara Kecamatan Tanah Grogot dilakukan dengan teknik Snow Ball dengan jumlah pengolah minyak kelapa sebanyak 13 orang
diambil semua sebagai sampel (total sampling).
3.4. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk margin
pemasaran dan analisis SWOT.
1.
Margin pemasaran
Margin pemasaran adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama
dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. (M. Hanafiah, dkk. 1983). Margin
pemasaran digunakan untuk memudahkan dalam menganalisis tentang efisiensi
pemasaran, khususnya pemasaran hasil olahan minyak kelapa yang dikelola oleh
Industri Rumah Tangga di Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot.
Menurut Sudiyono (2002) nilai margin pemasaran dapat
ditulis dengan rumus sebagai berikut :
|
Keterangan :
VM = Nilai margin pemasaran
Pr = Harga
ditingkat pengecer (lembaga pemasaran)
Pf
= Harga ditingkat petani
2.
Analisis SWOT
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal
peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang terdapat dalam
pengembangan pengusahaan minyak olahan kelapa, sebagaimana digambarkan pada
diagram analisis SWOT sebagai berikut :
DIAGRAM ANALISIS SWOT
![](file:///C:/DOCUME%7E1/sinarnet/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
- Mendukung
Strategi
turn-around 1.
Mendukung strategi agrsistrat
4.
Mendukung strategi defensive 2.
Mendukung strategi diversifikasi
Gambar 3 : Diagram Analisis
SWOT ( Rangkuti F. 2004)
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth oriented
strategi).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman,
perusahaan masih memiliki kekuatan dari strategi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfatkan peluang jangka panjang
dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3 : Perusahan menghadapi peluang pasar yang sangat
besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Fokus strategi perusahaan ini
adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahan sehingga dapat merebut
peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal. (Rangkuti, F.2004)
Setelah
mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan,
tahap selanjutnya adalah memanfatkan semua informasi tersebut dalam model-model
kuantitatif perumusan strategi. Model yang dapat dipergunakan adalah matrik
SWOT.
Matrik SWOT
dapat menggambarkan secara jelas tentang peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi dalam pengembangan pengusahaan minyak olahan kelapa yang disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan
empat kemungkinan alternatif strategi.
Gambaran
tentang alternatif strategi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
![]()
EFE
|
STRENGTH (S)
Tentukan
5-10 faktor kekuatan internal
|
WEAKNESS
(W)
Tentukan 5-10 faktor kelemahan internalnya
|
OPPORTUINITIES (O)
Tentukan
5-10 faktor peluang eksternal
|
STRATEGI
– SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
|
STRATEGI
– WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang.
|
TREATHS
(T)
Tentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal
|
STRATEGI
– ST
Ciptakan strategi yang mengguanakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman
|
STRATEGI
– WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
|
Sumber : Rangkuti (2004)
Keterangan :
Strategi SO
Strategi
ini dapat dilakukan berdasarkan kondisi usaha, yaitu dengan memanfatkan seluruh
kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi ST
Strategi
ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO
Strategi
ini diterapkan berdasarkan pemanfaatn peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada.
Strategi WT
Strategi
yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3.5. Definisi Operasional
Untuk dapat mempermudah pengertian yang digunakan
dalam pengamatan ini, maka dibuat definisi operasional variabel penelitian
yaitu :
1.
Pemasaran adalah sejumlah kegiatan jual beli yang
ditujukan untuk memberikan kepuasan dari barang/jasa yang dipertukarkan kepada
konsumen akhir.
2.
Margin pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat
produsen ke konsumen akhir.
3.
Analisis SWOT adalah suatu analisis dimana suatu
perusahaan dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats)
4.
Saluran pemasaran adalah kumpulan (saluran)
lembaga-lembaga yang melakukan penyaluran pemasaran barang, yang selalu
berhubungan langsung dengan pasar.
5.
Produsen adalah setiap orang yang tugasnya menghasilkan
minyak olahan kelapa yang ada di Desa
Pepara Kecamatan Tanah Grogot.
6.
Pedagang pengecer adalah pedagang lembaga pemasaran
yang berperan dalam memasarkan barang disuatu pasar sehingga sampai ke konsumen
akhir.
7.
Harga adalah nilai yang berlaku pada tingkat produsen
hingga konsumen selama mengadakan penelitian (satuan rupiah)
8.
Pedagang pengumpul adalah pedagang lembaga pemasaran
yang berperan dalam mengumpulkan barang ( minyak olahan kelapa ) untuk di
salurkan ke pedagang pengecer.
DAFATAR PUSTAKA
Andi Nur Alam Syah. 2005. Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka
Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Anonim. 2007a. Kabupaten
Paser Dalam Angka 2007. Kantor Statistik Kabupaten Paser. Tanah Grogot
______. 2007b. Monografi Desa Pepara 2009. Kantor
Kepala Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot. Tanah Grogot
Barlina Rindengan dan
Hengky Novarianto. 2006. Pembuatan & Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni.
Penebar Swadaya. Jakarta
Bustanul. B. 2001. SPektrum Kebijakan
Pertanian Indonesia. Erlangga. Jakarta.
Food and Agricultural Organization of the United Nations. 1965. Pedoman
Manajemen Usaha Tani. CV Yasaguna. Bangkok.
Freddy Rangkuti.2004. Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Gumbira Said E dan Harizt
Intan A. 2001. Manajemen Agribisnis.
Ghalia Indonesia.
Hanafiah. M dan A. M.
Saefuddin. 1983. Tataniaga Hasil
Perikanan. Universitas Indonesia. Bogor.
Hantoro, Sirod. 2005. Kiat Sukses Berwirausaha. Adi Cita karya
Nusa. Yogyakarta.
Husein Umar. 1997. Studi Kelayakan Bisnis Manajemen Metode
Kasus. PT Gema Mulia. Malang.
Kartasapoetra.G. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri.
Rineka Cipta. Jakarta.
Longenecker, Justin. G dkk.
2001. Kewirausahan : Manajemen Usaha
Kecil. Salemba Empat. Jakarta.
Mubyarto. 1983. Politik pertanian dan Pembangunan Pedesaan.
Sinar Harapan. Jakarta
Nusbar. 1981. Pelajaran
Ekonomi. Tiga Serangkai. Jakarta
Rashid, A. dan Chaudry, M.
A. 1973. Marketing efficiency in
theory and practice. Teaching From The Agricultural Development Council, Inc.
New York.
Sinar
Tani Edisi 6-12 September 2006 No. 3166
Soekartawi. 1993. Tataniaga Hasil Pertanian. PT
Rajagrafindo Persada. Jakarta.
_________. 2000. Pengantar Agroindustri. Rajawali Pers.
Jakarta.
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran
Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Suhardiman P. 2000. Bertanam
Kelapa Hibrida. Penebar
swadaya. Jakarta
Sukamto I. T. N. 2001. Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sukartin. JK dan Sitanggang
M. 2005. Gempur Penyakit Dengan VCO.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Umar H. 2001. Strategic Managemen in Action. Gramedia
Pustaka utama. Jakarta.
Warisno. 1998. Budidaya Kelapa
Kopyor. Kanisius. Yogyakarta.
tuh skripsi farida sari dipublikasikan sudah ijinkah mas
BalasHapus