MANAJEMEN USAHATANI JERUK SIAM
(Citrus
nobilis lour var) DI DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN
PASER
(Studi Kasus Pada
Kelompok Tani “ Padi Mulyo “)
![](file:///C:/DOCUME%7E1/sinarnet/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
Oleh
IDRIS UMAR
NPM : 05.1.39.404.020
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
MUHAMMADIYAH TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER
2009
MANAJEMEN USAHATANI JERUK SIAM
(Citrus
nobilis lour var) DI DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN
PASER
(Studi Kasus Pada
Kelompok Tani “ Padi Mulyo “)
SKRIPSI
Merupakan
Persyaratan Meraih Derajat
Sarjana
Pertanian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(Stiper)
Muhammadiyah Tanah Grogot
Oleh
IDRIS UMAR
NPM : 05.1.39.404.020
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
MUHAMMADIYAH TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER
2009
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
: MANAJEMEN USAHATANI JERUK
SIAM (Citrus nobilis lour var) DI
DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER (Studi Kasus
Pada Kelompok Tani “ Padi Mulyo “)
Nama : IDRIS UMAR
NPM : 05.1.39.404.020
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program studi : Agribisnis
Disetujui
Komisi Pembimbing
|
|
|
|
Tanggal Ujian Skripsi : 29
Januari 2009
SKRIPSI
MANAJEMEN USAHATANI JERUK SIAM
(Citrus nobilis lour var) DI
DESA RANTAU PANJANG
KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER
(Studi Kasus Pada
Kelompok Tani “ Padi Mulyo “)
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : IDRIS UMAR
NPM : 05.1.39.404.020
Program Studi : Agribisnis
Telah dipertahankan di depan
penguji Pada tanggal 29 Januari 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk
diterima sebagai kelengkapan guna mempertahankan gelar Sarjana Pertanian pada
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Muhammadiyah Tanah Grogot.
Susunan Panitia Penguji
|
|
|
|
|
|
|
RINGKASAN
IDRIS UMAR (05.1.39.404.020). “ Manajemen
Usahatani Jeruk Siam Di Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten
Paser (Studi Kasus Pada Kelompok Tani “ Padi Mulyo”) ” . Di bawah bimbingan Usma
sebagai pembimbing I dan Ardaniah sebagai
pembimbing II.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
manajemen usahatani jeruk siam di Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot
Kabupaten Paser apakah sudah sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot
Kabupaten Paser Propinsi Kalimantan Timur pada tanggal 5 Desember 2008 sampai dengan 5 Januari 2009.
Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan metode Purposive Sampling (sengaja dipilih), dengan mempertimbangkan bahwa responden yang dipilih tersebut
dapat memberikan informasi yang akurat. Adapun jumlah responden yang dipilih
sebanyak 18 responden.
Fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan oleh kelompok tani di Desa Rantau
Panjang sehubungan dengan kegiatan usahatani jeruk siam adalah :
a.
Perencanaan meliputi perencanaan mulai dari pembukaan
lahan sampai dengan pemasaran.
b.
Pengorganisasian meliputi organisasi petugas
penyuluh lapangan (PPL), tugas ketua,
tugas sekretaris, tugas bendahara dan tugas anggota kelompok tani.
c.
Penggerakan. Usai melakukan pengorganisasian, segala
sesuatunya perlu digerakkan. Hal ini untuk menyelesaikan tugas demi tercapainya
tujuan yang telah direncanakan/ditentukan
d.
Pengarahan meliputi mengikuti penyuluhan yang diadakan
oleh petugas penyuluh (PPL) dan mengikuti studi banding ke daerah-daerah lain
guna menambah pengetahuan dan pengalaman berusahatani.
e.
Pengawasan meliputi pembelian bibit jeruk siam yang
telah ditentukan oleh pemerintah (bibit bersertifikat) sehingga produksi buah
jeruk siam bisa maksimal sesuai dengan yang diharapkan oleh kelompok tani.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian
memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja
pada sektor pertanian (Mubyarto, 1989).
Menurut Sastraadmadja (1985), pembangunan pertanian di
Indonesia
bukan hanya berorientasi pada salah satu komoditi pangan tertentu saja, tetapi
juga pada komoditi pangan lainnya seperti tanaman hortikultura dan perkebunan.
Pelaksanaan pembangunan Kabupaten/Kota merupakan
bagian yang telah digariskan dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan,
yaitu tetap diprioritaskan pada bidang ekonomi dengan menitik beratkan pada
sektor pertanian didukung oleh sektor industri serta sektor lainnya. Namun,
perkembangan suatu daerah akan ditentukan oleh fungsi-fungsi yang ada dan
faktor-faktor yang mempengaruhi daerah tersebut. Bila suatu fungsi baru akan
berkembang maka umumnya fungsi tersebut akan menarik berbagai kegiatan yang
lain, baik sebagai kegiatan primer maupun sekunder yang umumnya saling
menunjang antara satu dengan yang lainnya.
Secara geografis Kabupaten Paser mempunyai kedudukan
yang sangat strategis diantara Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Timur,
jalan arteri primer yang menghubungkan Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan melintasi daerah ini, sehingga menjadikan Kabupaten Paser sebagai pintu
gerbang, juga adanya Pelabuhan Pondong, menjadikan daerah lebih terbuka melalui
sistem transportasi laut dengan jarak tempuh yang relatif pendek.
Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang
paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan, jika perkembangan tanaman jeruk mengalami perubahan populasi yang
cukup tajam. Pada saat ini sebagian besar petani buah menyadari, bahwa
komoditas buah jeruk memang dapat meningkatkan tarap hidup masyarakat, terutama
jenis komoditas jeruk manis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, tahan agak
lama dan mudah menyimpannya. Di samping itu buah jeruk banyak mengandung jenis
vitamin, terutama vitamin C dan vitamin A.
Buah jeruk selalu tersedia sepanjang tahun, karena
tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang khusus. Di samping itu buah
jeruk dapat ditanam dimana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran
tinggi.
Walaupun populasi tanaman mengalami peningkatan yang
tajam, namun sampai saat ini produk buah jeruk belum memenuhi harapan. Hal ini
disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan para petani dalam bercocok tanam jeruk
yang benar. Kendala lain yang menyebabkan produk buah jeruk di Indonesia belum
memenuhi harapan adalah adanya serangan penyakit CVPD (Citrus Vien Phloem Degeneration) sehingga banyak tanaman jeruk
menjadi musnah (AAK, 1994).
Pola usahatani yang kebanyakan masih bersifat
tradisional merupakan sebab rendahnya produktivitas dan lemahnya pemasaran
buah-buahan di Indonesia. Sesuatu yang patut disayangkan mengingat usahatani
buah-buahan memerlukan penenganan yang khusus sejak persiapan hingga
dipasarkan.karena itulah, agar dapat memberikan keuntungan yang optimal,
usahatani buah-buahan perlu dilakukan dengan pendekatan agribisnis.
Dalam agribisnis,
penanganan kegiatan mulai dari perencanaan usaha, penyediaan sarana dan
prasarana, budidaya tanaman, sampai dengan penanganan hasil dan pemasarannya
dilakukan secara terintegrasi dan saling menunjang. Oleh karena itu, diperlukan
suatu manajemen yang dapat merangkum faktor-faktor alam, modal, tenaga kerja,
dan teknologi dengan faktor sarana dan prasarana serta pemasarannya.
Kemampuan manajemen ini penting karena usahatani
bukanlah semata-mata hanya sebagai cara hidup. Lebih dari itu, ia merupakan
suatu perusahaan. Jatuh bangunnya suatu perusahaan salah satunya dipengaruhi
oleh kemampuan manajemennya (Rahardi, F., dkk, 2000).
Untuk memenuhi kebutuhan jeruk siam di wilayah
Kabupaten Paser, biasanya para pedagang mendatangkan jeruk siam dari daerah
luar Kabupaten Paser. Bahkan ada juga para pedagang mendatangkan jeruk siam
dari daerah Banjar (Kalimantan Selatan) dan dari daerah Sulawesi.
Oleh karena itu usahatani jeruk siam di Kabupaten
Paser memiliki prospek yang sangat cerah mengingat produksi jeruk siam di
Kabupaten Paser belum bisa memenuhi seluruh permintaan konsumen yang ada di
seluruh pasar yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Paser. Dimana
kebutuhan akan jeruk siam sanga disukai oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan makanan hortikultura dan untuk memenuhi kebutuhan vitamin C yang
terdapat pada buah jeruk siam.
Menyimak dari uraian latar belakang tersebut, maka
penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian tentang Manajemen Usahatani
Jeruk Siam (Citrus nobilis lour var)
Di Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser (Studi Kasus Pada
Kelompok Tani “Padi Mulyo”).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut
diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana manajemen usahatani jeruk siam di Desa
Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui manajemen usahatani jeruk siam di Desa
Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
2.
Untuk mengetahui penerapan fungsi-fungsi manajemen
usahatani jeruk siam di Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten
Paser.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan membawa banyak manfaat
khususnya bagi para petani jeruk siam, adapun manfaat yang dapat
diambil antara lain :
1.
Bagi petani,
dapat memberikan semangat dan motivasi untuk meningkatkan usahatani jeruk siam.
2.
Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan
dengan program pembangunan dibidang pertanian khususnya tanaman jeruk siam.
3.
Bagi pihak lain yang berkepentingan, penelitian ini
dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk pengembangan penelitian
selanjutnya.
1.5. Hipotesis
Menyimak
dari uraian yang terdapat pada latar belakang tersebut diatas, maka dengan ini
dugaan sementara yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah ” Bahwa
manajemen usahatani jeruk siam di Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot
Kabupaten Paser sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen ”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Tanaman Jeruk
Tanaman jeruk sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan di negara-negara tropis Asia lainnya. Sebab tanaman jeruk memang berasal dari
negara- negara tropis Asia, termasuk di wilayah Indonesia. Maka tidak mengherankan,
kalau orang-orang dari Eropa tertarik terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia
umumnya (AAK, 1994).
Buah jeruk dari kawasan Asia
memiliki warna dan bentuk yang khas dan menarik. Di Eropa, umumnya hanya
dikenal jeruk “ Citroen” yaitu pada
tahun ± 300 SM. Jeruk manis baru dikenal pada tahun 1.400 M. sedangkan jeruk
manis dan jeruk keprok Mandarin telah lama dikenal dan ditanam di Negara Cina.
Jeruk manis yang sudah lama dikenal dan ditanam lebih dari 27 macam, di samping
jenis-jenis jeruk lainnya (AAK, 1994).
Di Indonesia sejarah tanaman jeruk tidak begitu
dikenal. Tanaman jeruk yang ada sekarang ini adalah merupakan peninggalan dari
zaman penjajahan Belanda. Mereka mendatangkan jeruk-jeruk manis dan keprok dari
Amerika, Italia. Namun sampai sekarang beberapa jenis jeruk Indonesia tidak begitu jelas dari
mana asalnya. Terutama jenis jeruk Siam, jeruk Garut dan jeruk Batu.
Kemungkinan lain bahwa Indonesia
beberapa tahun yang lalu telah menerima bibit-bibit dari Negara Cina maupun India, Birma dan Vietnam. Sedangkan untuk jenis
jeruk Grape Fruit dan Van Ouick, manis besar, jeruk Pacitan
dikatakan asli dari pulau Jawa. Pernyataan ini besar sekali kemungkinannya
bahwa sebelum Belanda berusaha untuk memperbanyak jenis jeruk di Indonesia,
jenis-jenis di atas sudah ada. Tetapi bagi Indonesia
sendiri kini yang penting ialah bukan hanya mengimpor bibit-bibit baru yang
cocok dengan iklim dan kondisi tanah di Indonesia, serta tahan terhadap
serangan hama/penyakit yang mematikan (AAK, 1994).
2.2. Asal-usul Jeruk Siam
Jeruk siam berasal dari Negara Cina bagian Selatan
hingga Vietnam. Jenis jeruk ini kemudian menyebar ke seluruh benua Asia, Amerika dan Eropa. Pohonnya agak tinggi, yakni
sekitar 5-10 meter. Batangnya berduri panjang, tetapi pada percabangannya
jarang berduri atau tidak begitu banyak berduri. Bunga jeruk manis warnanya
agak kekuningan. Tajuk pohon beraturan, dahan terpencar-pencar dan berdaun
tunggal agak kecil. Letak daun berpencar, berdaun tunggal agak kecil. Letak daun
berpencar, berdaun satu dan bertangkai, bentuk daun bulat telur atau ellips panjang (Anonim, 2003).
2.3. Macam-Macam Jeruk Siam
Pada dasarnya jeruk siam
mempunyai satu nenek moyang yang berasal dari Siam (Muangthai). Orang Siam menyebut jenis jeruk ini dengan nama som kin wan. Mungkin karena lidah orang Indonesia sulit untuk menyebut nama tersebut,
maka lebih mudahnya jeruk ini disebut berdasarkan nama daerah asalnya, yaitu Siam.
Kelatahan ini ternyata terus berlanjut setelah tanaman ini mengalami perkembangan.
Hal ini terlihat dari pemberian nama terhadap macam-macam jeruk siam: Jeruk
Siam Pontianak, Jeruk Siam Palembang, Jeruk Siam Garut, Jeruk Siam Jatibarang,
Jeruk Siam Klaten, Jeruk Siam Kroya, Jeruk Siam Padang, dan lain-lain. Dari
berbagai macam jeruk siam
tersebut yang paling terkenal adalah Jeruk Siam Pontianak Dan Jeruk Siam
Palembang.
Sebenarnya macam-macam jeruk siam ini tidak terlalu jauh berbeda
satu dengan lainnya. Perbedaannya kecil sekali. Biasanya dalam hal warna kulit,
keharuman, dan rasa yang sedikit berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah
penanamannya. Tempat yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor alam
yang berbeda pun sehingga berpengaruh terhadap karakteristik buahnya. Biasanya
hanya orang-orang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia jeruk yang dapat
membedakan secara pasti perbedaan macam-macam jeruk tersebut (Anonim, 2003).
2.4. Klasifikasi dan Ciri Botani Jeruk Siam
Jeruk siam
hanya merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies dan varietas jeruk yang
sudah dikenal dan dibudidayakan. Bisa dibayangkan, famili Rutaceae saja memiliki anggota tidak kurang dari 1.300 spesies. Para ahli botani mengelompokkan semua anggota famili ini
kedalam 7 subfamili dan 130 genus. Sedangkan yang menjadi induk tanaman jeruk
adalah subfamili Aurantioidae yang
beranggotakan sekitar 33 genus. Subfamili ini masih dibagi-bagi lagi dalam
beberapa kelompok tribe dan subtribe. Jeruk tergolong dalam rumpun Citriae dan subtribe Citrinae. Dari subtribe inilah berbagai
jenis anggota tanaman jeruk berasal, termasuk di dalamnya jeruk siam.
Menurut AAK (1994), secara sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut.
Famili : Rutacceae
Subfamili : Aurantioidae
Tribe :
Citriae
Subtribe : Citrinae
Genus : Citrus
Subgenus : Eucitrus, papeda
Spesies : Citrus nobilis
Varietas : Citrus nobilis LOUR var.
microcarpa Hassk
Mulanya jeruk siam memiliki sosok yang agak
tinggi. Selanjutnya, tanaman ini berubah menjadi lebih pendek karena
perkembangan sistem budidaya. Hal ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
memudahkan pemeliharaan dan pemanenannya. Bahkan, sekarang pohon jeruk siam
bisa berfungsi ganda. Selain diambil buahnya juga bisa menghiasi ruangan atau
taman karena bisa tumbuh di dalam pot. Sosoknya yang lebih kecil serta daun dan
buahnya yang segar bisa menambah keasrian taman. Sosok jeruk siam memang cukup
bervariasi, tergantung perlakuan budidaya dan tujuan penanamannya (Anonim,
2003).
Umumnya batang pohon jeruk siam yang
dibudidayakan secara komersial mempunyai tinggi antara 2,5 - 3 meter. pohon
tersebut biasanya berasal dari cangkokan atau okulasi. Untuk pohon tersebut
biasanya berasal dari okulasi, tingginya ditentukan oleh penggunaan batang
bawahnya. Pohon jeruk siam yang menggunakan batang bawah JC (Japanese citroen) biasanya memiliki
tinggi sekitar 272,5 cm, lingkar batang 16,8 cm, dan lebar tajuk sekitar
197,5/207,5 cm (dua arah).
Kebanyakan varietas jeruk siam
memiliki bentuk dan ukuran daun yang bisa dibedakan dari jenis jeruk lainnya.
Bentuk daunnya oval dan berukuran sedikit lebih besar dari jeruk keprok Garut.
Ukuran daunnya sekitar 7,5 cm x 3,9 cm dan memiliki sayap daun kecil yang
berukuran sekitar 0,8 cm x 0,2 cm. ujung daunnya agak terbelah, sedangkan
bagian pangkalnya meruncing. Urat daunnya menyebar sekitar 0,1 cm dari tepi
daun. Antara batang dengan daun dihubungkan oleh tangkai daun dengan panjang
sekitar 1,3 cm (Anonim, 2003).
Sekitar bulan September - November
biasanya tanaman jeruk mulai berbunga. Bentuk dan warna bunganya cukup menarik.
Ukurannya yang kecil mungil dengan warna putih segar seperti bunga melati dapat
menarik kumbang untuk melakukan penyerbukan. Setelah terjadi penyerbukan muncul
buahnya yang lebat. Berbeda dengan jeruk Garut yang agak gepeng, bentuk jeruk siam
ini lebih bulat. Ukuran buahnya juga lebih kecil dibandingkan jeruk Garut,
tetapi lebih besar dari jeruk jepun. Ukuran idealnya sekitar 5,5 cm x 5,9 cm
(AAK, 1994).
Jeruk siam mempunyai ciri khas: kulit buahnya tipis
(sekitar 2 mm), permukaannya halus, licin, mengkilap, dan menempel lekat pada
daging buahnya. Dasar buahnya berleher pendek dengan puncak berlekuk. Tangkai
buahnya pendek dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2,6 mm. Biji buahnya
berbentuk oval, warnanya putih
kekuningan dengan ukuran sekitar 0,9 cm x 0,6 cm, dan jumlah biji per buah
sekitar 20 biji. Yang paling penting dari semua itu adalah daging buahnya lunak
dengan rasa manis dan harum. Lebih menarik lagi, produksi buahnya cukup lebat
dengan berat per buah sekitar 75,6 gram. Satu pohon rata-rata dapat menghasilkan
sekitar 7,3 kg buah. Biasanya buah sudah dapat dipanen pada bulan Mei - Agustus
(Anonim, 2003).
2.5. Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk Siam
2.5.1. Keadaan Tanah
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman jeruk adalah sandyloam dan clay. Yang penting keadaan tanah tersebut harus selalu gembur dan
tidak menyimpan air terlalu banyak (poreous).
Kandungan air yang baik adalah pada kedalaman 50 - 150 cm di bawah permukaan
tanah dan pada kedalaman 150 - 200 cm di bawah permukaan tanah masih dapat juga
ditanami jeruk (AAK, 1994).
Kriteria dangkal atau dalamnya keadaan air di bawah
permukaan tanah adalah sebagai berikut :
Sangat dangkal : kira-kira 50 cm
di bawah permukaan tanah.
Dangkal : 50 – 150
cm di bawah permukaan tanah.
Sedang : 150 – 200
cm di bawah permukaan tanah.
Dalam : lebih dari
200 cm di bawah permukaan tanah (AAK, 1994).
2.5.2. Iklim
Keadaan iklim merupakan pedoman utama dalam bercocok
tanam jeruk di Indonesia. Keadaan iklim
ini dibedakan ke dalam beberapa type menurut volume curah hujan dalam satu
tahun, dengan pembagian sebagai berikut :
Daerah type A : 12
bulan basah dan 0 bulan kering.
Daerah type B : 12
– 10 bulan basah dan 1 – 2 bulan kering.
Daerah type C : 9
– 8 bulan basah dan 2 – 4 bulan kering.
Daerah type D : 7
– 6 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering.
Daerah type E : 5
– 4 bulan basah dan 6 – 8 bulan kering.
Catatan :
Bulan basah = curah hujan
lebih dari 110 mm.
Bulan
kering = curah hujan kurang dari
110 mm (AAK, 1994).
2.5.3. Kebutuhan Cahaya Matahari
Semua jenis jeruk, terutama jeruk
keprok tidak menyukai tempat yang terlindung atau ternaungi. Siraman cahaya
matahari yang cukup akan membuat batang jeruk menjadi lebih kuat, mendorong
terbentuknya tunas-tunas dan perkembangan buah. Tanaman jeruk yang kekurangan cahaya pertumbuhannya akan terhambat. Bila
pada saat buahnya sedang mekar tetapi tanaman hanya sedikit mendapat cahaya
matahari, maka bunga-bunganya akan rontok. Untuk mencukupi kebutuhan cahaya
bagi tanaman, maka lokasi penanaman
harus dipilih ditempat yang mendapat cahaya matahari penuh. Pengaturan jarak
tanam yang harus dibuat tidak terlalu rapat agar antara dahan pohon yang satu
dengan pohon lainnya tidak berhimpitan atau tumpang tindih sehingga sinar
matahari tidak terlalu lembab (AAK, 1994).
Di daerah tropis, lamanya penyinaran setiap bulan
boleh dikatakan hampir sama, yaitu 12 jam, atau antara 11 dan 13 jam.
Kemungkinan, dengan adanya perbedaan lamanya penyinaran menyebabkan perbedaan
kualitas kecepatan pertumbuhan, dan lain-lain. Lamanya panjang hari dari fajar
sampai senja, mungkin banyak pengaruhnya terhadap pembungaan. Biasanya, tanaman
dibedakan menjadi tanaman hari pendek, hari netral, dan hari panjang (Pracaya,
2003).
Di daerah subtropis, tanaman jeruk pada umumnya
ditanam di daerah yang lebih rendah. Sebagai contoh di daerah California, jeruk
ditaman di daerah dengan ketinggian kurang dari 700 meter, di Spanyol kurang
dari 250 meter, sedangkan di Indonesia banyak ditanam di daerah yang tinggi
misalnya di Kabanjahe, Ngablak, Tawangmangu yang ketinggiannya lebih dari 1.000
meter (Pracaya, 2003).
2.5.4. Kelembaban Udara
Daerah-daerah yang cocok ditanami jeruk adalah daerah
yang memiliki ketinggian kadar kelembaban udara rata-rata 70% - 80% dalam satu
tahunnya. Daerah yang mempunyai udara kering dan kadar kelembaban udaranya
rata-rata hanya mencapai 38,5% masih dapat ditanami jeruk dengan hasil yang
cukup baik pula. Sebagian besar kadar kelembaban udara di Indonesia rata-rata
50% - 85%, sehingga hal ini tidak akan menimbulkan kendala bagi mereka yang ingin
mengembangkan tanaman jeruk secara besar-besaran (AAK, 1994).
Curah hujan 1.000 mm sampai 2.000 mm bila merata
sepanjang tahun merupakan curah hujan ideal karena bisa memelihara kelembaban
tanah sepanjang tahun pada kebun jeruk. Pada umumnya curah hujan di Indonesia
lebih dari 2.000 mm malahan ada yang lebih dari 3.000 mm, tetapi seringkali
tidak merata. Ada beberapa bulan kering, maka perlu penyiraman dan pemberian
mulsa, misalnya jerami, daun bambu, daun kelapa, atau lainnya untuk
mempertahankan kelembaban tanah jangan sampai banyak air yang menguap (Pracaya,
2003).
Keadaan kelembaban udara sangat berpengaruh besar
terhadap kualitas buah jeruk. Pengaruh yang dapat dirasakan dari kelembaban
udara adalah :
-
Buah jeruk akan berkulit tipis.
-
Dagingnya halus.
-
Air buahnya lebih banyak.
-
Rasanya lebih segar.
-
Aroma khas jeruk lebih kuat.
Daerah-daerah yang mempunyai kadar kelembaban udara
rendah dan laju penguapan air tanah melalui tanaman cukup kuat, ternyata
tanaman jeruk masih dapat menghasilkan buah dengan baik, asalkan keadaan tanah
cukup mengandung air (AAK, 1994).
2.5.5. Ketinggian Tempat
Tanaman jeruk mempunyai toleransi tumbuh yang cukup
baik, sebab jeruk dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi (1.400
meter di atas permukaan laut). Ketinggian tempat yang tidak memenuhi syarat
sering menimbulkan kendala tersendiri. Namun, ketinggian tempat bagi setiap
jenis tanaman jeruk berbeda-beda. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka akan
berpengaruh terhadap kualitas buah. Misalnya, rasa buah yang tadinya manis
berubah menjadi pahit (getir) atau berubah menjadi masam. Jenis jeruk yang
cocok ditanam di dataran tinggi, jika ditanam di dataran rendah daging buahnya
akan berubah menjadi kasar dan kadar airnya akan berkurang pula. Di samping
itu, pengaruh lain yang perlu diwaspadai adalah pengaruh umur produksi, lamanya
produksi dan daya tahan penyimpanan buah.
2.6. Teknik Budidaya Jeruk Siam
2.6.1. Sistem Penanaman
Sistem penanaman ada bermacam-macam,
di antaranya yaitu sebagai berikut :
-
Empat persegi panjang
-
Bujur sangkar
-
Segi tiga sama kaki
-
Segi tiga sama sisi
-
Belah ketupat atau heksagonal, dan
-
Diagonal (seperti cara bujur sangkar, tetapi
perpotongan diagonal di tengah juga ditanami, sehingga ada 5 tanaman. Kemudian
tanaman tengah dibongkar setelah tanaman besar dan rimbun) (Pracaya, 2003).
2.6.2. Jarak Tanam
Aturan jarak tanam yang cocok untuk tiap-tiap jenis
jeruk adalah sebagai berikut :
-
Jeruk Keprok
Garut = 6 x 6 meter, 6 x 7 meter atau 7
x 7 meter
-
Jeruk Grape
Fruit = 5 x 5 meter, 5 x 8 meter atau 8
x 8 meter
-
Jeruk Besar = 10 x 10 meter, 10 x 12 meter
atau 12 x 12 meter
-
Jeruk Nipis = 5 x 5 meter, 5 x 6 meter atau 6
x 6 meter
-
Jeruk Siam = 6 x 6 meter, 6 x 7 meter atau 7 x 7 meter
-
Jeruk Manis = 6 x 6 meter, 6 x 8 meter atau 8
x 8 meter.
2.6.3. Pengisian Lubang Tanam
Cara mengisi lubang tanam adalah sebagai berikut :
1.
Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan
kompos atau pupuk kandang yang telah menjadi tanah dengan perbandingan 1 : 3
atau 1 : 4, tergantung dari kesuburan tanahnya. Juga diberi campuran TSP, KCl
atau kalium sulfat, masing-masing lebih kurang 1 kg. Kalau pH tanah rendah
diberi kapur Dolomit.
2.
Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit
sambil diaduk-aduk lagi, jangan diinjak-injak. Setelah terisi tanah kira-kira
30 - 40 cm, kalau ada persediaan siramlah dengan air kompos atau air pupuk
kandang atau air septic tank (WC). Setiap lapisan setebal 30 cm siram lagi
dengan air WC.
3.
Pada waktu hampir penuh, diberi ajir bambu atau kayu di
tengah lubang tanam. Lubang dipenuhi sampai cembung, kemudian dibiarkan
beberapa hari sampai tanah stabil tidak turun lagi, bila belum penuh ditambah
lagi tanah sampai penuh, jangan diinjak-injak (Pracaya, 2003).
2.6.4. Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu permulaan
musim hujan supaya tidak ada kesulitan dalam penyiraman. Pada waktu permulaan
penanaman memerlukan banyak air, jangan sampai kekeringan. Bibit yang ditanam
bisa sistem stump, cabutan, bibit
yang dikeranjang atau dalam polybag (kantong plastik). Adapun cara menanam
pohon jeruk adalah sebagai berikut :
1.
Di tempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang
kira-kira lebar dan dalamnya lebih besar dari pada keranjang atau polybag. Pada
sistem cabutan, lubang dibuat lebih lebar dari panjang akar serabut dan lebih
dalam dari panjang akar tunggang.
2.
Keranjang atau polybag diiris atau digunting
pelan-pelan, tanah jangan sampai pecah, lalu dimasukkan ke dalam lubang sedalam
leher akar. Kalau tanaman berasal dari cabutan, akar serabut diatur ke segala
jurusan, lurus, demikian juga akar tunggang diluruskan ke bawah. Bila terlalu
panjang bisa dipotong (lebih baik dipotong dari pada membengkok). Bekas
potongan dicat atau diberi meni. Akar yang rusak lebih baik dipotong saja di
tempat yang sehat. Daun dikupir (dipotong) tinggal sepertiga panjang, untuk
mengurangi penguapan.
3.
Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang, kemudian
ditaburi Furadan, Curaterr, Temik atau insektisida lainnya untuk mencegah
serangan nematode atau rayap. Tutuplah pelan-pelan dengan tanah yang subur dan
halus sehingga akar yang telah diatur tidak bengkok. Kemudian tanah sedikit
ditekan pelan-pelan dengan tangan, tanaman diusahakan dibuat tegak lurus.
Setelah selesai penanaman segera disiram sampai jenuh. Kalau tanah masih turun,
ditambah lagi tanahnya. Untuk memudahkan penyiraman supaya air tidak tersebar
kemana-mana, permukaan tanah di sekitar batang dibuat sedikit cekung.
4.
Untuk menghindari kekeringan dan tumbuhnya gulma, di
sekitar tanaman diberi mulsa, yaitu penutup tanah dari jerami, daun bambu, daun
kelapa, daun alang-alang atau lainnya. Selain untuk mencegah kekeringan juga
mengurangi kepadatan tanah akibat siraman air hujan yang deras. Mulsa kalau
membusuk juga bisa menambah pupuk organik (Pracaya, 2003).
2.6.5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa tindakan
seperti :
1.
Penyiraman
Tanaman jeruk memerlukan air yang cukup. Oleh karena
itu, pada waktu tidak ada hujan perlu dilakukan penyiraman, apabila pada masa
pembungaan dan pembuahan. Untuk memudahkan penyiraman pada musim kemarau,
dibuat cekukan di sekitar batang. Akan tetapi sebaliknya, pada waktu musim
hujan di sekitar batang dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak
tergenang (Pracaya, 2003). Saluran air sebaiknya dibuat dengan arah yang lurus,
jangan berbelok-belok. Saluran air yang berbelok-belok dikhawatirkan pada saat
turun hujan, dimana arus air sangat deras, akan mengikis dasar saluran atau
bagian tepi saluran dan membentuk cekungan sehingga air akan menggenang terus
(AAK, 1994).
2.
Pemberian mulsa
Untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan
dan juga mencegah tumbuhnya gulma, perlu diberi mulsa. Pemberian mulsa pada
waktu musim hujan akan mengurangi kepadatan tanah dan erosi. Mulsa juga dapat
mempertahankan kelembaban tanah pada waktu musim kemarau sehingga akar dapat
mengisap unsur hara dan air dengan cukup (Pracaya, 2003).
3.
Penyiangan
Bila tumbuh gulma segera disiang, supaya tidak banyak
unsur hara tanah yang terambil. Bila gulma berupa teki atau alang-alang,
ambillah umbi dan akar rimpangnya supaya tidak tumbuh lagi karena kedua tanaman
itu Waupun sudah diberi mulsa masih bisa tumbuh dengan subur (Pracaya, 2003).
4.
Penggemburan
Bila tanah telah kelihatan padat segera digemburkan
supaya pertukaran udara berjalan dengan baik, gas-gas racun di dalam tanah bisa
keluar diganti oksigen dari udara luar. Penggemburan jangan terlalu dalam,
supaya tidak merusak sistem perakaran tanaman jeruk. Bila perakaran yang besar
luka segera diobati dengan fungisida, supaya jangan menjadi tempat masuknya
penyakit (Pracaya, 2003).
5.
Pemangkasan
Pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang-cabang
yang sakit misalnya terserang jamur upas atau penyakit blendok, terserang
benalu, cabang yang hampir patah, terlalu rimbun sehingga sinar matahari tidak
menembus ke dalam tajuk pohon, tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau
sambungan, pemangkasan bentuk supaya tanaman tidak begitu tinggi (Pracaya,
2003).
6.
Pemupukan
Tanaman jeruk pada umumnya menyukai tanah yang gembur,
yakni tanah yang mengandung banyak humus, sirkulasi udara bagus, mudah
memperoleh O2, kaya akan bahan organik dan permukaan tanahnya agak
dalam. Humus sangat dibutuhkan tanaman, sebab di samping dapat mengatur kadar
air dalam tanah dan menampungnya, humus juga menahan zat-zat organik lainnya
yang tidak mudah ikut larut aliran air. Di samping itu, humus dibutuhkan untuk
media pertumbuhan mycorrhiza. Mycorrhiza
yang bagi tanaman jeruk merupakan simbiosis mutualisme. Dengan bantuan mycorrhiza ini, tanaman jeruk akan lebih
mudah menghisap zat-zat yang dibutuhkan. Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman jeruk adalah :
-
Unsur makro yaitu N (Nitrogen), P (Phospor), K
(Kalium), S (Sulfat/Belerang), Mg (Magnesium), Ca (Calsium). Unsur-unsur ini
mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak.
-
Unsur mikro yaitu Cu (Cupro/Kuningan), Zn (Zenk) unsur
Bo (Borium) dan Fe (Ferrium/Besi) diperlukan dalam jumlah yang amat kecil.
Tetapi jika unsur-unsur tersebut tidak ada akan mengakibatkan penghisapan zat
lain menjadi terbengkalai. Walaupun mikro element tersebut hanya dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang amat rendah, tetapi unsur itu penting sekali artinya
bagi kehidupan tanaman jeruk. Yang harus diperhatikan yaitu pemberian unsur
mikro. Sebab jika pemberian unsur ini tidak sesuai dengan dosis dan aturannya
akan mengakibatkan tanaman menderita keracunan. Jika kekurangan unsur mikro,
akibatnya adalah adanya beberapa bagian tanaman menjadi tidak sempurna (cacat)
(AAK, 1994).
Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur
jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk
organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). pupuk organik
dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus di dalam tanah sehingga tanah yang
padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk
menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dosis dan jenis pupuk yang
digunakan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Dosis Pemupukan Tanaman Jeruk Siam
Umur Tanaman
(Tahun)
|
Pupuk Kandang
(Blek/Tahun/Pohon)
|
Urea
(Gram/Tahun/Pohon)
|
TSP
(Gram/Tahun/Pohon)
|
KCl
(Gram/Tahun/Pohon)
|
Saat
Tanam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
dst.
|
3
3
- 4
4
6
8
10
14
16
18
20
|
-
200
- 300
300
- 400
400
- 500
500
- 600
600
- 800
800
- 1.000
1.000
- 1.200
1.200
- 1.400
1.400
- 1.600
|
-
100
- 250
150
- 200
200
- 250
200
- 300
300
- 400
400
- 500
500
- 600
600
- 700
600
- 800
|
-
100
- 200
150
- 200
200
- 250
250
- 300
300
- 400
400
- 500
500
- 600
600
- 700
600
- 800
|
Sumber : H. Sinori (Anonim, 2003).
Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan
dua kali setahun pada awal dan akhir musim hujan, masing-masing setengah dosis
yang ditentukan. Sedang untuk tanaman yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan
tiga kali setahun. Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak
2/5 bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah
sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat
setelah panen (Anonim, 2003).
Untuk mendapatkan rasa buah yang manis dan kulit buah
yang mulus, pada pemupukan pertama dan kedua, urea diganti dengan ZA, dan KCl
diganti dengan ZK. Pemupukan selanjutnya kembali memakai urea dan KCl. Pupuk
kandang diberikan setahun sekali. Waktu pemberiannya bersamaan dengan pemupukan
ketiga, untuk tanaman yang sudah berbuah. Sedangkan untuk tanaman yang belum berbuah,
pupuk kandang diberikan pada awal musim hujan.
Tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang
berkembang secara bertahap. Makin bertambah umurnya makin bertambah kemampuan
penyerapannya. Hal ini disebabkan oleh perakaran jeruk yang makin berkembang.
Agar pupuk dapat diserap oleh akar secara optimum, maka pemupukannya sebaiknya
mengikuti petunjuk seperti berikut ini :
1.
Buatlah alur melingkar kurang lebih 80 cm dari batang
tanaman dengan lebar dan kedalamannya 30 cm.
2.
Gemburkan dasar tanah dengan garpu.
3.
Masukkan ½ dosis pupuk ke dalam alur, lalu tutup dengan
tanah setebal 10 cm dan sisa pupuk dimasukkan lagi dan ditimbun dengan tanah.
4.
Jarak melingkar pemupukan setiap tahun bergeser, jika
pada tahun pertama jaraknya 80 cm dari batang tanaman, maka pada tahun kedua
menjadi 120 cm, tahun ketiga 160 cm dan 200 cm untuk tahun keempat dan
seterusnya (Anonim, 2003).
7.
Hama
Hama ialah binatang yang merusak tanaman kebutuhan
manusia. Binatang itu dibagi dalam beberapa golongan, di antaranya yaitu :
-
Binatang bertulang belakang (tikus, tupai, babi hutan,
keluang, burung gereja, kera).
-
Binatang yang badannya beruas-ruas (tungau, walang
sangit, wereng, kutu loncat).
-
Binatang yang berbadan lunak, tidak beruas, berlendir
(siput, bekicot) (AAK, 1994).
Adapun hama yang sering menyerang pada tanaman jeruk
siam adalah sebagai berikut :
a.
Ulat penggerek daun (ulat terowongan daun jeruk)
Gejala :
Pada daun muda terdapat terowongan yang bentuknya
melingkar-lingkar berwarna putih mengkilap kehijauan atau kekuningan. Ujung terowongan
berada di tepi daun dan di situlah ulat bersarang. Adanya terowongan ini
menyebabkan daun menggulung atau melipat. Daun-daun yang terserang menjadi
kering dan rontok.
Pengendalian :
Beberapa cara mengatasi serangan hama ini, di
antaranya sebagai berikut :
-
Secara mekanis, ulat atau kepompongnya dibinasakan
dengan cara dipencet.
-
Secara kimia dengan penyemprotan insektisida yang
bersifat sistemik seperti Buldok 25 EC, Confidor 200 SL, Supracide 40 EC.
-
Biji jeruk yang mulai tumbuh sebaiknya segera disemprot
dengan insektisida setiap satu atau tiga hari sekali.
-
Jika yang diserang bibitnya, dapat dicegah dengan
menanam pohon pelindung, berupa tanaman turi di antara bedengan. Bisa juga
dengan membuat atap bedeng bibit yang agak rendah.
b.
Ulat bisul buah jeruk
Gejala :
Di seluruh bagian tanaman yang terserang menjadi
kering, terutama pada bagian tanaman yang masih muda.
Pengendalian :
Serangan hama ini dapat dikendalikan dengan
insektisida seperti Anthio 330 EC dan Perfekthion 400 EC.
c. Parlatoria zizyphus
Gejala :
Tunas, daun dan bagian lain dari tanaman jeruk seperti
dilekati oleh sisik bulat hitam yang mengeras. Begitu eratnya lekatan tersebut
sehingga sangat merusak tanaman jeruk.
Pengendalian :
Dengan menggunakan insektisida Supracide 40 EC dan
Supracide 25 WP.
d. Parlatoria pergandii
Gejala :
Daun dan buah yang terserang tertutup sisik yang
memanjang (seperti buah pir) hingga warnanya menguning.
Pengendalian :
Pengendalian hama ini sama dengan pengendalian hama Parlatoria zizyphus (lucas).
e. Aonidiella aurantii
Gejala :
Daun yang terserang berwarna kuning dan rontok,
sedangkan cabang dan ranting kelihatan berkerak. Lama-kelamaan bagian yang
terserang akan kering.
Pengendalian :
-
Hama ini mempunyai musuh alami sejenis cendawan merah (Nectria cocophilla).
-
Semprot dengan insektisida Supracide 40 EC dan
Supracide 25 WP.
f.
Aspidiotus
destructor
Gejala :
Gejala serangan tampak pada daun bagian bawah dan buah
yang masih muda. Jaringan di sekitar bagian yang terserang mati. Jika serangan
menghebat, bagian bawah daun akan tertutupi sisik seluruhnya sedangkan daun
menjadi kering dan rontok. Jika seluruh daun terserang maka mahkota daun akan
habis dan tanaman tak dapat menghasilkan buah.
Pengendalian :
Dapat disemprot dengan Neocidul 40 WP.
g. Aphis tevaressi
Gejala :
Pucuk dan daun muda yang terserang mengerut dan tidak
dapat tumbuh sempurna.
Pengendalian :
-
Disemprot dengan nikotin (95%) yang dicampur dengan
sabun. Dosisnya 1 cc nikotin dilarutkan dalam 1 liter air dicampur dengan
sabun.
-
Disemprot dengan insektisida Supracide 40 EC, Chess 25
WP, Confidor 200 SL, Perfekthion 400 EC.
h. Asterolecanium striatum
Gejala :
Daun menguning dan kemudian gugur, kulit batang,
dahan, dan ranting yang terserang berbintik-bintik kecil berwarna kuning dan
lama-kelamaan terlepas sedikit atau rusak terbelah-belah kering. Dahan yang
mulai brkayu banyak yang mati, akibatnya pohon menjadi merana bahkan mati.
Pengendalian :
Dikendalikan dengan menggunakan planetarium 8-10%,
bubur kalifornia 1 : 15-20, atau caustic soda. Caustic soda dapat dibuat dari
campuran soda sabun sebanyak 250 gram ditambah air 20 liter. Air 10 liter
digunakan untuk melarutkan soda sabun dan sisanya untuk melarutkan sabun biasa.
Selanjutnya larutan soda dituang dalam larutan sabun sambil diaduk. Untuk
penggunaannya tiap 20 liter caustic soda harus diencerkan dengan 30 liter air.
i.
Lalat jeruk
Gejala :
Ditandai dengan munculnya embun madu pada daun dan
daun menjadi berwarna hitam.
Pengendalian :
Mengatasinya dengan menggunakan Neocidol 40 WP
(Anonim, 2003).
8.
Penyakit
Penyakit dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman
jeruk : akar, batang, cabang, ranting, daun, bunga, pucuk-pucuk daun dan buah.
Pada setiap areal kebun, tingkat serangan penyakit tanaman jeruk berbeda-beda.
Keadaan iklim, kesuburan tanaman, kebersihan dan sinar matahari mempunyai
pengaruh besar terhadap perkembangbiakan penyakit. Perkembangan penyakit harus
dicegah sedini mungkin. Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang kebun jeruk
dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yakni :
-
Penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.
-
Penyakit yang disebabkan oleh virus.
-
Penyakit yang disebabkan oleh nematode.
-
Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat
makanan (malnutrition).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para petani
jeruk agar gejala-gejala penyakit dapat diketahui dan diatasi secara dini
adalah :
-
Petani harus mengenal gejala-gejala awal berjangkitnya
penyakit.
-
Petani harus mengetahui dengan pasti saat mulai
berjangkitnya penyakit.
-
Petani harus mengetahui jenis tiap-tiap penyakit.
-
Petani harus mengetahui cara-cara mengendalikan
penyakit dan cara-cara membasminya.
-
Petani harus mengetahui dampak negatif ataupun positif
dari usaha pencegahan dan pengendalian terhadap tanaman jeruk itu sendiri (AAK,
1994).
Adapun penyakit yang sering menyerang pada tanaman jeruk
siam adalah sebagai berikut :
a.
CVPD (Citrus vein
phloem degedation)
Gejala :
1.
Daun menguning, klorosis dan tulang daun menjadi lebih
tua. Makin pucat daunnya, makin jelas tulang daunnya.
2.
Daun menjadi lebih tebal dan kaku, biasanya menjadi
kecil.
3.
Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan tanaman yang
masih muda menjadi kerdil.
4.
Floem tulang daun menjadi rusak karena sel-sel
arenkimnya mengalami hyperplasia. Di dalam sel-sel daun terjadi penimbunan
butir-butir zat pati secara berlebihan.
Pengendalian :
1.
Gunakan bibit jeruk bebas CVPD.
2.
Tanaman jeruk disemprot dengan insektisida dan
akarisida yang dapat memberantas Diaphorina citri dan tungau Tetranychus
telarius L, seperti Arrivo 30 EC, Antimit 570 EC, Bestox 50 EC, Confidor 200
SL, Curacron 500 EC, Kanon 400 EC, Matador 25 EC, Maurik 50 EC, Marshal 25 ST
Pounce 20 EC, Petracrex 300 EC dan Talstar 25 EC.
3.
Berikan pupuk yang cukup terutama pupuk organik,
seperti pupuk kandang, kompos, dan bisa ditambah dengan pupuk majemuk. Dengan
unsur hara yang cukup, tanaman akan mempunyai daya tahan yang lebih kuat.
4.
Setelah panen segera dipupuk dan disiram secukupnya.
5.
Tanaman jeruk yang sudah terlalu berat sakitnya
sebaiknya dicabut dan dibakar (eradikasi).
b.
Embun tepung
Gejala :
Pucuk, tunas dan daun muda terdapat tepung berwarna
putih. Bila dibiarkan daun-daun akan gugur dan bila sembuh akan tampak
bercak-bercak cokelat.
Pengendalian :
-
Hembuskan tepung belerang pada pagi hari paling lambat
jam 10.00 pagi, dengan selang waktu seminggu sekali sampai penyakit hilang.
-
Dapat disemprot dengan Fungisida Alto 100 SL, Cupravit
OB 21, Kocide 60 WDG, Antracol 70 WP dan Benlate.
c.
Antraks buah
Gejala :
Di sekitar tangkai buah terlihat warna hitam cokelat
dan menjadi busuk. Buah tidak langsung gugur dan masaknya tidak sempurna.
Pengendalian :
Tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah
penyemprotan dengan bubur Bordeaux 1% mulai saat daun masih muda, penyemprotan
dilakukan 20 hari sekali sampai daun dewasa.
d.
Busuk phoma
Gejala :
Kulit buah berbercak cokelat kemerahan, lalu berubah
menjdai hitam. Pada bercak-bercak tadi terdapat bisul-bisul. Akibatnya kulit
mengeras, tetapi buah tidak gugur.
Pengendalian :
-
Semprotkan dengan bubur Bordeaux 1, 2% sewaktu buah
masih kecil.
-
Buah yang sudah terserang dipungut dan dipendam yang
dalam.
e.
Jamur upas
Gejala :
Gejala tampak pada batang, dahan dan ranting tanaman
berupa lekatan (bercak) berwarna putih atau merah orange yang mengakibatkan
bagian tersebut mongering.
Pengendalian :
Pengendaliannya cukup dengan secara mekanis, berupa
pemangkasan tajuk bagian dalam agar sinar matahari bisa menembusnya (Anonim,
2003).
9.
Panen
a.
Pemetikan Buah Jeruk
Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan
pada saat yang tepat. Setiap kelompok atau satu dompol buah jeruk tidak
semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab di antaranya pasti ada buah yang belum
siap untuk dipetik. Oleh karena itu harus dipetik pada gelombang berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemetikan buah jeruk adalah sebagai
berikut :
-
Kulit buah harus sudah berubah warna, yakni kulit buah
sudah orange atau agak kekuningan.
-
Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila
dipegang.
-
Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik
dengan jari sudah tidak berbunyi nyaring lagi.
-
Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya
masih masam dan akan lekas berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama.
-
Jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon,
sebab buah jeruk mudah menjadi kering, terutama bagian bawah, sehingga
kualitasnya akan menurun.
Untuk memperoleh kualitas jeruk yang baik, ada beberapa
hal yang perlu dihindari, antara lain :
-
Jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap.
-
Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan
gunting yang tajam dan disisakan sekitar 1-2 cm dari buah. Tangkai buah yang
terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga dapat menyebabkan
pembusukan.
-
Usahakan agar buah jeruk tersebut tidak jatuh supaya
daging buah dan kulitnya tidak rusak.
-
Pemetikan buah jeruk di pohon yang tinggi harus
dipergunakan tangga, agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik
buah harus membawa keranjang atau kantong yang dapat digantungkan pada leher.
-
Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon,
karena cara ini dapat merusak pohon, buah jeruk menjadi kotor, dan pohon yang
dipanjat dapat terkena kuman penyakit yang terbawa oleh kaki-kaki yang kotor.
b.
Perlakuan Terhadap Buah Jeruk Setelah Dipetik
-
Buah jeruk yang telah dipetik harus dibersihkan dengan
air sabun untuk menghilangkan sisa obat-obat yang masih menempel.
-
Buah yang masih basah harus dikeringkan terlebih dahulu
dengan kain lap.
-
Buah-buah yang sakit atau rusak harus dipisahkan dari
buah yang sehat.
-
Buah-buah yang besar harus dipisahkan dari buah-buah
yang kecil supaya menjadi seragam, sehingga dapat menentukan harganya dengan
mudah.
-
Sebelum buah jeruk dikirim ke lain daerah atau
dipasarkan, perlu disimpan selama 1-2 malam di tempat yang teduh dengan cara
dihamparkan di atas lantai yang kering dan jangan sampai tertumpuk.
-
Seandainya jeruk terpaksa ditumpuk, maka tumpukan jeruk
tersebut tidak boleh terlalu tinggi, karena udara di dalam tumpukan akan
menjadi panas dan lembab sehingga mudah menimbulkan pembiakan lapuk hijau atau
biru.
-
Dapat pula dilakukan pemeraman seperlunya agar buah
jeruk menjadi lebih kuning, sebagian air kulit jeruk hilang sehingga menjadi
lebih empuk (tidak keras), buah jeruk tidak mudah pecah selama pengangkutan.
-
Jika dilakukan pemeraman, maka sehabis pemeraman buah
jeruk tersebut perlu dibersihkan lagi dengan kain lap.
2.7. Pengertian Manajemen
Menurut Terry (2001) manajemen adalah suatu proses
yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Menurut Hasibuan (2001), manajemen adalah ilmu dan
seni mengtur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Sikula (2001) manajemen pada umunya dikaitkan
aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber
data yang dimiliki oleh industri sehingga akan dihasilkan suatu produk atau
jasa secara efesien.
Menurut Firdaus (2008) mengemukakan bahwa manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengoordinasian, dan
pengawasan anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Memang istilah manajemen terjemahan dalam bahasa
Indonesia hingga saat ini belum ada keragaman, berbagai istilah yang digunakan
seperti : ketatalaksanaan manajemen, manajemen pengurusan dan sebagainya. Untuk
menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penulisan ini kita pakai aslinya
yaitu manajemen (Manullang, 1985).
Dalam Encylopedia
of The Social Science dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dimana
pelaksanaan tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Drs. M. Manullang
memberikan definisi dari ketiga definisi diatas yaitu : Pertama : adanya tujuan
yang ingin dicapai, Kedua : tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang
lain dan Ketiga : kegiatan-kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi
(Manullang, 1996).
Pada hakekatnya, bila dikombinasikan pendapat tersebut
diatas, maka fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai hasil
pemikiran yang mengarah ke masa depan, menyangkut serangkaian tindakan
berdasarkan pemahaman yang mendalam terhadap semua faktor yang terlihat dan
yang diarahkan (Firdaus, 2008). Sedangkan menurut Hasibuan (2001) rencana
adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu. Jadi, setiap rencana mengandung dua
unsur, yaitu : tujuan dan pedoman.
Menurut Manullang (1996) berbagai batasan tentang Planning dari yang sangat sederhana
sampai kepada perumusan yang lebih rumit. Ada
yang merumuskan dengan sangat sederhana misalnya perencanaan adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pembatasan yang agak
kompleks merumuskan perencanaan sebagai penetapan apa yang harus dicapai, bila
hal itu dicapai, dimana hal itu dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa
yang bertanggung jawab, dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai. Hampir
sama dengan pembatasan terakhir dimana perumusan merupakan penetapan jawaban
kepada lima
pertanyaan berikut :
1.
Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2.
Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?
3.
Kapankah tindakan itu dilaksanakan ?
4.
Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
5.
Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
Sesungguhnya fungsi perencanaan bukan saja menetapkan
hal-hal itu tersebut diatas, tetapi juga dalam fungsi perencanaan sudah
termasuk didalamnya penetapan budget.
Oleh karenanya lebih tepat bila perencanaan atau planning sebagai penetapan tujuan, polici, prosedur, budget dan
program dari suatu organisasi. Jadi, dengan fungsi planning termasuk budgeting
yang dimaksudkan fungsi manajemen dalam menetapan tujuan yang ingin dicapai
oleh organisasi, menetapkan peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman pelaksanaan
yang harus dituruti, dan menetapkan ikhtisar biaya yang diperlukan dan
pemasukan uang yang diharapkan akan diperoleh dari rangkaian tindakan yang akan
dilakukan.
b. Pengorganisasian
(Organizing)
Organizing
yang dimaksud dengan mengelompokkan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan
susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada
dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara
masing-masing unit tersebut (Manullang, 1996).
Menurut Handoko (1999) pengorganisasian merupakan
proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi,
sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.
Sedangkan menurut Firdaus (2008) organisasi merupakan kelompok orang yang
mempunyai kegiatan dan bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan,
pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan
alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif
didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas
tersebut (Hasibuan, 2001).
Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan
sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam pengelompokkan orang-orang serta
penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan
tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan lebih berhasil
guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu (Manullang,
1996).
c. Staffing atau Assembling Resources
Istilah staffing
diberikan Horold dan Criil O`Donnel (1995) sedang Assembling Resources dikemukakan oleh William Herbart Newman. Staffing merupakan salah satu fungsi
manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari
merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga
petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
Organizing
dan staffing merupakan dua fungsi
manajemen yang sangat erat hubungannya. Organizing
yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk menampung berbagai kegiatan yang
harus dilaksanakan pada suatu organisasi, sedangkan staffing berhubungan dengan penerapan orang-orang yang akan
memangku masing-masing jabatan yang ada di dalam organisasi tersebut.
d.
Pengarahan
Menurut Terry (2001) mengartikan pengarahan adalah
membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas
serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha
pengorganisasian. Sedangkan menurut Koontz dan O` Donnel (1995) pengarahan
diartikan sebagai hubngan antara aspek-aspek individu yang ditimbulkan oleh
adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan yang nyata.
Pengarahan dapat diartikan juga sebagai aspek hubungan
manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat bawahan untuk bersedia mengerti dan
menyumbangkan pikiran dan tenaganya secara efektif dan efesien untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Firdaus (2008) pengarahan bertujuan untuk
:
1.
Menentukan kewajiban dan tanggung jawab.
2.
Menetapkan hasil yang harus dicapai.
3.
Mendelegasikan wewenang yang diperlukan.
4.
Menciptakan hasrat untuk berhasil.
5.
Mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
e.
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan fungsi terakhir yang harus
dilakukan dalam manajemen, sebab dengan pengawasan dapat diketahui hasil yang
telah tercapai. Hal ini berarti bahwa dengan pengawasan akan dapat mengukur
seberapa jauh hasil yang telah dicapai sesuai dengan apa yang telah
direncanakan (Firdaus, 2008). Sedangkan menurut Handoko (1999) pengawasan
adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana
telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat positif
maupun negatif. Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan
organisasi dicapai dengan efesien dan efektif, pengawasan negatif mencoba untuk
menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi
atau terjadi kembali.
Pengawasan sering juga disebut pengendalian adalah
salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu
mengadakan koreksi sehingga apa yang di lakukan bawahan dapat diarahkan kejalan
yang benar dengan maksud tujuan yang sudah digariskan semula. Dalam melaksanakan
kegiatan pengawasan atasan mengadakan pemeriksaan, mencocokkan serta
mengusahakan agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan serta tujuan yang ingin dicapai (Manullang, 1996). Fungsi
pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur yaitu 1) penetapan standar
pelaksanaan, 2) penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, 3) pengukuran pelaksanaan
nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, dan 4)
pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari
standar (Handoko, 1999).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan selama satu bulan, mulai tanggal 5 Desember 2008 sampai dengan
5 Januari 2009 yaitu
terhitung dari survey lokasi, interview, pengumpulan data sampai dengan proses
penyusunan laporan penelitian. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Desa
Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data
diambil dengan menggunakan dua sumber, yaitu :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari responden melalui wawancara dan quisioner.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh
secara tidak langsung, dapat melalui kantor kelurahan, BPS Dinas Pertanian dan
dapat melalui literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipergunakan dalam
pengambilan data adalah :
3.3.1. Metode interview, merupakan salah satu
pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung pada obyek yang akan
diteliti.
3.3.2. Metode observasi, merupakan
salah satu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek
yang diteliti.
3.3.3. Metode quisioner dan pencatatan, metode ini
merupakan pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan
kepada petani.
3.4. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling (sengaja dipilih)
pada kelompok tani “Padi Mulyo” dengan mempertimbangkan bahwa responden yang
dipilih tersebut dapat memberikan informasi yang akurat khususnya yang
menyangkut tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen usahatani jeruk siam di
Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
3.5. Metode Analisa Data
Untuk
mengetahui bagaimana manajemen usahatani jeruk siam yang ada di Desa Rantau
Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser adalah dengan cara menggunakan
metode Deskripsi Kualitatif ( Deskriptive
Kualitatif Metodh) yaitu menjelaskan
secara mendetail mengenai penerapan fungsi-fungsi manajemen usahatani jeruk
siam di Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
3.6.Defenisi Operasional
1. Manajemen adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan atau mendapatkan keuntungan dengan
bantuan orang lain.
2. Usahatani adalah orang yang melakukan
suatu usaha pada bidang pertanian.
3. Dosis pemupukan adalah takaran atau volume
dalam pemberian pupuk pada tanaman.
4. Polybag adalah kantong plastik yang
digunakan untuk menyemai bibit tanaman jeruk siam.
5. Mulsa adalah penutup tanah dari jerami,
daun jambu, daun kelapa, daun alang-alang, dan lain-lain yang tujuannya untuk
mencegah kekeringan dan mengurangi kepadatan tanah akibat siraman air hujan
yang deras.
6. Kompatitif adalah persaingan akar-akar
tanaman dalam mencari unsur hara.
7. Sampel adalah bagian dari populasi yang
digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.
8. Populasi adalah keseluruhan obyek yang
diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas maupun yang
tidak terbatas.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Dan Luas Wilayah
Desa Rantau panjang merupakan salah satu desa dari 14
desa yang ada di Kecamatan Tanah Grogot. Desa Rantau Panjang memiliki wilayah
seluas 843 Km2 atau sekitar 843 Ha yang memiliki batas-batas sebagai
berikut :
1.
Sebelah utara berbatas dengan Desa Padang Pengrapat.
2.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pulau Rantau.
3.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Muara Pasir.
4.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jone.
Letak ketinggian wilayah desa Rantau Panjang dari
permukaan laut adalah 15 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan
rata-rata pertahun 104 mm, suhu rata-rata harian 25-30ºC dengan
bentang wilayah datar.
4.2.Jumlah Penduduk Dan Mata Pencaharian
Penduduk desa Rantau Panjang tahun 2007 berjumlah 734
Jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 384 Jiwa (52,32%) dan perempuan
sebanyak 350 Jiwa (47,68%) dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 182 KK.
Mata pencaharian penduduk desa Rantau Panjang
bervariasi, mulai dari sektor pertanian hingga non pertanian dapat terlihat
pada tebel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Rantau Panjang Tahun
2007.
No
|
Mata
Pencaharian
|
Jumlah
|
Persentase
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Pertanian Tanaman
Pangan
Perkebunan
Peternakan
Industri
Kecil
Jasa/Perdagangan
Nelayan
Pedagang
Keliling
Belum
Bekerja
|
120
39
67
1
15
43
10
439
|
16,35
5,31
9,13
0,14
2,04
5,86
1,36
59,81
|
|
Jumlah
|
734
|
100,00
|
||
Sumber : Profil Desa Rantau Panjang Tahun 2008
Tabel 1 di atas terlihat bahwa mata pencaharian
penduduk desa setempat yang terbesar adalah belum bekerja yaitu dengan
persentase sebanyak 59,81%, sedangkan jumlah terkecil yaitu industry kecil
dengan persentase sebanyak 0,14%.
4.3. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi dalam masyarakat merupakan salah satu
sarana yang dapat membangkitkan dan menggairahkan jalannya roda perekonomian
masyarakat pedesaan, adapun lembaga ekonomi yang terdapat di desa Rantau
Panjang terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Lembaga Ekonomi Yang Ada Di Desa Rantau Panjang Tahun 2007
No
|
Jenis Lembaga
|
Kegiatan
|
Jumlah
|
1.
|
Koperasi
|
Simpan Pinjam
|
1 Buah
|
2.
|
Kelompok Tani
|
Pertanian
|
1 Buah
|
3.
|
P2KP
|
Pertukangan
Pertanian
Keterampilan
|
1 Buah
|
4.
|
Industri Kerajinan RT
|
Makanan
Atap Daun
|
1 Orang
|
5.
|
Penggilingan
|
Padi
|
3 Buah
|
6.
|
Warung Kelontongan
|
Makanan
|
8 Buah
|
Sumber : Profil Desa Rantau Panjang Tahun 2008
4.4.Sarana Dan Prasarana Transportasi Dan
Komunikasi
Sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi
sangat penting guna menunjang perkembangan dan kemajuan disuatu daerah.
Tabel 3. Sarana dan Prasarana yanag ada di Desa Rantau Panjang Tahun
2007.
No
|
Jenis Sarana dan Prasarana
|
Jumlah
|
1.
|
Jalan Poros
7 Km
|
3
Buah
|
2.
|
Jalan Tanah
9 Km
|
6
Buah
|
3.
|
Kendaraan
Roda 4
|
-
|
4.
|
Kendaraan
Roda 2
|
63
Buah
|
5.
|
Televisi
Milik Sendiri
|
54
Buah
|
6.
|
Telepon (HP)
|
53
Buah
|
7.
|
Pos Pembantu
|
1
Unit
|
8.
|
Jembatan
Desa Konstruksi Beton
|
1
Buah
|
9.
|
Jembatan
Desa Konstruksi Kayu
|
4
Buah
|
10.
|
Tambatan
Perahu/Transportasi Sungai
|
5
Buah
|
11.
|
Prasarana
Air Bersih
|
60
Unit
|
12.
|
Prasarana
Irigasi Pintu Air
|
2
Unit
|
13.
|
Prasarana
Pemerintahan
-
Komputer
-
Meja
-
Jumlah Kursi
-
Lemari Arsip
-
Balai Desa
|
2
Unit
3
Buah
45
Buah
1
Buah
1
Unit
|
14.
|
Prasarana
Peribadatan Mesjid
|
2
Buah
|
15.
|
Prasarana
Olah Raga
-
Lapangan Sepak Bola
-
Lapangan Bulutangkis
|
1
Buah
1
Buah
|
16.
|
Prasarana
Kesehatan
-
Puskesmas Pembantu
-
Posyandu
|
1
Unit
1
Unit
|
17.
|
Sarana
Kesehatan
-
Dukun Terlatih
-
Bidan Desa
-
Mantri Desa
|
1
Orang
1
Orang
1
Orang
|
18.
|
Prasarana
Pendidikan
-
TPA
-
SDN
-
SMP Terbuka
|
1
Buah
2
Buah
1
Buah
|
19.
|
Prasarana
Penerangan (Diesel)
|
20
Unit
|
Sumber : Profil Desa Rantau Panjang Tahun 2008
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
5.1.1. Umur
Umur sebenarnya memegang peranan dalam kegiatan usahatani
yang akan dikelola. Hal ini dikarenakan semakin tua umur petani maka secara
fisik semakin lemah dalam bekerja. Akan tetapi disisi lain semakin tua umur
petani, maka relatif semakin banyak pula pengalaman yang didapatnya dalam
penyelenggaraan suatu usahatani. Pada situasi yang demikian petani dihadapkan
pada berbagai keadaan. Untuk menutupi kelemahan fisiknya petani memanfaatkan
tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja upahan. Untuk lebih jelasnya
kelompok umur dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4.
Komposisi Umur Petani Jeruk Siam di Desa Rantau Panjang
No
|
Komposisi
(Umur)
|
Jumlah
|
|
(Responden)
|
(%)
|
||
1
2
3
|
26
– 36
37
– 55
56
– 60
|
5
10
3
|
27,78
55,55
16,67
|
Jumlah
|
18
|
100,00
|
Sumber : Hasil Pengolahan data Primer Tahun 2008
Karakteristik petani jeruk siam menunjukkan bahwa umur
mereka berkisar antara 26 tahun sampai dengan 60 tahun. Kelompok terbesar
berumur antar 37–55 tahun yaitu sebanyak 10 orang (55,55 %).
5.1.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap suatu
usahatani yang akan dikelola, apalagi disiplin ilmu yang dimiliki sesuai dengan
usahatani yang dilakukan. Selain itu juga tingkat pendidikan akan berpengaruh
terhadap proses adopsi inovasi.
Petani dengan pendidikan formal lebih tinggi
cenderung lebih cepat dalam memikirkan/memecahkan maupun menerima sesuatu yang
berkaitan dengan bidang usahatani yang dikelola, apalagi kalau ditunjang dengan
pengalaman yang pendidikan non formal yang ada dalam diri petani dan
keluarganya.
Tingkat pendidikan petani jeruk siam masih tergolong
rendah, hal ini di ketahui dari jumlah petani yang berpendidikan SD/Sederajat
lebih banyak dibandingkan dengan yang berpendidikan SLTP/Sederajat dan
SMA/Sederajat. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan petani
responden dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Jeruk Siam Di Desa Rantau
Panjang
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
|
(Orang)
|
(%)
|
||
1
2
3
|
Tamat SD /
Sederajat
Tamat SLTP /
Sederajat
Tamat SMA /
Sederajat
|
10
5
3
|
55,55
27,78
16,67
|
Jumlah
|
18
|
100,00
|
Sumber : Hasil Pengolahan data Primer Tahun 2008
Tabel 5 di atas terlihat komposisi tingkat pendidikan
petani jeruk siam yang terbesar adalah tamat SD/Sederajat sebesar 55,55%, tamat
SLTP/Sederajat sebesar 27,78% dan sisanya tamat SMA/Sederajat sebesar 16,67%.
Dengan angka tabel tersebut dapat diberikan gambaran tingkat pendidikan formal
petani jeruk siam yang pernah dienyam masih tergolong rendah. Hal ini tentunya
merupakan kendala bagi pengembangan usahataninya. Dengan demikian guna
meningkatkan keterampilannya dalam usahatani jeruk siam diperlukan bimbingan
dan penyuluhan dari instansi yang terkait guna meningkatkan produksi jeruk siam
baik segi kualitas maupun kuantitas.
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga petani jeruk siam meliputi
isteri, anak dan keluarga yang ikut dan menjadi tanggungan keluarga. Jumlah
tanggungan keluarga dewasa disatu sisi menguntungkan, yaitu sebagai sumber
tenaga kerja dalam keluarga, sebab secara implisit tenaga kerja dalam keluarga
juga merupakan pendapatan petani jeruk siam apabila dibayarkan bagi petani itu
sendiri dan keluarganya. Tetapi disisi lain menambah pengeluaran atau biaya
bagi keluarga petani itu sendiri.
Besarnya jumlah tanggungan keluarga petani jeruk siam
berkisar antara 1-5 orang. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang terbesar
yaitu 3-5 orang sebesar 72,22%, sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang
terkecil yaitu berkisar 1-2 orang sebesar 27,78%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut.
Tabel 6.
Tanggungan Petani Jeruk Siam Di Desa Rantau Panjang
No
|
Tanggungan ( Orang )
|
Jumlah
|
|
(Orang)
|
(%)
|
||
1
2
|
1
– 2
3
– 5
|
5
13
|
27,78
72,22
|
Jumlah
|
18
|
100,00
|
Sumber : Hasil Pengolahan data Primer Tahun 2008
5.1.4. Luas Lahan Yang Dimiliki Petani
Jeruk Siam
Faktor lahan merupakan unsur yang sangat penting
dalam kegiatan usahatani jeruk siam. Dari hasil pengamatan luas lahan yang
dimiliki petani di daerah penelitian berjumlah rata–rata 0,69 ha. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Luas Lahan Yang Dimiliki Petani Jeruk Siam Di Desa Rantau
Panjang
No
|
Luas Lahan Yang Dimiliki
(Ha)
|
Jumlah
|
|
(Orang)
|
(%)
|
||
1
2
|
0,5
– 1
1,5
– 2
|
16
2
|
88,89
11,11
|
Jumlah
|
18
|
100,00
|
Sumber : Hasil Pengolahan data Primer Tahun 2008
5.2. Fungsi-Fungsi Manajemen
5.2.1. Perencanaan (Planning)
5.2.1.1. Pembukaan Lahan
Langkah awal dari persiapan menanam jeruk siam harus
dimulai dengan pembukaan dan pengolahan tanah secara sempurna agar dapat
menghasilkan produksi jeruk siam yang optimal. Pembukaan dan pengolahan tanah
bukan merupakan kegiatan yang sukar. Lahan yang akan ditanami tanaman jeruk
siam harus dibersihkan dulu dari rumput dan tumbuhan-tumbuhan liar dengan
menggunakan parang, sabit perumput atau cangkul. Rumput dan sampah kemudian
dibakar, adapun tujuan pembersihan lahan adalah disamping untuk menghilangkan
rumput juga untuk mencegah hama dan penyakit.
5.2.1.2. Mempersiapkan Jarak Tanam
Jika lokasi untuk menanam jeruk siam sudah ditetapkan,
tindakan pertama adalah menentukan satuan luas dan pola jarak tanam. Adapun
jarak tanam tanaman jeruk siam yang dilakukan oleh petani responden di Desa
Rantau Panjang adalah 4 m X 4 m dengan jumlah tanaman sebanyak 625 pohon per
hektar atau rata-rata sebesar 431 pohon per responden lahan yang ditanami jeruk siam. Pengaturan
jarak tanam bertujuan untuk :
-
Meningkatkan produksi persatuan areal.
-
Memudahkan pemeliharaan.
-
Memudahkan untuk seleksi pohon, terutama dalam
menentukan pohon yang produktif atau yang tidak produktif.
-
Memudahkan peremajaan tehadap pohon-pohon yang sudah
tidak produktif.
-
Memudahkan pemberantasan hama dan penyakit tanaman.
-
Melancarkan dan meratakan air siraman dan pemupukan.
Sebaliknya, jika jarak tanam tidak diindahkan, maka
akan berakibat buruk. Misalnya :
-
Menyulitkan usaha pengaturan dan pemangkasan
cabang-cabang dan ranting liar, karena mahkota daun bersinggungan.
-
Persaingan akar-akar di dalam penyerapan unsur hara
meningkat, karena meningkatnya sifat kompatitif sehingga berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan pohon.
-
Menyulitkan usaha pemberantasan hama dan penyakit.
-
Mempercepat penyebaran hama dan penyakit, terutama pada
musim penghujan.
5.2.1.3. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam harus sudah dipersiapkan jauh-jauh hari
sebelum dilakukan penanaman. Pembuatan lubang tanam dapat dimulai kira-kira 1
bulan sebelum penanaman. Adapun ukuran lubang tanam di lokasi penelitian adalah
50 cm x 50 cm x 50 cm. permukaan dinding dan dasar lubang harus dibuat rata.
Hal ini dimaksudkan agar perkembangan volume akar tunggang (batang akar) dan
akar-akar cabang dapat seimbang.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
lubang tanam adalah tanah lapisan atas yang berwarna kehitam-hitaman harus
dipisahkan dengan tanah lapisan bawah (warna kemerah-merahan). Pada saat
menutup lubang, tanah lapisan bawah sebelum dikembalikan pada tempat asalnya
harus dicampur dengan pupuk kandang terlebih dahulu kira-kira sebanyak 20
kg/lubang. Kebutuhan pupuk kandang ini dapat digantikan dengan pupuk kompos
yaitu sekitar 15 kg/lubang. Pemupukan dapat dilakukan dengan dimasukkan pada
lubang tanam terlebih dahulu, kemudian baru menyusulkan tanah lapisan atas.
Tanah pada permukaan lubang harus kelihatan cembung, tetapi tidak boleh
dipadatkan.
5.2.1.4. Menanam Penutup Tanah
Usaha untuk mempertahankan fisik tanah dari larutnya
lapisan tanah dan pengaruh buruk lainnya, misalnya akibat cuaca, maka setelah
tanah selesai dikerjakan apalagi hujan sudah mulai turun tanah tersebut harus
segera ditanami tanaman penutup tanah. Adapun maksud dari penutupan tanah
tersebut adalah :
-
Untuk menjaga tanah lapisan atas supaya tidak mudah
tererosi (terbawa air hujan).
-
Untuk menambah kandungan zat-zat organik di dalam tanah
dan menambah kesuburan, karena daun tanaman merupakan pupuk hijau yang baik.
-
Untuk mempertahankan kesuburan tanah.
-
Untuk menghambat laju penguapan air tanah pada musim
kemarau, sehingga membantu tanaman jeruk siam, terutama dalam pengadaan air
yang sangat dibutuhkan tanaman jeruk siam pada musim kering.
-
Untuk merangsang pertumbuhan bakteri dan
organisme-organisme lain yang berpengaruh baik bagi pertumbuhan tanaman jeruk
siam.
5.2.1.5. Pengadaan Bibit Tanaman
Bibit pohon jeruk yang ada di Desa Rantau Panjang
berasal dari bibit jeruk siam yang ada diwilayah Rantau dan Banjar Baru (Kalimantan
Selatan). Bibit tersebut didatangkan dalam bentuk bibit hasil okulasi dari
balai benih unggul Banjar Baru. Mulai tahun 2009 akan menyiapkan batang bawah
di Rantau Panjang dan batang atas (entries)
di datangkan dari balai benih induk Banjar Baru.
5.2.1.6. Penanaman
Setelah lubang tanam siap, jeruk siam dapat
dipindahkan ke lahan. Penanaman jeruk siam sebaiknya dilakukan pada awal musim
hujan. Hal ini karena pada awal pertumbuhan tanaman jeruk siam banyak
membutuhkan air. Dengan adanya musim hujan, maka kebutuhan air dapat terpenuhi
dan dapat mengurangi pekerjaan penyiraman. Walaupun demikian, penyiraman tetap
diperlukan jika kondisi tanahnya kering. Penanaman sebaiknya dilakukan pada
sore hari supaya tanaman baru yang dipindahkan tidak langsung mendapat terik
sinar matahari.
5.2.1.7. Pemeliharaan Tanaman Jeruk Siam
Tindakan-tindakan pemeliharaan tanaman jeruk siam yang
ada dilokasi penelitian adalah sebagai berikut :
a.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan tumbuhan liar
yang tumbuh disekitar tanaman jeruk siam, mengatur kelembaban kebun, mencegah
serangan hama dan penyakit, dan mengurangi persaingan antara tanaman jeruk siam
dengan gulma dalam mendapatkan air dan unsur hara dari dalam tanah.
Penyiangan secara intensif biasanya dilakukan pada
tanaman-tanaman yang masih muda karena pucuk daun tanaman masih belum saling
menutup sehingga memungkinkan gulma untuk tumbuh baik.
b.
Pembubunan
Pembubunan biasanya dilakukan dua kali dalam setahun.
Pembubunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan. Tujuan pembubunan adalah untuk
memperbaiki pengairan (drainase) untuk pertumbuhan perakaran
tanaman jeruk siam.
c.
Pemupukan
Pemupukan tanaman jeruk siam dilakukan agar tanaman
mampu berproduksi dengan hasil yang optimal dan menambah serta mengembalikan
unsur-unsur hara ke dalam tanah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan dalam
usahatani jeruk siam antara lain : satu bulan sebelum tanam setiap lubang
tanaman diberikan pupuk kandang 20 kg/lubang, pada saat tanam diberikan pupuk
urea 50 gram + SP 36 25 gram + KCl 25 gram/lubang. Pada umur tanaman 1 tahun
sampai dengan umur tanaman 3 tahun diberikan pupuk dengan dosis urea 0,5 kg +
SP 36 0,25 kg + KCl 0,25 kg/pohon diberikan setiap 6 bulan sekali. Jika sesudah
berproduksi, pemupukan ditingkatkan menjadi urea 1 kg + SP 36 0,5 kg + KCl 0,5
kg/pohon diberikan setiap bulan.
d.
Pemangkasan
Pemangkasan merupakan tindakan pemeliharaan yang
sangat penting. Pemangkasan yang dilakukan tidak hanya terhadap tanaman jeruk
siam itu sendiri, tetapi juga terhadap tanaman pelindung.
Pemangkasan bertujuan untuk menghilangkan batang daun
yang sudah kering, mengatur kelembapan kebun, mencegah serangan hama dan
penyakit, merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru, mengatur cahaya matahari yang
masuk ke kebun dan merangsang pembuangaan tanaman.
e.
Pemberantasan
hama dan penyakit
Adapun hama yang ada di lokasi penelitian yaitu babi,
ulat, kutu pemakan daun dan penyakit yang terdapat di lokasi penelitian yaitu
penyakit CVPD (Citrus vein phloem
degeneration) dan jamur. Cara pengendalian hama babi dengan cara manual
(jebakan), ulat dan kutu pemakan daun dengan cara penyemprotan dengan
insektisida Portigol dengan dosis 200 cc/15 liter air. Sedangkan pengendalian
penyakit CVPD (Citrus vein phloem
degeneration) dengan cara memberikan bubur California pada batang tanaman
jeruk siam dan pengendalian penyakit jamur dengan cara fungisida Atracol
(seperti tepung/powder) dengan dosis 20 gram /15 liter air.
5.2.1.8. Panen
Buah jeruk siam yang dipanen oleh petani di lokasi
penelitian ada dua cara, yaitu panen buah jeruk muda (peras) pada umur 4 bulan
setelah pohon jeruk siam berbunga dan buah jeruk yang sudah matang (masak) pada
umur 6 bulan setelah pohon jeruk siam berbunga.
Harga jual buah jeruk siam muda (peras) saat
dilakukannya penelitian ini adalah sebesar Rp 3.000.-/kg (pengusaha
minuman/warung makan membeli langsung ke
lokasi) sedangkan harga jual buah jeruk siam yang sudah matang (masak) saat
dilakukannya penelitian ini sebesar Rp 5.000.-/kg (pedagang pengumpul/tengkulak
yang langsung datang ke lokasi untuk membeli), sebagian petani jeruk siam di
lokasi penelitian menjualnya sendiri ke konsumen langsung dengan harga jual
sebesar Rp 6000.-/kg sampai dengan 7.000.-/kg.
5.2.1.9.
Pemasaran
Untuk pemasaran jeruk siam yang ada di daerah
penelitian, biasanya para pedagang pengumpul yang membeli langsung ke patani
jeruk siam. Bahkan ada para pedagang yang membeli buah jeruk siam dalam keadaan
belum siap panen (sistem ijon). Ada juga sebagian petani jeruk siam menjual
sendiri hasil panennya kepasar-pasar yang ada di wilayah kecamatan-kecamatan
yang tersebar di wilayah Kabupaten Paser. Para pedagang tersebut menjualnya
dengan cara berkeliling ke berbagai pasar yang ada di wilayah Kabupaten Paser.
5.2. Pengorganisasian (Organizing)
Dalam kegiatan usahatani jeruk siam petani responden
sangat selektif dalam menetapkan/menentukan bagian-bagian dalam organisasi
serta tugas dan fungsi-fungsi setiap yang ada dalam organisasi, serta
menetapkan kedudukan sesuai dengan keahlian/kemampuan yang dimiliki oleh petani
responden dengan harapan agar dapat bekerjasama antara petani satu dengan
petani yang lainnya.
Berkaitan dengan hal diatas, petani responden sudah
melaksanakan kegiatan dalam menentukan bagian/kedudukan yang sesuai dengan
kemampuan petani responden. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sesuai dengan
struktur organisasi yang telah dilaksanakan oleh petani responden, antara lain
:
|
![]() |
|||
![]() |
|
|
|
|
Gambar 1. Struktur Organisasi Usahatani Jeruk Siam Di Desa Rantau
Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
Sesuai dengan struktur organisasi yang terlihat pada
gambar 1 di atas maka dapat dijelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab
masing-masing :
a
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
Petugas Penyuluh lapangan (PPL) mempunyai tugas
sebagai berikut :
1.
Mengadakan penyuluhan tentang usahatani jeruk siam.
2.
Mengkoordinir fungsi-fungsi dan tujuan kelompok
uasahatani.
3.
Mengorganisir dan memajukan kelompok tani.
4.
Mengawasi dan meninjau terhadap usaha yang dilakukan
dengan kelompok tani.
b
Ketua
Ketua mempunyai tugas sebagai berikut :
1.
Mengorganisasi dan mengkoordinasikan fungsi dan tugas
anggota sesuai dengan skill (keahlian).
2.
Memberikan kesempatan kepada anggota untuk melakukan
studi banding ke daerah lain untuk menambah pengalaman dan pengetahuan.
3.
Memberikan perlindungan, pembelaan, perhatian,
penjelasan, hak-hak dan suri tauladan yang baik kepada anggota.
4.
Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan hasil
kerja anggota.
5.
Mengambil keputusan-keputusan yang demokratis bersama
anggota dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi.
6.
Mengusahakan kesejahteraan yang adil dan jeli untuk
para anggota.
7.
Membuat kebijakan dalam mencapai tujuan.
8.
Mendelegasikan wewenang pada situasi dan kondisi
tertentu.
9.
Membina hubungan baik dengan komponen-komponen
pendukung untuk kemajuan usaha.
c
Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas sebagai berikut :
1.
Menyelesaikan hal yang berhubungan dengan administrasi
dengan baik untuk kepentingan usaha dari pihak luar.
2.
Mengetahui dan menguasai birokrasi pada instansi yang
memiliki hubungan dengan kelompok dalam memahami situasi diluar.
3.
Memberi masukan positif terhadap kelompok.
4.
Membina dan menambah hubungan baik dengan pihak-pihak
yang terkait demi majunya kelompok usahatani.
5.
Sebagai alur distribusi kepentingan anggota-anggota
dengan pihak-pihak yang terkait.
d
Bendahara
Bendahara mempunyai tugas sebagai
berikut :
1.
Mengawasi biaya secara konsisten.
2.
Mempertimbangkan betul-betul apakah membeli atau
membuat sendiri komponen-komponen/barang-barang produksi yang diperlukan.
3.
Menghindari pemborosan bahan.
4.
Menjaga keamanan terhadap fasilitas.
5.
Memanfaatkan otomatisasi dan bekerja dengan padat
modal.
6.
Menyediakan produksi secara cukup.
7.
Mengusahakan adanya stabilitas proses untuk
memanfaatkan fasilitas secara optimal.
8.
Mengadakan pengawasan kualitas yang efektif dan
efesien.
9.
Memelihara alat/fasilitas dengan baik, menghindari downtime fasilitas.
10. Selalu
mencari kesempatan memasuki pasar baru.
11. Wewenang
penggunaan dana didesentralisasikan.
12. Mengalokasikan
dana dengan batasan pengeluaran.
13. Berusaha
melunasi utang-utang secepat mungkin.
e
Anggota
Anggota mempunyai tugas sebagai berikut :
1.
Mengikuti setiap ada kegiatan penyuluhan yang diadakan
oleh instansi terkait.
2.
Mempunyai kesempatan mengikuti latihan-latihan atau
studi banding untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.
3.
Anggota mempunyai wewenang yang sama dengan anggota
kelompok lainnya.
4.
Tugas dari pimpinan dilaksanakan secara kolektif dan
tanggung jawabnya pun secara kolektif.
5.
Keputusan yang diambil dalam suatu rapat merupakan
keputusan dari semua anggota.
5.3.
Penggerakan (Actuating)
Usai melakukan pengorganisasian, segala sesuatunya
perlu digerakkan. Hal ini untuk menyelesaikan tugas demi tercapainya tujuan
yang telah direncanakan/ditentukan. Adapun penggerakan yang dilakukan oleh
responden sesuai dengan perencanaan yaitu :
-
Pembukaan lahan (Land
clearing)
Adapun tujuan dari pembukaan lahan adalah selain untuk
menghilangkan rumput atau gulma yang ada di lahan, juga berfungsi untuk
mencegah hama dan penyakit pada tanaman jeruk siam.
-
Penanaman
Penanaman jeruk siam hendaknya dilakukan pada saat
awal musim hujan. Hal tersebut dilakukan karena pada awal pertumbuhan tanaman
jeruk siam banyak membutuhkan air sehingga kebutuhan air dapat tercukupi dan
dapat mengurangi pekerjaan dalam hal penyiraman bibit tanaman.
-
Pemeliharaan
Pemeliharaan atau perawatan yaitu memelihara atau
merawat tanaman jeruk siam dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya
kegagalan dalam budidaya tanaman jeruk siam. Kegagalan yang dimaksud adalah
kegagalan dikarenakan berbagai faktor, misalnya produksi hasil panen rendah
dikarenakan kekurangan pupuk atau adanya hama dan penyakit pada tanaman jeruk
siam. Adapun tahapan-tahapan dalam pemeliharaan tanaman jeruk siam adalah :
a.
Penyiangan
b.
Pembubunan
c.
Pemupukan
d.
Pemangkasan, dan
e.
Pemberantasan hama dan penyakit.
-
Pemanenan
Panen merupakan sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu
oleh petani jeruk siam. Karena pemanenan merupakan suatu tolak ukur
keberhasilan dalam usahatani budidaya tanaman jeruk siam.
Adapun waktu pemanenan yaitu tanaman telah berumur
sekitar 6 bulan setelah berbunga, tetapi pemanenan jeruk siam yang dilakukan
oleh petani responden ada dua cara yaitu pada umur 4 bulan setelah berbunga
(jeruk peras), buah tersebut dibeli oleh warung-warung yang menyediakan minuman
jeruk. Yang kedua yaitu pemanenan jeruk siam yang telah berumur 6 bulan (jeruk
masak) setelah tanaman berbunga, buah tersebut dibeli oleh pedagang-pedagang
buah (tradisional) atau pedagang-pedagang modern (supermarket, dll).
-
Pemasaran
Pemasaran merupakan sub-sistem terakhir dalam
usahatani khususnya usahatani jeruk siam. Karena tanpa pemasaran petani tidak
akan mengalami pendapatan (penerimaan) dari usahatani yang mereka jalankan.
5.4.Pengarahan
Dalam usahatani jeruk siam, responden berusaha
semaksimal mungkin untuk meningkatkan produksinya baik kualitas maupun
kuantitas dengan cara diberikan bimbingan (penyuluhan) khususnya dari Dinas
Pertanian Kabupaten Paser dan diadakannya studi banding ke daerah lain yang
diikuti oleh petani jeruk siam agar dapat menambah pengalaman dan pengetahuan
khususnya dalam usahatani jeruk siam.
Adapun studi banding yang pernah di ikuti oleh
kelompok tani “Padi Mulyo” yaitu ke daerah Rantau (Kalimantan Selatan), Banjar
Baru (Kalimantan Selatan), Samarinda (Kalimantan Timur) dan ke daerah Jawa
Barat.
5.5.
Pengawasan (Controlling)
Dalam pelaksanaan pengawasan/pengontrolan, petani
responden sangat berhati-hati dalam mengadakan usahatani dan bila perlu
mengadakan koreksi dari setiap hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan sehingga
apa yang sedang dilaksanakan anggota kelompok dapat diarahkan atau dibimbing ke
jalan yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah direncanakan dan
ditetapkan oleh kelompok.
Hal seperti ini yang dilakukan oleh petani responden
jeruk siam di Desa Rantau Panjang, agar usahatani yang dijalankan/dilaksanakan
oleh kelompok tani dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan harapan
kelompok. Langkah-langkah yang dilakukan oleh kelompok tani pada usahatani jeruk
siam di Desa Rantau Panjang antara lain :
1.
Perencanaan harus dilakukan dengan matang dalam
usahatani jeruk siam agar dapat menghasilkan
kualitas dan kuantitas jeruk siam, sehingga dapat bersaing dengan buah jeruk siam yang berasal
dari daerah lain.
2.
Pemilihan bibit tanaman jeruk siam harus sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah (bibit yang bersertifikat).
3.
Pemberian pupuk harus sesuai dosis yang telah
ditentukan agar tanaman jeruk siam berproduksi maksimal dengan mengeluarkan
biaya seminimal mungkin, biasanya pemberian pupuk ini melalui bimbingan
penyuluhan dari petugas penyuluh lapangan (PPL).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian terhadap petani jeruk siam di Desa
Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
- Manajemen usahatani jeruk siam di desa Rantau Panjang sudah sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen, terlihat dari fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan oleh kelompok tani “Padi Mulyo” kepada para anggotanya.
- Pengadaan bibit jeruk siam yang ada di lokasi penelitian berasal dari daerah Rantau dan balai benih induk Banjar Baru (Kalimantan Selatan).
- Dalam pemanenan buah jeruk siam yang ada di lokasi penelitian ada 2 (dua) cara, yaitu panen buah jeruk muda (peras) dan panen buah jeruk yang sudah matang (masak).
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang
diperoleh, maka disarankan kepada para petani jeruk siam dan segenap pihak yang
terkait dengannya untuk dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Diharapkan para anggota kelompok tani lebih
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dengan cara mengikuti penyuluhan dan studi banding guna meningkatkan
daya saing usahatani dalam menghadapi persaingan produksi buah dari luar
daerah.
2. Perlu adanya perhatian dari pemerintah melalui
instansi terkait untuk memberikan penyuluhan secara teratur dan memberikan
penguatan modal bagi kelompok tani agar dapat meningkatkan pendapatan dengan
cara perluasan areal tanam.
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1994. Budidaya
Tanaman Jeruk. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Anonim, 2003. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam.
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
______ , 2008. Pedoman Penulisan Skripsi Program Studi
Agribisnis. Penerbit STIPER Muhammadiyah Tanah Grogot Kabupaten Paser,
Tanah Grogot.
Firdaus,
M., 2008. Manajemen Agribisnis.
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Handoko, T Hani., 1999. Manajemen Edisi 2 Cetakan Keempatbelas.
Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P.,
2001. Manajemen Dasar, Pengertian Dan
Masalah. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Horol Kontz dan Cyril O`
Donnel, 1995. Pengantar Manajemen Manajer
Keanekaragaman Dan Perubahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Manullang, M. 1985. Manajemen Suatu Pengantar. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
___ , 1996. Dasar-Dasar Manajemen. Penerbit UGM : University
Press, Yogyakarta.
Mubyarto,
1989. Pengantar Ekonomi Pertanian.
LP3ES, Jakarta.
Pracaya, 2003. Jeruk Manis Varietas, Budidaya Dan
Pascapanen. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahardi, F., dkk, 2000. Agribisnis Tanaman Buah. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Sastraatmadja, Entang.,
1985. Ekonomi Pertanian. Indonesia
Masalah, Gagasan dan Strategi. Penerbit Angkasa, Bandung.
Sikula, Andre. F., 2001. Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah.
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Terry, Georgi. R.,
2001. Manajemen Dasar Pengertian Dan
Masalah. Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar