INTISARI
Angka kematian
di Indonesia masih tinggi, menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut
data laporan terpadu PWS KIA Puskesmas Pasar Sabtu pencapaian pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2010 sebanyak 206 orang (65,4%) dari
target 315 orang (90%) yang berarti masih dibawah target yang ditetapkan.
Sedangkan yang ditolong oleh dukun kampung 86 orang (27,3%).
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam
memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu
Kabupaten HSU tahun 2011.
Rancangan
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan populasi semua
ibu hamil yang berada pada trimester II dan III di wilayah kerja Puskesmas
Pasar Sabtu, teknik pengambilan sampel yaitu sampel jenuh dimana semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel, jumlah sampel yang diambil adalah seluruh
jumlah dari populasi yaitu sebanyak 82 orang ibu hamil sebagai obek penelitian.
Hasil
penelitian ini didapatkan ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan 82
ibu hamil, didapatkan yang memilih dukun beranak sebanyak 37 (45,1%),
pengetahuan baik 56 orang (68,0%), sikap positif 54 (66,0%).
Kesimpulan
penelitian jumlah yang ditolong oleh dukun (45,1%), pengetahuan baik (68,0%)
dan sikap positif (38,9%).
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kondisi kesehatan ibu dan anak di Indonesia saat ini masih sangat
penting untuk ditingkatkan serta mendapat perhatian khusus. Menurut data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) 228
per 100.000 kelahiran hidup berarti ada 9,774 ibu meninggal pertahun atas 1 ibu
meninggal tiap jam akibat kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes, 2009).
Penyebab
langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah
perdarahan, infeksi dan eklamsia. Kedalam perdarahan
dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat
aborsi terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan
oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan
infeksi yang kronis (Prawirohardjo, 2006).
Kebijakan
Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya
mengacu kepada intervensi strategi “Empat Pilar Safe Motherhood”. Dewasa ini,
program keluarga berencana - sebagai pilar pertama – telah dianggap berhasil.
Namun, untuk mendukung upaya mempercepat penurunan AKI diperlukan penajaman sasaran
agar kejadian “4 terlalu” dan kehamilan yang tak diinginkan dapat ditekan
serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal – sebagai pilar kedua –
cukup baik, yaitu 87% pada 1977 ; namun mutunya masih perlu ditingkatkan
terus.Persalinan yang aman – sebagai pilar ketiga – yang dikategorikan sebagai
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 1997 baru mencapai 60%,
untuk mencapai AKI sekitar 200 per 100.000 kelahiran hidup diperlukan cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar angka 80%, cakupan pelayanan obstetri
esensial sebagai pilar ke kempat-masih sangat rendah dan mutunya belum optimal
(Prawirohardjo, 2006).
Pada tahun 2006, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia
masih sekitar 76 % artinya masih ada pertolongan persalinan oleh dukun kampung (Depkes,
2007).
Berdasarkan
studi
pendahuluan yang didapat dari laporan PWS-KIA yang ada di Puskemas Pasar Sabtu,
mencatat bahwa pencapaian pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada
PuskemasPasar Sabtu masih dibawah target yaitu tahun 2009 persalinan dengan
tenaga kesehatan target 315 orang (80%) dengan hasil cakupan yang dicapai
dimana pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 246 orang (78,10 %) dan
persalinan yang ditolong oleh dukun kampung 69 orang (22 %).
Pada
tahun 2010persalinan
dengan tenaga kesehatan target 315 orang (90%)
dengan hasil cakupan yang dicapai dimana
persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 206 orang (65,4 %) dan persalinan
yang ditolong oleh dukun kampung 86 orang (27,3 %).
Berdasarkan
wawancara sederhana yang dilakukan pada 10 (100%) orang ibu hamil yang dikunjungi
kerumahnya pada tanggal 5 dan 6Desember 2010 di desa Galagah dan Banua Hanyar, untuk
tingkat pengetahuan yaitu 2 pertanyaan yaitu apa keuntungan ibu kalau melahirkan
dengan bidan dan apa kerugian kalau melahirkan dengan dukun beranak, 9 (90%)
orang menjawab tidak tahu dan 1 (1%) orang menjawab benar, dan untuk sikap
ditanyakan apakah ibu setuju kalau melahirkan dengan bidan 2 (20%) orang
mengatakan kalau tidak setuju kalau melahirkan dengan bidan dengan alasan takut
kalau digunting, 2 (20%) orang mengatakan tidak ingin melahirkan dengan bidan
dengan alasan takut kalau dibawa ke rumah sakit, 2 (20%) orang tidak setuju
kalau melahirkan dengan bidan dengan alasan sudah kebiasaan kalau melahirkan
dengan dukun beranak, 1 (10%) orang lainnya tidak setuju kalau melahirkan
dengan bidan karena kalau habis diperiksa bidan, bila masih lama ditinggal
pulang, 2 (20%) orang lainnya mengatakan juga tidak setuju kalau melahirkan dengan
bidan karena takut kalau biayanya mahal, dan 1 (10%) orang mengatakan setuju
kalau melahirkan dengan bidan karena mempunyai Kartu JAMKESMES.
B.
Rumusan
Masalah
Perbandingan
dari tahun 2009 dan 2010 adalah tahun 2009 target persalinan
dengan tenaga kesehatan 315 orang (80%),
hasil yang dicapai 246 orang (78,10 %) dan persalinan dengan dukunberanak 69
orang (22 %) dan tahun 2010 target persalinandengan tenaga kesehatan 315 orang (90 %), hasil yang
dicapai 206 orang (65,4 %) dan yang ditolong oleh dukun beranak 86 orang (27,3 %), dan dari hasil wawancara sederhana dari 10 (100%) orang ibu hamil didapatkan 9 (90%)
orang ibu hamil berpengetahuan kurang, 1 (10%) orang berpengetahuan baik, dan 9 (90%)
orang bersikap tidak setuju kalau melahirkan
dengan bidan dan 1 (10%) orang yang bersikap setuju kalau melahirkan dengan bidan.
Dari
rumusan masalah tersebut diatas, maka pertanyaan penelitian adalah “Bagaimana
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten
Hulu Sungai Utara Tahun 2011”.
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten
Hulu Sungai Utara Tahun 2011.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mengidentifikasi
jumlah ibu hamil yang memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011.
b.
Mengidentifikasi
pengetahuan ibu hamil dalam memilih tenaga penolong
persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tahun 2011.
c.
Mengidentifikasi
sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong
persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tahun 2011.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi
Responden
Diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik pada ibu-ibu hamil
tentang pentingnya kalau melahirkan dengan pertolongan bidan.
2.
Bagi
Peneliti
Diharapkan dengan penelitian ini
dapat memberikan motivasi yang lebih baik lagi agar dapat meningkatkan kualitas
pelayanan di masyarakat.
3.
Bagi
Instansi / Pengelola KIA
Diharapkan dapat menambah sumber informasi dalam meningkatkan
cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terutama
dalam wilayah Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara.
E.
Keaslian
Penelitian
Penelitian serupa sudah pernah dilakukan oleh Hariyati (2005)
dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu
Bersalin Memilih Tenaga Penolong Persalinan dengan Tenaga Kesehatan di
kecamatan Sungai Durian tahun 2005. Perbedaan dengan penelitian terdahulu
dengan sekarang adalah berbeda pada variabel penelitian yaitu pengetahuan dan sikap
ibu serta tenaga penolong persalinan. Juga berbeda tempat penelitian yaitu
wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten HSU.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
Teori
1.
Ibu
Hamil
Definisi : masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke 2,
bulan ke 4 sampai 6 bulan, triwulan 3 dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Sarwono,
2006).
Ibu hamil dapat memeriksa kehamilannya pada dokter ahli kebidanan,
dokter ahli lain, dokter umum, bidan, perawat dan dukun terlatih dalam satu
komunitas seperti di Indonesia ada pusat-pusat kesehatan Puskesmas dan KIA-nya
dimana seorang ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya (Mochtar, 1998).
Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil (Mochtar, 1998) :Tujuan
umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama
dalam kehamilan, persalinan dan nipas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang
sehat.
Tujuan khusus
adalah :
a.
Mengenali
dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,
persalinan dan nipas.
b.
Mengenali
dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
c.
Menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
d.
Memberikan
nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,
kehamilan, persalinan dan laktasi.
Jadwal
pemeriksaan kehamilan :
a.
Pemeriksaan
pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu
bulan.
b.
Periksa
ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan.
c.
Periksa
ulang 2x sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
d.
Periksa
ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
e.
Periksa
khusus bila ada keluhan-keluhan.
Beberapa istilah yang dipakai untuk pemeriksaan dan pengawasan ibu
hamil adalah :
a.
Antenatal
care adalah pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak.
b.
Prenatal
care adalah pengawasan pra-kelahiran.
c.
Antepartal
care adalah pengawasan sebelum bersalin, lebih ditujukan pada keadaan ibu.
Pelayanan/asuhan
standar minimal termasuk “7 T” (Sarwono, 2006):
a.
(Timbang)
berat badan
b.
Ukur
(Tekanan) darah
c.
Ukur
(Tekanan) fundus uteri
d.
Pemberian
imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
e.
Pemberian
tablet zat besi, minum go tablet selama kehamilan
f.
Tes
terhadap penyakit menular seksual
g.
Tenu
wicara dalam rangka persiapan rujukan.
2.
Tenaga Pertolongan
Persalinan
Dalam program KIA tenaga yang memberikan
pertolongan persalinan kepada masyarakat digolongkan menjadi 3 yaitu (Yulifah,
2009) :
a.
Tenaga professional, meliputi dokter spesialis kebidanan, dokter umum,
bidan, pembantu bidan dan perawat.
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui
di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi
untuk didaftar (registrasi) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan (standar profesi bidan 2007).
Bidan diakui sebagai tenaga kerja professional yang
bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir dan bayi, asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasipada ibu dan anak dan akses bantuan media
atau bantuan orang lain yang sesuai serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan.Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada
kenyataan dilapangan masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga
kesehatan dan dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan, oleh karena itu
secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten
dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan (Depkes
RI, 2009).
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :
1.
Pencegahan infeksi
2.
Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
3.
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi
4.
Melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD)
5.
Memberikan infeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
b.
Dukun bayi terlatih, meliputi
dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan dari tenaga kesehatan yang
dinyatakan lulus.
c.
Dukun bayi yang tidak terlatih meliputi dukun bayi yang belum pernah
dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.
Dukun bayidalam beberapa budaya (kultur),
dukun bayi diartikan sebagai seorang wanita yang memiliki pengaruh besar di
masyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi (Yulifah,
2009).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis
seringkali dilakukan oleh sesorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun
bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan
kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun
temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan bisaanya sudah berumur ± 40
tahun ke atas (Prawirohardjo, 2005).
Faktor-faktor penyebab mengapa masyarakat lebih
memilih penolong bersalin dengan tenaga non medis (Internet). Masih banyak
masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan non medis dari
pada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain :
1.
Kemiskinan
Tersedianya berbagai jenis pelayanan public serta
persepsi tentang nilai dan mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah
rakyat akan memilih kesehatan atau tidak, bisaanya perempuan memilih
berdasarkan penyedia layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan
mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat
miskin.
2.
Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman.
3.
Kultur budaya masyarakat
Masyarakat kita terutama di pedesaan masih percaya
kepada dukun beranak dari pada kepada bidan apalagi dokter, rasa takut masuk
rumah sakit masih melekat pada kebanyakan kaum perempuan, walaupun terjadi
kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan
ditentukan manusia.
Masalah yang dapat ditimbulkan apabila persalinan ditolong oleh non
medis antara lain karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau
peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi, pertolongan
gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang
melahirkan tidak dapat dilakukan.
Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak terjenuhinya
standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan praktek yang
tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung
bayi baru lahir dengan mulut).
Layanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan non
medis, misalnya :
1.
Dukun mau mendatangi setiap ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan.
2.
Dukun mematok harga murah, kadang bisa disertai
atau diganti dengan sesuatu barang misalnya beras, kelapa dan bahan dapur
lainnya.
3.
Dukun beranak dapat melanjutkan layanan L-44 hari pasca melahirkan
dengan sabar memanjakan ibu dan bayinya misalnya dia mencuci dan membersihkan
ibu setelah melahirkan.
4.
Dukun menemani anggota keluarga agar bisa beristirahat da memulihkan
diri, sebaliknya bidan seringkali tidak bersedia saat dibutuhkan atau bahkan
tidak mau datang saat dipanggil.
Kerjasama antara bidan dan pemerintah
dengan tenaga kesehatan non medis sangat diperlukan dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, kerjasama yang bisa dilakukan seperti misalnya dalam
pemberian pelatihan kepada para tenaga kesehatan non kesehatan atau
keikutsertaan pemerintah sangat penting untk menunjang suksesnya pelatihan
dengan pemberian bantuan alat-alat untuk menolong persalinan seperti gunting
tali pusat, sehingga infeksi saat pemotongan tali pusat bisa diturunkan.
Persalinan
Definisi persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2007).
Persalinan adalah suatu proses pengluaran hasil konsepsi (janin +
uri), yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain (Mochtar, 1998).
Persalinan dapat pula dimulai (Induction of labor) misalnya :
1.
Merangsang
pleksus frankenhauser dengan memasukkan beberapa gagang lami naria dalam
kanalis servikalis.
2.
Pemecahan
ketuban.
3.
Penyuntikan
oksitosin (sebaiknya dengan jalan infus intravena).
Tanda-tanda
in-partu (Mochtar, 1998):
1.
Rasa
sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2.
Keluar
lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks.
3.
Kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya.
4.
Pada
pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan ada pembukaan.
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :
1.
Kekuatan
mendorong janin keluar (power)
His
(kontraksi uterus)
Kontraksi
otot-otot dinding perut
Kontraksi
diafragma
2.
Faktor
janin
3.
Faktor
jalan lahir.
Proses
persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
Kala
I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10
cm
Kala
II : Kala
pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan
mendorong janin keluar hingga lahir
Kala
III : Waktu
untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala
IV : Mulai
dari lahirnya uri selama 1-2 jam.
3.
Pengetahuan
a.
Pengertian
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar
menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan
sebagainya, sedangkan ilmu (Science) bukan sekedar menjawab “What”, melainkan
akan menjawab pertanyaan “Why” dan “How”. Misalnya mengapa air mendidih bila
dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas dan sebagainya.
Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu tetapi ilmu dapat
menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi (Notoatmodjo, 2005).
Menurut (Taufik, 2007) pengetahuan merupakan penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan lain sebagainya).
b.
Berbagai
cara memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005) dari berbagai macam cara yang
telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1)
Cara
tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistematik dan logis, cara-cara penemuan pengetahuan pakla periode ini
antara lain meliputi :
a)
Cara
coba-salah (Trial and Error)
Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia
dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata
yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang
sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan, pada waktu
itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba.
b)
Cara
kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupann manusia sehari-hari, banyak sekali kebisaaan-kebisaan
dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau tidak, kebisaaan-kebisaaan ini bisaanya
diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya mengapa
harus ada upacara selapanan dan turun tanah bayi, mengapa ibu yang sedang
menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor dan sebagainya.
c)
Berdasarkan
pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memacahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
d)
Melalui
jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir
manusia pun ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya, dengan kata lain dalam memperoleh
kebenaran pengetauan manusia telah meggunakan jalan pikirannya baik melalui
induksi maupun deduksi.
Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang ditemukan,
kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila
proses pembuatan kesimpulan itu melalui penyataan-pernyataan khusus kepada yang
umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan umum kepada khusus.
2)
Cara
modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah
atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Research methodology).
Secara garis besarnya tingkat pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat,
yaitu :
a.
Tahu
(Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit
demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti dan sebagainya.
b.
Memahami
(Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan
hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup dan menguras), tetapi harus
dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras dan sebagainya tempat-tempat
penampungan air tersebut.
c.
Aplikasi
(Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan,
ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan ditempat ia bekerja atau
dimana saja.
d.
Analisis
(Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat
dalam suatu masalah atau objek yang diketahui, indikasi bahwa pengetahuan
seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut
telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e.
Sintesis
(Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f.
Evaluasi
(Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Lukman, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu (Internet) :
a.
Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka
proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur
tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secapat seperti
ketika berumur belasan tahun.
Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang
itu salah satunya dipengaruhi oleh umur, dari uraian ini maka dapat kita
simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pad unsur-unsur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan
akan berkurang.
b.
Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dan situasi baru.
c.
Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang,
dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang
buruk tergantung pada sifat kelompoknya dalam lingkungan seseorang akan memperoleh
pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang (Nasution, 1999).
d.
Sosial
Budaya
Sosial budaya mempunyai
pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan
dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami
suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e.
Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2005)
adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri
sendiri.
Menurut Wied Hary A (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorang makin baik pula pengetahuannya.
f.
Informasi
Menurut Wied Hary A (1996), informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yng baik
dari berbagai media misalnya TV, Radio, atau Surat kabar maka hal itu akan
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g.
Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2005).
Kategori
Pengetahuan :
Menurut (Nursalam, 2003) mengemukakan bahwa skor yang ser:ing
digunakan untuk mempermudah dalam mengkategorikan jenjang/peringkat dalam
penelitian biasanya dituliskan dalam prosentase :
a.
Tingkat
pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %
b.
Tingkat
pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %
c.
Tingkat
pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 56 %.
Pengukuran
Pengetahuan :
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan
tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
diatas (Notoatmodjo, 2005).
4.
Sikap
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Compbell (1950) dalam Notoatmodjo ( 2005) mendefinisikan sangat
sederhana yakni : “An individual’s attitude is syndrome of response consistency
with regard to object” Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu
sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga
sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang
lain.
New comb, salah seorang ahli psikologi sosial dalam Notoatmodjo (2005)
menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, dalam kata lain fungsi sikap belum
merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi prilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
Hubungan
Sikap dan Tindakan
Reaksi
Terbuka
(Tindakan)
|
Stimulus
(Rangsangan)
|
Proses
Stimulus
|
Stimulus
(Rangsangan)
|
Gambar :2.1. Hubungan Sikap dan Tindakan
Komponen pokok
sikap :
Menurut
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) sikap itu terdiri dari 3 komponen
pokok, yaitu :
a.
Kepercayaan
atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana keyakinan dan
pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek, sikap orang terhadap penyakit
kusta misalnya berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut
terhadap penyakit kusta.
b.
Kehidupan
emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya bagaimana penilaian
(terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
c.
Kecendrunga
untuk bertindak (lend to behave). Artinya sikap adalah merupakan komponen yang
mendahului tindakan atau perilaku terbuka, sikap adalah ancang-ancang untuk
bertindak atau berprilaku terbuka (tindakan).
Ketiga
komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
allitude) dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan
dan emosi memegang peranan penting.
Seperti
halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan
intensitasnya sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005).
a.
Menerima
(receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek).
b.
Menanggapi
(responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c.
Menghargai
(valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya dengan orang lain
dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
d.
Bertanggung
jawab (responsible)
Sikap
yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang
telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang
mencemooh atau adanya resiko lain.
Pengukuran
Sikap
Menurut
Riduwan (2003), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau dialaminya,
beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori
skala likert adalah sebagai berikut:
1.
Pernyataan
positif :
a.
Sangat
setuju : SS = 4
b.
Setuju : S = 3
c.
Tidak
setuju : TS = 2
d.
Sangat
tidak setuju : STS = 1
2.
Pernyataan
negatif :
a.
Sangat
setuju : SS = 1
b.
Setuju : S = 2
c.
Tidak
setuju : TS = 3
d.
Sangat
tidak setuju : STS = 4
Berdasarkan interpretasi skala sikap diatas, dapat
dikategorikan mempunyai sikap (Azwar. S, 2002) adalah :
a.
Positif, jika skor ≥ mean
b.
Negatif, jiak skor <mean.
B.
Kerangka
Konsep
Kerangka
konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang
peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang
dianggap penting untuk masalah. Singkatnya kerangka konsep membahas saling
ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika
situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Sekaran, 2006) dalam buku A.
Aziz Alimul Hidayat (2007).
Kerangka Konsep Dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel
penelitian
PENGETAHUAN
|
SIKAP
|
DALAM MEMILIH TENAGA PENOLONG
PERSALINAN
|
Gambar. 2.2. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, metode
penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan
yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran
pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah
Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011.
B. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat,
2007).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil
yang berada pada Trimester
II dan Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tahun 2011 yang jumlah
populasinya adalah 82 orang ibu hamil.
2.
Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti
atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2007). Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan.Objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, istilah
lain dari sampel jenuh adalah sensus (Setiawan, 2010).
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil
trimester II dan trimester III yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu
Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011, dengan alasan dalam memilih tenaga
penolong persalinan dilakukan pada trimester II dan trimester III.
Jumlah sampel ibu hamil yang berasal dari 17 desa di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasar Sabtu adalah berjumlah 82 orang, pengisian kuesioner pada responden ibu
hamil tersebut adalah dengan cara membagi-bagikan kerumah-rumah ibu hamil
tersebut.
C. Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional
1.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok
yang lain (Notoatmodjo, 2005).
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu
hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan.
2.
Definisi
Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian (Hidayat, 2007).
Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan
menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel
(Setiawan, 2010).
Tabel 1.1
Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat Ukur
|
Hasil Ukur
|
1.
2.
3.
|
Memilih
tenaga penolong persalinan
Pengetahuan
Sikap
|
Menentukan orang yang akan menolong persalinannya
nanti
Pemahaman
ibu hamil tentang jenis tenaga penolong persalinan seperti bidan dan dukun beranak
Respon
atau reaksi ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan
|
Kuesioner
dengan 2 pilihan
Kuesioner
dengan 10 pertanyaan
Kuesioner
dengan 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif
|
1.
Bidan : 45 orang
2.
Dukun Beranak : 37
orang
1.
Baik
= 76-100%
: 56 orang
2.
Cukup
= 56-75% : 13 orang
3.
Kurang
≤ 56%
: 13 orang
1.
Positif
jika skor ≥ mean
29,9% : 54
orang
2.
Negatif
jika skor < mean
29,9% : 28
orang
|
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner.Kuesioner tersebut dimodifikasi dari penelitian Hariyati(2005), yang
berisi 10 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan ibu hamil. Pertanyaan yang
dijawab benar diberi nilai 1 dan pertanyaan yang dijawab salah diberi nilai 0.
Nilai tertinggi untuk pertanyaan pengetahuan adalah 10, jika semua jawaban
responden benar, nilai terendah untuk pertanyaan pengetahuan adalah 0 jika
jawaban responden semua salah.
Untuk kuesioner sikap juga terdiri dari 10 pertanyaan tentang sikap
ibu hamil dalam memilih tenaga persalinan, pernyataan berupa daftar checklist
dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan
sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif berjumlah 5 pertanyaan
berada pada no 1,2,3,4,5 dan pertanyaan negatif juga berjumlah 5, pertanyaan
negatif berada pada no 6,7,8,9 dan 10.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilkukan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten Hulu Sungai Utara.
2.
Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan
data mulai bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.
F.
Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1.
Prosedur Pengumpulan Data
a.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari responden, dalam hal ini pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan diperoleh melalui kuesioner.
b.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung dengan cara melihat pada PWS KIA, Kohort ibu hamil dan data tentang
gambaran umum tempat penelitian.
2.
Prosedur Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2007) dalam proses pengolahan data terdapat
tahapan-tahapan yang harus ditempuh, diantaranya :
a.
Editing
Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh
atau yang dikumpulkan dengan cara kuesioner yang telah diisi oleh responden
dikumpulkan dan lihat jumlah serta jawaban dari responden.
b.
Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode
numerik terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori, dalam kode dibuat
juga daftar kode dan artinya yang berguna untuk memudahkan melihat lokasi atau
arti kode dari suatu variabel. Pemberian kode pada variabel ibu yang memilih
tenaga penolong persalinan dengan tenaga kesehatan diberi kode dengan angka 1
dan ibu yang memilih persalinan tidak dengan tenaga kesehatandiberi kode dengan
angka 2.
Pemberian kode pada variabel pengetahuan ibu hamil dalam memilih tenaga
penolong persalinan dibuat menjadi 2 kategori dengan menggabungkan kategori
yang paling dekat, yaitu pengetahuan baik diberi kode angka 1 dan pengetahuan
tidak baik diberi angka 2. Pemberian kode untuk variabel sikap ibu hamil dalam
memilih tenaga penolong persalinan bila ibu bersikap positif diberi kode 1 dan
bila sikap negatif diberi angka 2.
c.
Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang sudah dikumpulkan
ke dalam tabel frekuensi sederhana untuk memudahkan menghitung dan membaca data
penelitian yang sudah dilakukan.
d.
Melakukan
Teknik Analisa
Analisa dilakukan dengan menggunakan ilmu statistik terapan yang
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisa, hasil interprestasi data akan
disajikan dalam tabel-tabel yang berisi data pengetahuan, data sikap dan data
ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan, sehingga akan terlihat
bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap responden dalam memilih tenaga
penolong persalinan.
G. Tehnik Analisa Data
Setelah data dikumpulkan melalui kuesioner
mengadakan seleksi jawaban yang terkumpul dari setiap responden dan kemudian
menstabulasi jawaban. Menghitung data dengan menggunakan presentase dilakukan
dengan membagi frekuensi (F) dengan jumlah observasi (N) dan dikalikan 100 %,
dan dapat ditulis dengan rumus
berikut :
P
= (F/N) x 100%
Keterangan :
P = Jumlah presentase yang dicari
F = Jumlah frekuensi jawaban
N = Jumlah pertanyaan.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
1.
Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
a.
Letak
Geografis
Puskesmas Pasar Sabtu terletak di desa Banua Hanyar Kecamatan
Sungai Tabukan Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan,
mempunyai wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu terdiri dari 17 desa yaitu desa
Sungai Tabukan, Pematang Benteng Hulu, Pematang Benteng Hilir, Nelayan, Galagah
Hulu, Galagah, Teluk Cati, Pasar Sabtu, Banua Hanyar, Hilir Mesjid, Gampa Raya,
Sungai Haji, Rantau Bujur Hulu, Rantau Bujur Hilir, Rantau Bujur Tengah, Rantau
Bujur Darat, dan desa Tambalang Raya. Semua desa dapat ditempuh dengan roda
dua, tetapi dari semua desa ada 3 RT yang hanya dapat ditempuh dengan
transportasi air, yaitu desa Rantau Bujur Darat RT IV, Galagah RT IV dan Gampa
Raya RT III.
b.
Batas
Wilayah
Puskesmas Pasar Sabtu terletak kira-kira 12 Km dari kota Kabupaten
Hulu Sungai Utara dengan keadaan tanah gambut, rawa dan persawahan dengan luas
wilayah 32,42 Km dengan batas-batas :
-
Sebelah
Barat : Kecamatan Danau Panggang
-
Sebelah
Selatan : Kecamatan Sungai Pandan-Danau
Panggang
-
34
|
-
Sebelah
Timur : Kecamatan Sungai
Pandan-Amuntai Selatan
c.
Jumlah
Penduduk
Berdasarkan monografi tahun 2009/2010 jumlah penduduk wilayah kerja
Puskesmas Pasar Sabtu Kecamatan Sungai Tabukan adalah 13,776 jiwa. Jumlah
penduduk laki-laki 6.677 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 7.099 jiwa.
d.
Jumlah
Tenaga yang ada di Puskesmas Pasar Sabtu
1.
|
Dokter Umum
|
:
|
1
|
2.
|
SMAK
|
:
|
1
|
3.
|
Sarjana Kesehatan Masyarakat
|
:
|
1
|
4.
|
Akper
|
:
|
8
|
5.
|
SPK
|
:
|
2
|
6.
|
SPKU
|
:
|
2
|
7.
|
Bidan
|
:
|
2
|
8.
|
Bidan di desa
|
:
|
8
|
9.
|
Tenaga Gizi
|
:
|
2
|
10.
|
Sanitarian
|
:
|
1
|
11.
|
Farmasi
|
:
|
2
|
12.
|
Pekerja Kesehatan
|
:
|
2
|
e.
Jumlah
Persalinan
Pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
berjumlah 206 orang (65,4%) dan ditolong oleh dukun beranak berjumlah 86 orang
(27,3%).
f.
Sarana
Pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Sungai Tabukan
yaitu :
- 1 (satu) buah Puskesmas Induk
- 3 (tiga) buah Puskesmas Pembantu
- 8 (delapan) buah Polindes
- 1 (satu) buah mobil Puskesmas Keliling
- 17 (tujuh belas) buah kendaraan roda dua.
g.
Ruang
Lingkup Kegiatan Puskesmas
Puskesmas Pasar Sabtu melaksanakan 6 (enam) upaya kesehatan wajib
dan 6 (enam) upaya kesehatan pengembangan (UKS, Puskesmas, Gigi, dan Mulut,
Laboratorium, Usila serta Upaya Pengembangan Desa Siaga).
2.
Gambaran
Umum Hasil Penelitian
a.
Tingkat
Pendidikan Responden
Tabel
4.1
Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Ibu
Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (n)
|
Persentase (%)
|
Dasar
|
66
|
80,4
|
Menengah
|
12
|
14,6
|
Tinggi
|
4
|
5,0
|
Jumlah
|
82
|
100,0
|
(Sumber : Data
Primer)
Berdasarkan tebel 4.1 diatas terlihat sebanyak 66 orang (80,4%)
yang berpendidikan dasar.
3.
Gambaran
Khusus Hasil Penelitian
a.
Jumlah
Ibu Hamil Yang Memilih Berdasarkan Tenaga Penolong Persalinan
Tabel
4.2
Distribusi
Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan
Jenis
Tenaga penolong Persalinan
di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011
Tenaga Penolong Persalinan
|
Jumlah (n)
|
Persentase (%)
|
Bidan
|
45
|
54,9
|
Dukun
Beranak
|
37
|
45,1
|
Jumlah
|
82
|
100,0
|
(Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan sebanyak 37 (45,1%) ibu
hamil yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun beranak di Wilayah
Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011.
b.
Pengetahuan
Ibu Hamil
Tabel
4.3
Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Ibu
Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011
Tingkat Pengetahuan
|
Jumlah (n)
|
Persentase (%)
|
Baik
|
56
|
68,0
|
Cukup
|
13
|
16,0
|
Kurang
|
13
|
16,0
|
Jumlah
|
82
|
100,0
|
(Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan sebanyak 56 (68,0%) ibu hamil mempunyai pengetahuan yang baik
dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Pusekesmas Pasar
Sabtu Tahun 2011.
Tabel
4.4
Tabel
Silang Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan
Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011
Pengetahuan
|
Jenis
Tenaga Penolong Persalinan
|
n
|
%
|
|||
Bidan
|
Dukun
Beranak
|
|||||
n
|
%
|
n
|
%
|
|||
Baik
|
38
|
67,9
|
18
|
32,1
|
56
|
100,0
|
Cukup
|
5
|
38,4
|
8
|
61,6
|
13
|
100,0
|
Kurang
|
2
|
15,3
|
11
|
84,7
|
13
|
100,0
|
Jumlah
|
45
|
54,9
|
37
|
45,1
|
82
|
100,0
|
(Sumber : Data
Primer)
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 56 ibu hamil yang
berpengetahuan baik, yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun
beranak 18 (32,1%). Dan dari 13 ibu hamil yang berpengetahuan cukup sebanyak 8
(61,6%) ibu hamil yang memilih dukun beranak dan dari 13 ibu hamil yang berpengetahuan
kurang 11 (84,7%) ibu hamil yang memilih
dukun beranak.
c.
Sikap
Ibu Hamil
Tabel
4.5
Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Sikap Ibu Hamil
Dalam
Memilih Tenaga Penolong Persalinan
di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011
Sikap
|
Jumlah (n)
|
Persentase (%)
|
Positif
|
54
|
66,0
|
Negatif
|
28
|
34,0
|
Jumlah
|
82
|
100,0
|
(Sumber : Data
Primer)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 54 (66,0%) ibu
hamil yang mempunyai sikap positif dalam memilih tenaga penolong persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011.
Tabel
4.6
Tabel
Silang Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Ibu Hamil
Dalam
Memilih Tenaga Penolong Persalinan
Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Tahun 2011
Pengetahuan
|
Jenis
Tenaga Penolong Persalinan
|
n
|
%
|
|||
Bidan
|
Dukun
Beranak
|
|||||
n
|
%
|
n
|
%
|
|||
Posiif
|
33
|
61,1
|
21
|
38,9
|
54
|
100,0
|
Negatif
|
12
|
42,9
|
16
|
57,1
|
28
|
100,0
|
Jumlah
|
45
|
54,9
|
37
|
45,1
|
82
|
100,0
|
(Sumber : Data
Primer)
Berdasarakan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 54 ibu hamil yang bersikap
positif yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun beranak sebanyak 21
(38,9%), dan dari 28 orang ibu hamil yang bersikap negatif sebanyak 16 (57,1%)
yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun beranak.
B.
Pembahasan
1. Jenis Tenaga Penolong Persalinan
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa ibu hamil yang memilih
tenaga persalinan dengan dukun beranak sebanyak 37 (45,1%) dan yang memilih
bidan sebanyak 45 (54,9%).
Prawirohardjo (2005), pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
non-medis seringkali dilakukan oleh seorang yang disebut sebagai dukun beranak,
dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan
kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun
temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40
tahun ke atas.
Dalam hal ini kemungkinan mengapa ibu-ibu hamil masih percaya kalau
melahirkan dengan dukun beranak karena dukun beranak itu mau mendatangi sikap
ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, mau menunggu dari awal terasa
sakit-sakit dalam proses persalinan sampai lahirnya bayi, dukun beranak itu mau
mencucikan pakaian yang kotor sehabis persalinan, mau memijat dari hari ke 3,
7, 15 dan hari ke 40, dan juga kalau melahirkan dengan dukun beranak itu
biayanya jauh lebih murah.
2. Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa pengetahuan ibu hamil yang
terbanyak yaitu pengetahuan baik 56 (68,0%) ibu hamil.
Pengetahuan (know ledge) adalah hasil tahu dari manusia yang
sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan
sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “what”
melainkan akan menjawab pertanyaan “why” dan “how”, misalnya mengapa air
mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas dan
sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab
pertanyaan apa sesuatu itu tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan
bagaimana sesuatu tersebut terjadi (Notoatmodjo, 2005).
Pada dasarnya pengetahuan ibu-ibu hamil yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Sabtu itu sudah berpengetahuan baik dalam memilih tenaga
penolong persalinan, karena ibu-ibu hamil tersebut sudah mengetahui kalau
melahirkan dengan bidan itu dapat mengetahui secara dini tanda-tanda bahaya
pada persalinan, dapat memberikan pertolongan persalinan yang aman dan
terhindar dari infeksi dengan cara memperhatikan kebersihan alat, tempat dan
bersih penolong.
Berdasarkan tabel silang 4.4 menunjukkan bahwa dari 56 ibu hamil yang
berpengetahuan baik sebanyak 18 (32,1%) orang ibu hamil yang memilih
persalinannya ditolong oleh tenaga dukun beranak.
Taufik (2007), pengetahuan
merupakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Notoatmodjo (2005), juga mengatakan berbagai cara memperoleh
pengetahuan bisa secara tradisional atau non ilmiah antara lain dengan cara
coba-salah, cara kekuasaan atau otoritas (kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi)
berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran dan juga dapat diperoleh
secara modern (lebih sistematis, logis dan ilmiah) yang lebih populer disebut
metodologi penelitian.
Ibu-ibu hamil yang memilih tenaga penolong persalinan dengan dukun
beranak itu karena dukun beranak itu dapat menangani kesulitan dalam persalinan
dengan cukup di rumah saja tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Dukun beranak itu
bisa langsung memandikan bayinya setelah lahir dengan air, dukun beranak itu
bisa mencucikan pakaian yang kotor setelah melahirkan bisa melakukan pelayanan
nifas sampai 40 hari.
Dilihat dari hal tersebut diatas ibu hamil yang berpengetahuan baik
belum tentu mereka memilih tenaga bidan sebagai penolong persalinan, mungkin karena
mereka belum mengetahui apa keuntungan bila melahirkan dengan bidan dan
kerugian bila ditolong oleh dukun beranak dan juga disebabkan karena sosial
ekonomi yang rendah dan juga karena sudah kepercayaan (turun-temurun).
3. Sikap Ibu Hamil Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan
Dari hasil penelitian yang didapatkan, berdasarkan tabel 4.5
tentang sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan menunjukkan
sebanyak 54 (66,0%) ibu hamil yang bersikap positif.
Compbell (1950) dalam Notoatmodjo (2005) mendefenisikan sangat sederhana
yakni : “An Individual`s attitude is syndrom of response consistency with
regard to object” jadi jelas disini dikatakan
bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek,
sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan
yang lain.
Pada dasarnya sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong
persalinan lebih dominan bersikap positif dibandingkan dengan sikap negatif
khususnya dalam memilih tenaga penolong persalinan dengan tenaga bidan. Mungkin
karena mereka telah mengetahui bahwa pemilihan penolong persalinan dengan
tenaga bidan yang tepat dan baik akan menjamin mereka dari resiko yang tidak
baik dalam persalinan yang akan dihadapi.
Berdasarkan tabel silang 4.6 menunjukkan bahwa dari 54 ibu hamil
yang bersikap positif sebanyak 21 (38,9%) ibu hamil yang memilih tenaga
penolong persalinan dengan dukun beranak.
Notoatmodjo (2005), menguraikan bahwa sikap adalah respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan senang tidak senang, setuju tidak setuju,
baik tidak baik dan sebagainya.
Hal ini menggambarkan bahwa ibu hamil yang bersikap positif tidak
semuanya setuju kalau persalinannya ditolong oleh tenaga bidan masih ada
diantaranya yang bersikap setuju memilih dukun beranak sebagai tenaga penolong
persalinannya. Dari mereka yang setuju kalau persalinannya ditolong oleh dukun
karena dukun beranak bisa melakukan pertolongan persalinan dengan seorang diri
saja tanpa didampingi oleh bidan, karena dianggap bisa melayani semua anggota
keluarga selain ibu yang bersalin saja, dan kalau memanggil bidan itu apabila
persalinannya sudah gawat saja misalnya seperti kejang, perdarahan dan gawat
janin.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian yang dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kecamatan Sungai Tabukan Kabupaten Hulu
Sungai Utara tentang Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dalam Memilih
Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kabupaten
Hulu Sungai Utara Tahun 2011, maka dapat ditarik kesimpulan :
1.
Jumlah
ibu hamil yang memilih tenaga pertolongan persalinannya dengan dukun beranak
sebanyak 37 (45,1%) dari 82 orang ibu hamil.
2.
Tingkat
pengetahuan ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Sabtu adalah banyak berpengetahuan baik yaitu 56 (68,0%) ibu
hamil.
3.
Sikap
ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pasar
Sabtu adalah banyak yang bersikap positif yaitu 54 (66,0%) ibu hamil.
B.
Saran
1.
Untuk
kepada semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu
khususnya, sebaiknya kalau ingin melahirkan itu sebaiknya dengan memanggil
bidan karena kalau melahirkan dengan bidan persalinan akan dapat berjalan dengan aman dan untuk terjadinya infeksi
dapat dicegah dengan memperhatikan bersih penolong, bersih alat dan bersih
tempat persalinan dan juga bidan itu dapat mengenali secara dini kesulitan dan
tanda-tanda bahaya baik pada waktu hamil ataupun pada saat melahirkan.
2.
Bagi
peneliti diharapkan dengan adanya penelitian ini, untuk lebih meningkatkan lagi
dalam pemberian informasi kepada ibu-ibu hamil untuk lebih memilih bidan dalam
memberikan pertolongan persalinannya, dan bagi peneliti lain semoga penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian
selanjutnya terkait dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam memilih tenaga
penolong persalinan.
3.
Bagi
instansi/pengelola KIA
Diharapkan kepada instansi dan pengelola KIA semoga dengan adanya
penelitian ini untuk lebih meningkatkan lagi pelayanan kepada masyarakat
khususnya bagi ibu-ibu hamil, untuk meningkatkan lagi pemberian-pemberian
informasi baik melalui penyuluhan-penyuluhan, mengaktifkan lagi Posyandu,
memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan yang ada. Misalnya adanya
Poskesdes, adanya bidan di desa agar lebih aktif lagi dalam melakukan kunjungan
rumah sambil memberikan penyuluhan kepada keluarga-keluarga khususnya yang ada
ibu-ibu hamil kalau melahirkan sebaiknya dengan pertolongan bidan saja dan juga
melakukan kemitraan atau kerjasama dengan dukun beranak dengan cara pembinaan
kepada dukun-dukun beranak yang khususnya ada di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
Sabtu.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifudin, 2002. Sikap ManusiaEdisi Kedua Cetakan ke V. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Depkes RI, 2009. Pedoman Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Depkes RI. Jakarta.
Hidayat, AAA, 2007. Metode Penelitian Kebidanan
Tekhnik Analisis DataEdisi Pertama.Salemba Medika. Jakarta.
Internet, Pertolongan Persalinan Oleh
Tenaga Non Medis.diakses tanggal 4 Desember 2010.
Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2007. Tentang
Standar Profesi Bidan Oleh Pengurus Pusat IBI.
Mochtar.R, 1998.Sinopsis Obstetri
Fisiologi dan Obstetri Patologi ECGEdisi Kedua. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian KesehatanCetakan
Pertama.Aneka Cipta. Jakarta.
, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan AplikasiCetakan
Pertama.Aneka Cipta. Jakarta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta.
Selemba Medika. 2003.
Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu
KebidananEdisi Ketiga. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan NeonatalEdisi Empat.Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo.
Jakarta.
Puskesmas Pasar Sabtu, 2010. Laporan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Pasar Sabtu.
Riduan, 2003.Skala Pengukuran
Variabel-Variabel PenelitianEdisi Kedua. Alfabeta Bandung.
Setiawan, A. 2010.Metodologi Penelitian
Kebidanan D III, D IV, S1 dan S2Cetakan Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta.
Yuswanto, Tja & Yulifah.R, 2009.Asuhan
Kebidanan Komunitas. Salemba Medika. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar