Selasa, 24 Januari 2012

Antara Fakta dan Dusta, ada Realita


            "Seminar paling heboh tahun ini, membuka habis rahasia menjadi kaya". demikian bunyi sebuah iklan tentang suatu seminar di sebuah hotel berbintang. Malam itu, aku menyaksikan, ruangan seminar penuh, tua muda, laki-wanita, sendirian atau berpasangan, semua serius mendengarkan "sang tokoh" bercerita tentang "diri"nya, bagaimana bisa kaya dan sukses. Banyak tawa dan canda, jok-jok jenaka dilempar, disambut gelak ketawa, seakan mereka lupa, mereka bayar, mereka duduk, mereka tertawa, dan........mana hebohnya ? Mana rahasia menjadi kaya ?, Ah, akupun tak tahu, tapi inilah realita.
            Sebuah promosi memang menyajikan fakta yang ditawarkan, baik benda maupun jasa, tetapi sulit berkelit bagi si pembuat iklan atau si pemesan iklan, untuk selalu menyertakan dusta, minimal menyelipkan kata bermakna ganda, sehingga persepsi orang bisa digiring sesuai dengan kehendak si pembuat atau si pemesan iklan. Yah..... inilah sebagian dari realita dalam dunia bisnis, antara fakta dan dusta, terkadang sulit dipilah secara nyata. Tapi...... itu belum apa-apa, dalam renungan aku tertegun, ternyata hampir semua pojok kehidupan, perilaku dusta sudah merajalela, bahkan ada yang mengatakan, dusta sudah membudaya, benarkah ? Coba sebentar kita melihat fakta dalam dunia pendidikan, apakah di sana juga ada dusta ?
        Semua tahu dan menyadari bahwa pendidikan bertujuan ingin mengantarkan peserta didik, menjadi lebih terdidik, lebih cerdas dalam berpikir, lebih luas wawasan pengetahuan dan pengalaman, lebih dewasa dalam bersikap, lebih bertanggungjawab dalam bertindak, dan lebih-lebih yang lainnya. Pokoknya, pendidikan berusaha ingin merubah perilaku dan kemampuan nalar peserta didik menjadi lebih berkualitas. Apakah tujuan ini tercapai ? Ya..... sebagian, sekian percent, mungkin sudah atau akan menjadi realita, sedangkan sebagian yang lain, seberapa percent yang lain, masih perlu dipertanyakan realitanya. Mengapa ? Ah, rumit jawabannya, karena kompleks penyebabnya. Lalu bagaimana ? Mari kita lihat fakta-fakata yang sudah jadi realita.
        Sebagian realita bercerita, bahwa ketika peserta didik mengikuti ujian, persiapan mereka cukup instan,  cukup hanya belajar semalam, dengan SKS, sistem kebut semalam. Sebagian lagi. tak perlu susah belajar, santai saja, yang penting sudah siap bahan "contekan" dengan berbagai teknik canggih, atau bergeriliya mencari bocoran soal. Dan sebagian lainnya lagi, menyiapakan setoran "premi"  ke yang berwenang agar dapat jaminan nilai lulus. Bagaimana pula ketika mengerjakan tugas ?,membuat skripsi, tesis, desertasi ? perilaku fotocopy, copy paste, menjiplak, mendown load di internet,  ah......terlalu banyak fakta yang berselimut dusta.  Dan ini terjadi hampi r di semua jenjang pendidikan, dari tingkat paling dasar, hingga program Doktor. Bukankah sudah teersebar berita ada Doktor yang ternyata plagiator ?  Bisakah perilaku demikian ini membuahkan generasi cerdas dan penuh berkah untuk sesama ?  Tanya ini, tak perlu jawab,cukup realita yang berbicara. Apakah semua pesetrta didik  begitu ? Tentu saja tidak. Masih ada, entah masih banyak atau segelintir, peserta didik yang tetap tegak berdiri dalam kejujuran, ketekunan, dan penuh tanggungjawab terhadap perkembangan dirinya. 
        Lalu, bagaimana pula dengan para pendidiknya ? Apakah mereka semua pejuang kejujuran ? Apakah mereka contoh teladan ? Sebagian, entah besar atau kecil, mungkin ya, mereka pejuang pendidikan tulen. Sedangkan sebagian yang lain, mungkin sudah biasa bermain dengan aneka macam dusta. Ketika mereka berusaha untuk memenuhi persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat, bagaimana mereka menghadir data ?  Adakah dusta di sana ? Ketika mereka memenuhi persyaratan sertifikasi, adakah fakta yang tersaji dalam dusta ? Pertanyaan ini juga tak usah dijawab, cukup lihat realita yang ada.
        Lalu, bagaimana mungkin kita berharap berkah dari Tuhan, kalau do'a yang kita panjatkan selalu berpadu dengan perilku dusta yang sangat dimurkaiNya. 
         Solusinya, ? Taubat......taubat nasuha, mengakui salah, dan berjanji tak akan berdusta lagi. Kita kibarkan bendera bertuliskan : " Mulai hari ini, tiada dusta lagi di antara kita ".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar