Kamis, 15 Desember 2011

ANALISA PENDAPATAN PENGOLAHAN GULA AREN
PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA
 DI DESA SEMUNTAI KECAMATANTAN LONG IKIS
KABUPATEN PASER















Oleh

UMMI MASRAH
NPM : 05.1.39.404.028





PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
MUHAMMADIYAH TANAH GROGOT
 KABUPATEN PASER
2009
ANALISA PENDAPATAN PENGOLAHAN GULA AREN
PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA
 DI DESA SEMUNTAI KECAMATANTAN LONG IKIS
KABUPATEN PASER




SKRIPSI


Merupakan Persyaratan Meraih Derajat
Sarjana Pertanian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(Stiper) Muhammadiyah Tanah Grogot




Oleh
UMMI MASRAH
NPM : 05.1.39.404.028






PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
MUHAMMADIYAH TANAH GROGOT
 KABUPATEN PASER
2009
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian     :  Analisa Pendapatan Pengolahan Gula Aren Pada Industri Rumah Tangga Di Desa Semuntai Kecamatantan Long Ikis Kabupaten Paser

Nama                     :  UMMI MASRAH

NPM                     : 05.1.39.404.028

Jurusan                  : Sosial Ekonomi Pertanian

Program studi        : Agribisnis


Disetujui
Komisi Pembimbing




ARAHMAN, S.Tp, MP
Pembimbing I
 


DJOKO BAWONO, SP, M.Si
Pembimbing II
 
                                                           
                             





U S M A, SPt, M.Si
Ketua Program Studi
 


Ir. HARI SISWANTO, M.Si
Ketua STIPER MUH
 
Diketahui Oleh,











Tanggal Ujian Skripsi : 21 Maret 2009
SKRIPSI

ANALISA PENDAPATAN PENGOLAHAN GULA AREN
PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA
 DI DESA SEMUNTAI KECAMATANTAN LONG IKIS
KABUPATEN PASER

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama               : UMMI MASRAH
NPM               : 05.1.39.404.028
Program Studi : Agribisnis

Telah dipertahankan di depan penguji Pada tanggal 21 Maret 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna mempertahankan gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Muhammadiyah Tanah Grogot.


Susunan Panitia Penguji




ARAHMAN, S.Tp, MP
Ketua




DJOKO BAWONO, SP, M.Si                                                    USMA, S.Pt, MSi
              Anggota I                                                                             Anggota II




M. HAFIDZ SAHID, SP, MS                                                    ARDANIAH, SP
             Anggota III                                                                          Anggota IV



                                   

Ir. HARI SISWANTO, M.Si
Ketua STIPER Muh.



 


USMA, S.Pt, M.Si
Ketua Program Studi



 



                       
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Indonasia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian memegang peran yang sangat penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat di tunjukkan dari banyaknya penduduk atau  tenaga kerja yang hidup bekerja pada sektor pertanian atau produk nasional  yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1989).
Salah satu sub sektor pertanian yang cukup penting keberadaannya dalam pembangunan nasional adalah sub sektor perkebunan. Sub sektor ini merupakan penyumbang yang cukup besar pada pendapatan nasional, sumber devisa, penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja. Oleh karena itu, perhatian pemerintah untuk membangun sektor perkebunan sebagai salah satu sub sektor dari pertanian sangat besar. Hal penting yang merupakan isi pokok dari tujuan pembangunan pertanian adalah berupaya meningkatkan produktifitas, memperluas kesempatan kerja, dan melakukan pemerataan kegiatan pembangunan pertanian. Peningkatan produksi merupakan suatu keharusan, karena hal ini berarti meningkatkan pendapatan para petani. Dengan demikian maka permintaan akan hasil industri pertanian akan semakin besar. Oleh karena itu, pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan daya beli petani merupakan salah satu persyaratan dari industrialisasi.
Salah satu komoditi perkebunan yang banyak dilestarikan dan ditingkatkan oleh industri kecil adalah gula aren yang bahan baku berasal dari tanaman aren. Ditinjau dari segi pembuatannya dan bentuk hasilnya maka usaha pengolahan gula aren termasuk dalam food processor, yaitu mengolah hasil pertanian menjadi bahan konsumsi.
Gula aren memimilki cita rasa yang jauh lebih manis dan tajam. Oleh karena itu industri pangan yang menggunakan gula merah lebih senang gula aren. Pada umumnya harga gula aren dipasaran lebih mahal dari pada gula kelapa.
Harga gula aren dipasaran ternyata memiliki potensi yang cukup cerah. Hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya industri pangan yang menggunakan gula merah sebagai bahan dasarnya, seperti makanan, minuman dan sebagainya sehingga permintaan gula aren didalam negeri cenderung mengalami peningkatan bahkan sudah menembus pasar dunia, terutama ke Saudi Arabia. Dengan demikian gula aren dapat dijadikan andalan komoditas non migas terlebih lagi pada saat pemerintah sangat memperhatikan masalah ekspor non migas. Hal ini jelas menunjukkan bahwa dari sektor ekonomi gula aren mempunyai kedudukan yang sangat penting. Gula aren tidak hanya dapat dilihat dari masalah ketenagakerjaan, melainkan juga dapat ditinjau dari segi ekonominya (Sapari, 1995).
Pembangunan sektor industri Di kalimantan Timur tetap mengusahakan adanya keseimbangan dan keserasian antara industri besar, menengah, dan industri kecil, baik yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan barang jadi, guna kebutuhan sendiri maupun untuk keperluan bagi pemasaran umum dan ekspor.
Sehubungan dengan hal di atas maka di Kabupaten Paser Kecamatan Long Ikis tepatnya di Desa Semuntai telah banyak bermunculan industri. Industri yang bergerak di berbagai bidang usaha, di antaranya adalah industri kecil rumah tangga yang bergerak di bidang usaha produksi pengolahan gula aren.
Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis merupakan salah satu sentra produksi penghasil gula aren. Usaha gula aren merupakan mata pencaharian utama sebagai sumber pendapatan keluarga dan merupakan usaha yang bersifat turun temurun.
Usaha industri kecil pembuatan gula aren yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat masih menggunakan peralatan yang sederhana dan usaha ini berkembang hingga sekarang , disamping itu penggunaan gula aren sebagai bahan baku industri pangan sehari-sehari banyak dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat setempat, baik di kota maupun didesa. Hal ini tentunya memberikan peluang untuk mengembangkan industri pengolahan gula aren secara lebih luas. Usaha pengolahan gula aren ini kedepannya mempunyai prospek yang baik, tetapi harus ditopang dengan keberadaan bahan baku yang memadai guna menunjang kegiatan proses produksi gula aren tersebut.

Untuk lebih jelasnya data produsen dan produksi gula aren dapat dilihat tabel dibawah ini.
Tabel 1. Data Produsen dan Produksi Gula Aren di Kabupaten Paser pada tahun 2007.
No
Kecamatan
Jumlah Produsen (Unit)
Jumlah Produksi (Ton)
1
2
3
4
5
6
Batu Engau
Batu Kajang
Kuaro
Long Ikis
Muara Komam
Pasir Belengkong
3
1
16
36
2
54
28,458
9,075
81,982
27.9207,5
19.110
568.620
Jumlah
112
867.057,015
Sumber : Dinas Perindagkop, 2008

1.2.      Rumusan Masalah
Dengan mencermati keadaan yang di temui di lapangan maka dapat dirumuskan :
1.      Berapa pendapatan pengolahan gula aren selama 1 bulan periode produksi di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser
2.      Apakah usaha pengolahan gula aren yang di usahakan oleh pengrajin masyarakat di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis layak untuk di usahakan.
3.      Berapakah nilai BEP usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser
1.3.      Pembatasan Masalah
Penelitian ini mempunyai batasan masalah agar penelitian terarah, Adapun batasan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1.      Usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai pada skala Rumah Tangga
2.      Usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai yang dilakukan oleh beberapa orang dengan skala industri rumah tangga, yang kegiatannya berupa penyediaan sarana produksi sampai pada proses pengolahan gula aren (bentuk produksi berupa gula aren).
1.4.      Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai adalah :
1.      Untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh pengrajin dalam pengolahan gula aren di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser selama 1 (satu) bulan periode produksi.
2.      Untuk mengetahui apakah usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser layak untuk diusahakan.
3.      Untuk mengetahui nilai BEP usaha industri rumah tangga gula aren di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser.
1.5.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang akan di capai adalah :
1.      Sebagai informasi bagi masyarakat atau pengrajin usaha pengolahan gula aren guna meningkatkan produksi.
2.      Sebagai informasi bagi rekan-rekan mahasiswa, bahwa banyak hasil yang di peroleh dari pohon aren untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
3.      Sebagai bahan informasi bagi pemerintah/ dinas terkait dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
4.      Sebagai bahan masukan untuk penelitian berikutnya.
1.6.      Hipotesa
Menyimak dari uraian yang terdapat pada latar belakang tersebut di atas, maka dengan ini dugaan sementara yang dapat di kemukakan dalam penelitian ini adalah :
1.      Bahwa pendapatan usaha pengrajin gula aren menguntungkan
2.      Bahwa usaha pengolahan gula aren yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser layak untuk diusahakan
3.      Usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser sudah terjadi Break Even Point (BEP).
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Tanaman Aren
2.1.1.   Asal Usul Tanaman Aren
Aren (Arenga pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan), merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. lain halnya dengan buah melinjo misalnya, yang biji buahnya hanya terbungkus oleh kulit buah sehingga disebut dengtan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Tanaman aren banyak dijumpai mulai dari pantai Timur India sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah Nusantara.  Tanaman atau pohon aren itu hampir mirip dengan pohon kelapa (Cocos nucifera). Perbedaannya, jika pohon kelapa itu batang pohonnya besih (pelepah daun dan tapasnya mudah diambil), sedangkan batang pohon aren itu sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tua pun sulit diambil atau dilepas dari batangnya (Hatta Sunanto, 1993).
Tanaman aren atau enau merupakan tanaman yang menghasilkan bahan industri yang telah lama di kenal. Pada kenyataannya, gula merah yang berasal dari nira aren lebih unggul dari gula merah yang berasal dari nira kelapa. Tanaman aren dari tangkai bunganya dapat disadap cairan sebagai bahan baku pembuatan gula aren.
Gula aren beraroma harum dan lebih di sukai dari pada jenis gula jawa lainnya. Dari buah aren dihasilkan kolang-kaling, dari bagian dalam batang aren dapat dihasilkan tepung dengan cara seperti membuat sagu. Tepung ini sangat mudah dicerna dan sangat baik buat penderita gangguan perut, jika dikeringkan dengan baik dapat disimpan bertahun-tahun. Selanjutnya pohon ini juga menghasilkan ijuk sebagai bahan baku sapu, tali, dan sebagainya sangat sulit membusuk dan jika di tanam dalam tanah dapat bertahan sangat lama, dapat juga digunakan sebagai atap rumah berguna untuk di taruh di bagian bawah pot agar lubang pot tidak tertutup, tanaman suflir dan begonia akan tumbuh dengan baik (J. Soegiri dan Nawangsari 2006).
Keadaan tanaman aren dalam sistimatika (taksonomi) tumbuhan (Hatta Sunanto, 1993)  adalah sebagai berikut :
Kingdom          : Plantaea (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi                : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub divisi          : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas                 : Monocotiledon (Biji berkeping satu)
Ordo                 : Arene
Famili                : Arecaceae (Pinang-pinangan)
Genus               : Arenga
Spesies              : Arenga pinnata
Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam, sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20%.
 Akar-akarnya yang direndam dalam air sehingga kulitnya mengelupas menghasilkan suatu material anyaman yang mudah dibelah-belah (dalam bahasa jawa disebut dengan sekung) (Hatta Sunanto, 1993).
Bahan ini digunakan dalam pembuatan tudung kepala. Akar pohon aren juga dapat digunakan untuk obat tradisional yaitu sebagai penghancur batu kandung kemih. Daun tanaman aren paa tanaman bibit (sampai umur 3 tahun) bentuk daunnya belum menyirip (berbentuk kipas). Sedangkan daun tanaman aren yang sudah dewasa dan tua bersirip ganjil seperti daun tanaman kelapa, namun ukuran daun dan pelepah daunnya lebih besar dan lebih kuat jika dibandingkan dengan daun tanaman kelapa warna daun tanaman aren adalah hijau gelap. Tanaman aren memiliki tajuk (kumpulan daun) yang rimbun, dimana daun-daun muda yang terikat erat pada pelepahnya berposisi agak tegak, sedangkan daun-daun yang telah tua dan mengering akhirnya terlepas dari pelepahnya. Pelepah daun, walaupun daun-daunnya sudah terlepas, masih terikat erat pada batang pohon, karena adanya sekumpulan ijuk yang membalut pangkal pelepah daun. Pelepah daun baru dapat diambil setelah ijuk yang membalut batang itu dibersihkan atau diambil. Umur pohon aren mencapai lebih dari 50 tahun, dan diatas umur ini pohon aren sudah sangat berkurang dalam memproduksi buah (Hatta Sunanto, 1993).
Adapun bagian-bagian dari pohon aren yang bisa dimanfaatkan oleh manusia yaitu ;
1.      Akar
Akar yang sudah dikeringkan dapat dijadikan sebagai kayu bakar. Selain itu akar juga digunakan untuk bahan anyaman dan untuk cambuk.
2.      Batang
Batang yang sudah dikeringkan juga dapat dijadikan sebagai kayu bakar. Tak jarang pula batang ini dibelah, kemudian untuk dijadikan talang (saluran air), kayunya untuk tongkat jalan dan untuk usuk genteng. Batang aren berisi cadangan makanan yang berupa zat pati dan amylum, sehingga dari batang ini (bagian terasnya) bisa di sebut sagu.
3.      Daun Aren
Daun aren dapat digunakan untuk membungkus gula aren yang siap dipasarkan. Daun ini juga sering dijadikan sebagai kayu bakar. Tulang daunnya dapat dimanfaatkan untuk sapu dan keranjang anyaman. Kadang-kadang daun aren yang masih muda pun sudah dimanfaatkan yaitu untuk mengganti kertas rokok.
4.      Bunga/tangkai Bunga
Tangkai/tongkol bunga aren dapat kita deres untuk mendapatkan cairan yang mengandung gula atau biasa disebut nira. Nira dapat dimanfaatkan atau diolah menjadi gla aren (gula jawa). Akan tetapi, jika nira ini dikhamirkan (dicampur ragi) akan menghasilkan sagu cair, arak, atau cuka.
5.      Buah Aren
Dari buah aren kita bisa mengambil bijinya, yang kita kenal dengan nama kolang-kaling dapat dimasak untuk campuran es/kolak, bubur atau pun manisan.
6.      Serabut Pelepah
Serabut pelepah, duk atau ijuk ini terdapat didekat tangkai, melekat pada batang dan berwarna hitam. Duk atau ijuk ini banyak sekali manfaatnya, yaitu untuk tali atau tampar, sapu, sikat, keset, atap, atau genteng, dan lain-lain (Sapari, 1995).
2.1.2.   Jenis - jenis Tanaman Aren
Sampai saat ini dikenal 3 jenis aren yaitu :
a.      Aren (Arenga pinnata) dari suku Aracaceae
b.      Aren Gelora (Arenga Undulatifolia) dari suku Aracaceae. Aren jenis ini mempnyai batang agak pendek dan ramping. Pangkal batang bertunas sehingga tanaman ini tampak berumpun. Daunnya tersusun teratur dalam satu bidang datar, sisi daunnya bercuping banyak dan bergelombang. Aren gelora ini tumbuh liar di hutan-hutan kalimantan, sulawesi, dan filiphina pada daerah ketinggian 0-900 m di atas permukaan laut. Dalam keadaan darurat, penduduk pedalaman kalimantan sering memanfaatkan tepung aren gelora untuk dimakan. Sedangkan daunnya untuk atap rumah. Tanaman ini sebenarnya berpotensi sebagai tanaman hias.
c.                Aren Sagu (Arenga microcarpa) dari suku Aracaceae. Aren sagu adalah suatu jenis tumbuhan aren yang berbatang tinggi, sangat ramping dan berumpun banyak. Di sangir Talaud, tepung ini juga di gunakan sebagai bahan pembuat kue. Aren sagu ini tumbuh liar di hutan-hutan Maluku, Irian Jaya, dan Papua Nugini pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut (Hatta Sunanto, 1993).
2.1.3.   Syarat Tumbuh Tanaman Aren  
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempeng), berkapur, dan berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (pH tanah terlalu asam) (Hatta Sunanto, 1993).
Tanaman aren di Indonesia dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan (Hatta Sunanto, 1993).
Banyaknya curh hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman ini. Tanamn aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Atau, jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah. (Hatta Sunanto, 1993).
Faktor lingkunagn tumbuhnya juga berpengaruh. Daerah-daerah perbukitan yang lembab, dimana di sekelilingnya banyak tumbuh berbagai tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Hatta Sunanto, 1993).
2.1.4.   Jenis Dan Macam Gula Aren
Gula aren mempunyai bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan pembuatnya. Jenis dan macam gula aren tersebut tidak memiliki perbedaan jika ditinjau dari manfaat penggunaanya, sebab bahan bakunya sama, yaitu nira aren. Oleh karena itu, perbedaan jenis dan macam gula aren tersebut hanya pada bentuknya saja. Adapun jenis dan macam gula aren yang di maksud adalah :

1.      Gula Kerekan
Gula kerekan ini di cetak menggunakan kereken yang bentuknya bulat berukuran panjang sekitar 5 cm dengan lingkaran (baca : garis tengah lingkaran) sepanjang 3 cm. Kerekan tersebut terbuat dari bambu.
2.      Gula Pasir
Gula aren yang di kristalkan kecil-kecil seperti pasir bedanya dengan gula pasir (tebu) adalah pada warnanya. Gula pasir (aren) berwarna merah, sedangkan gula pasir (tebu) berwarna putih (bening)
3.      Gula Semut
Gula semut ini mirip dengan gula pasir, yaitu bentuknya kecil-kecil mengkristal seperti gula pasir. Hanya saja lebih besar sedikit dari pada gula pasir (Sapari, 1995).
2.2.   Teknik Pengolahan Gula Aren
2.2.1.   Bahan Yang Diperlukan
Dalam pembuatan gula aren dikenal adanya dua jenis bahan, yaitu bahan baku (utama) dan bahan pendukung. Bahan baku merupakan bahan utama industri gula aren karena tanpa bahan tersebut tidak akan dapat diproduksi gula aren. Sedangkan bahan pendukung adalah bahan bantu atau penunjang bahan baku (utama).


2.2.1.1.   Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk membuat gula aren adalah nira aren. Nira ini diperoleh dari hasil penderesan pada tangkai bunga aren yang belum mekar.
2.2.1.2.   Bahan Pendukung
Bahan pendukung yang digunakan untuk membuat gula aren adalah sebagai berikut:
a.        Akar Rabet
b.      Kapur
c.       Metabisulfide (pengawet) (Sapari, 1995).
2.2.2.   Peralatan
Dalam pembuatan gula aren diperlukan beberapa peralatan, seperti pisau, bumbung, wajan, tungku, dan lain-lain. Masing-masing alat tersebut mempunyai fungsi tersendiri. Adapun uraian alat-alat tersebut secara terperinci adalah sebagai berikut :
1.      Pisau
Pisau terbuat dari baja dan diusahakan agar sangat tajam yang berguna untuk menyadap tangkai bunga aren dengan memotong bekas potongan (mengiris) dengan pisau yang tipis dengan tujuan nira yang baru akan keluar.
2.      Bumbung
Bumbung ini terbuat dari bambu yang digunakan untuk menampung air nira dari tangkai yang sudah disadap tadi. Bumbung ini dipasang pada tangkai yang baru diiris dan mengeluarkan nira. Cara memasangnya dengan mengaitkan bumbung pada pangkal tangkai dan bagian yang terbuka ditutup menggunakan daun aren agar kotoran/binatang-binatang kecil tidak masuk kedalam bumbung yang akan mengurangi kualitas nira.
3.      Tangga
Tangga yang digunakan terbuat dari rangkaian tiga batang bambu yang sangat panjang dan diikat dengan menggunakan rotan. Alat ini mempermudah dalam pemanjatan pohon aren.
4.      Palu
Palu ini terbuat dari kayu yang digunakan untuk memukul-mukul pangkal tangkai aren yang sebelum dideres sehingga mempermudah proses penderesannya. Selain itu tangkai juga digoyang-goyangkan agar air nira yang ada didalam pohon bisa tersedot ke tangkai yang nanti akan dideres/diiris.
5.      Tungku
Tungku digunakan untuk memanaskan nira yang sudah ada diatas wajan sampai batas waktu yang telah ditentukan.
6.      Wajan
            Wajan yang baik digunakan harus terbuat dari baja agar gula aren tidak melekat pada wajan dan panasnya secara perlahan-lahan dan tahan lama, yang berguna untuk menampung nira yang siap dipanaskan diatas tungku.
7.      Sutil
Sutil terbuat dari kayu yang dibentuk menyerupai sendok, berguna untuk membersihkan gula yang ada dipinggir wajan.
8.      Pengare/Pengaduk
Pengare/Pengaduk ini terbuat dari kayu dengan panjang sekitar 40-50 cm. Gunanya untuk mengaduk adonan yang sudah kental dengan cara mengaduk bagian pinggirnya saja untuk mengetahui apakah adonan tersebut benar-benar sudah masak atau belum.
9.      Cetakan
Cetakan terbuat dari kayu dan berbentuk gelas dengan bagian dalam berbentuk kerucut.
10.  Anyaman Bambu
Anyaman bambu dibuat berbentuk lingkaran dengan diameter yang sama dengan diameter wajan, berguna untuk mencegah meluapnya nira yang dimasak, dipasang diatas wajan.
11.  Ember
Ember terbuat dari bahan plastik yang berguna untuk merendam cetakan agar gula yang dicetak tidak melekat pada cetakan.

12.  Tataan
Tataan ini terbuat dari papan dengan panjang sekitar 50 cm dan lebar sekitar 30 cm berguna sebagai alas/dasar untuk meletakkan cetakan agar permukaan cetakan bisa rata.
13.  Ganden
Ganden terbuat dari kayu yang digunakan untuk memukul-mukul pangkal tangkai aren. Tangkai aren tersebut selain dipukul-pukul juga digoyang-goyang agar air nira yang ada dalam pohon bisa tersedot ketangkai yang nanti akan dideres/diiris.
14.  Penyaring
Penyaring yang digunakan berupa wadah dari bahan plastik yang mempunyai anyaman besar yang dikaitkan pada kayu, berguna untuk menyaring kotoran yang terdapat dalam nira. Misalnya, semut dan lebah pada saat menuangkan nira dari bumbung ke wajan.
15.  Alat Ciduk
Alat ini terbuat dari potongan tempurung kelapa berguna untuk menciduk gula dan mengetes kekentalannya, serta sebagai alat penciduk adonan yang akan dimasukkan ke dalam cetakan. (sapari, 1995).


2.3.      Proses Produksi Gula Aren
Proses produksi adalah suatu cara bagaimana menciptakan faedah atau menambah faedah baik barang maupun jasa dengan menggunakan faktor-faktor produksi atau sumber-sumber yang ada (Ahyari, 1988).
Proses produksi perlu diketahui untuk menentukan jumlah peralatan yang diperlukan, bentuk dan luas bangunan untuk menentukan jumlah investasi, modal, tenaga kerja, biaya operasi dan pemeliharaan dalam perhitungan analisis kriteria investasi (Ibrahim Yacob, 2003).
Pertama, penyeleksian bahan. Bahan yang tidak memenuhi syarat akan menghasilkan gula aren yang mutunya buruk. Bahkan mungkin tidak menjadi gula, melainkan bahan manisan bila dicampur buah kelapa, dan sebagainya.
Oleh karena itu tahap ini merupakan tahap yang paling diperhatikan oleh pengrajin gula aren, karena jika tidak, hasil yang dicapai akan sangat mengecewakan. Untuk melaksanakan proses produksi gula aren pertama-tama ambil bumbung lalu beri kapur seujung sendok teh dan sedikit akar rabet (sebesar kelereng), yang telah dipepes/ditumpuk secara perlahan-lahan (jangan sampai gepeng). Campuran kapur + akar rabet ini disebut laru. Pemberian laru ini dimaksudkan untuk mencegah nira menjadi asam, sebab nira yang asam akan berpengaruh pula pada kualitas gula yang akan dihasilkan. Nira yang asam dapat menyebabkan sukarnya pemasakan nira menjadi gula. Akan tetapi, jika pemberian laru ini terlalu banyak dapat pula berakibat kurang baik yakni warna dan rasa gula yang dihasilkan menjadi kurang menarik. Hal ini berarti pula mengakibatkan rendahnya kualitas gula.
Setelah persiapan itu selesai, bumbung dipasang pada tangkai bunga aren yang telah diiris dengan pisau hingga mengeluarkan air nira. Proses ini bisa disebut proses penderesan. Dalam proses penderesan ini, nira harus diambil sebanyak dua kali dalam seharinya yakni pagi dan sore hari. Bumbung yang dipasang pagi hari harus diambil sore hari, sebaliknya bumbung yang dipasang sore hari harus segera diambil pagi harinya. Waktu penderesan ini harus diperhatikan, sebab kalau terlalu lama nira yang dihasilkan akan terlalu asam, meskipun telah diberi campuran laru. Sebagaimana telah disebutkan tadi, nira yang asam akan sukar dimasak menjadi gula atau mungkin nira tersebut tidak akan menghasilkan gula melainkan hanya akan menjadi cuka atau glali.
Langkah kedua adalah penyiapan peralatan. Alat-alat yang sudah ditetapkan hendaknya dipersiapkan secara matang. Ini bertujuan agar pelaksanaan pembuatan gula aren berjalan lancar, sering pengrajin melupakan hal ini sehingga proses pembuatan gula aren menjadi tersendat - sendat atau mengalami hambatan.
Tahap ini tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan tahap penyeleksian bahan. Peralatan dan bahan yang akan digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Bumbung untuk menampung nira tidak boleh digunakan dua kali. Jadi satu kali digunakan harus dibersihkan dengan air panas, sebab sisa-sisa nira yang menempel pada bumbung akan mempengaruhi keasaman nira yang lain, kalau sampai bumbung digunakan dua kali tanpa dicuci terlebih dahulu maka hasilnya akan mengecewakan/rusak.
2.      Wajan harus dibersihkan lebih dahulu dan diletakkan di atas tungku dengan persiapan kayu bakar/minyak tanah dan bahan bakar lainnya.
3.      Kerekan yang sudah dipakai dan kotor hendaknya dicuci terlebih dahulu. Setelah itu direndam dalam air agar ketika gula itu dimasukkan ke dalam kerekan tidak melekat.
4.      Begitu pula alat-alat yang lain yang akan dipergunakan hendaknya dibersihkan lebih dahulu, terkecuali tungku dan kayu bakar. Pengertian dibersihkan dahulu tentu saja bagi alat-alat yang perlu dibersihkan (Sapari, 1995).
Langkah ketiga adalah pembuatan gula merah. Nira mempunyai sifat mudah asam karena adanya proses fermentasi oleh bakteri Soceharomyses sp. Oleh karena itu nira harus segera diolah setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari bumbung. Nira dituangkan sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, kemudian ditaruh diatas tungku perapian untuk segera dipanasi (direbus) (Sunanto, 1993).




Untuk lebih jelasnya proses produksi gula aren dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

Nira
 
Pengambilan Dari Pohon                                                                     Kapur + Rabet


Direbus
 
2 menit
Kayu Bakar + Panas ± 200˚C                                                                    Metabisulfide

.                                                    3-4 jam




Diangkat Dari Api
 

  
                                        30 menit

Dicetak
 
Kerekan/Air                                                                                                     Tataan
                                                           
                                                  10 menit

Dibungkus
 
                                                                                                            Daun Aren/Tali





Penyelesaian Hasil Akhir                                                                         Plastik/Label


Gambar 1. Skema proses pembuatan gula aren (Sapari, 1995).


Langkah keempat adalah penyeleksian hasil akhir. Ada dua macam tahap dalam penyeleksian akhir ini yaitu:
1.      Sebelum dibungkus
Untuk mengetahui gula yang berwarna kuning kecoklat-coklatan, kuning pucat dan hitam. Gula aren yang baik dan siap di pasarkan adalah yang berwarna kuning kecoklat-coklatan.
2.      Sesudah dibungkus
Untuk mengetahui kelengkapan gula, kebersihan dan kerapian bungkus. Kalau perlu pada tahap ini dilengkapi dengan plastik, label dan tali yang baik. Label digunakan untuk mengetahui identitas dari pengusaha/pengrajin (Sapari, 1995).
2.4.      Biaya  Usahatani
Menurut Suratiyah (2006), petani sebagai pelaksana mengharap produksi yang lebih besar lagi agar memperoleh pendapatan yang besar pula. Untuk itu, petani menggunakan tenaga kerja, modal dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan produksi yang diharapkan.
Suatu usaha tani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya.  
Menurut Soekartawi (2002), Biaya usahatani  diklasifikasikan menjadi dua yaitu : (a) biaya tetap ( Fixed Cost )  dan (b) Biaya tidak tetap ( Variable Cost ). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh seperti : sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi. Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Seperti biaya untuk sarana produksi. Menurut Umar Husein (2005), penjelasan singkat dari macam biaya dapat dijelaskan secara ringkas dibawah ini.
a)      Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk didalam interval tertentu. Biaya dikatakan tetap dilihat dari besarnya jumlah biaya bukannya biaya per unit.
b)      Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi. Titik berat dari variabel ini adalah jumlah dari biaya variabel tersebut dan bukan besarnya biaya variabel per unit.
Menurut Suratiyah (2006) biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a)  Biaya tetap (FC = Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi.


b)  Biaya Variabel (VC = Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi.
2.5.      Analisa Ekonomi
2.5.1.      Pendapatan
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan usahatani dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu :
1.   Pendapatan kotor (Gross Farm Income) merupakan nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit/makanan ternak, digunakan untuk pembayaran dan disimpan/digudangkan pada akhir tahun.
2.   Pendapatan bersih (Net Farm Income) merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani. Sedangkan Menurut Suratiyah (2006), pendapatan bersih adalah selisih dari pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan (Rp).
2.5.2.   Penerimaan (Revenue)
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1.      Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian itu dapat dipanen secara serentak.
2.      Hati-hati dalam menghitung penerimaan karena:
a.       Produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan.
b.      Produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda-beda.
3.      Bila penelitian usahatani menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir (Soekartawi, 1995).
2.5.3.   Kelayakan Usaha
Untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak maka dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan R/C ratio. R/C ratio adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi, jika nilai R/C > 1 usahatani yang dilakukan adalah layak sedangkan jika R/C < 1 maka usahatani yang dilakukan tidak layak (Soekartawi, 1995).



2.5.4.      Titik Impas atau Brek Even Poin (BEP)
Menurut Umar Husein (2005), Titik Tulang Pokok (Break Even Point) adalah suatu analisis untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Titik tulang pokok (Brek Even Point) ini juga disebut titik keseimbangan antara total penerimaan dengan total pengeluaran. Sedangkan menurut Firdaus (2008), Analisa Titik Impas (Break Even Poin Analysit) adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya (biaya tetap dan biaya variabel), keuntungan dan volume kegiatan. Dikarenakan analisis ini mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan dan volume kegiatan maka analisis tersebut sering disebut Cost Profit Volume Analysis (CPV Analysis).









BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.      Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai 2 bulan mulai 1 Nopember 2008 sampai 1 Januari 2009, terhitung sejak survey lokasi, interview, sampai dengan pengumpulan data. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Desa Semuntai Kecamatan Longikis Kabupaten Paser.
3.2.    Jenis dan Sumber Data
Data di ambil dengan menggunakan dua sumber, yaitu :
3.2.1.      Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pengrajin gula aren melalui wawancara dan quisioner.
3.2.2.      Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, dapat melalui kantor kelurahan, BPS,  Dinas Perkebunan dan dapat melalui literatur (kepustakaan) yang ada hubungannya dengan penelitian ini (Umar, 2007).
3.3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipergunakan dalam pengambilan data adalah :
3.3.1.      Metode interview, merupakan salah satu pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung pada obyek yang akan diteliti
3.3.2.      Metode observasi, merupakan salah satu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang akan diteliti
3.3.3.      Metode quisioner, metode ini merupakan pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan yang akan ditujukan kepada pengrajin gula aren ( Wirartha, 2006 ).
3.4.      Metode Penetuan Populasi dan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara Random Sampling yaitu pemilihan secra acak melalui undian (Soekartawi, 1995),  Adapun responden yang dipilih sebanyak 10 berasal dari jumlah pengrajin gula aren dilokasi penelitian sejumlah 18 orang, sehingga  jumlah sampel yang diambil 60 % dari jumlah pengrajin gula aren yaitu sebanyak 10 orang menggunakan data pooling ( campuran antara data Cross Section dengan data Time Series ) ( Kuncoro, 2000 ).
3.5.      Metode Analisa Data
3.5.1.      Analisa Deskriptif Kualitatif, bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum tentang hal yang berkaitan dengan objek penelitian. Hal - hal tersebut antara lain pekerjaan masyarakat, usaha gula aren, pengolahan gula aren, dan sebagainya. Maka perlu dibuat daftar pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian (Wirartha, 2006).
a.                Aspek Pengadaan Bahan Baku
Perencanaan penyediaan bahan baku berupa nira aren yang diperoleh dari hasil penyadapan pada tangkai bunga aren yang belum mekar dari pohon aren tersebut. Untuk pengambilan nira apabila sudah mulai berbau berarti tangkai bunga mulai memekar dan siap untuk disadap, tetapi tidak menentu meskipun belum mekar dapat dilihat dari jari-jari tangkai bunganya dipotong, apabila terlihat sudah sedang  tangkai bunga siap untuk disadap agar dihasilkan gula aren yang bermutu tinggi dan sesuai dengan harapan konsumen/pemakai.
Bahan yang tidak memenuhi syarat akan menghasilkan gula aren yang tidak menjadi gula, melainkan hanya akan menjadi bahan pemanis yang dicampur dengan buah-buahan lainya, misalnya kelapa. Oleh karena itu tahap ini merupakan tahap yang paling diperhatikan oleh pengrajin gula aren.
b.      Aspek Pengolahan
Dalam pembuatan gula aren dikenal dengan adanya dua jenis bahan, yaitu bahan baku (utama) dan bahan pendukung. Bahan baku merupakan bahan utama industri gula aren karena tanpa bahan tersebut tidak akan dapat diproduksi gula aren. Bahan baku yang digunakan untuk membuat gula aren adalah nira aren. Nira ini diperoleh dari hasil penderasan pada tangkai bunga aren yang belum mekar. Sedangkan bahan penolong adalah bahan bantu atau penunjang bahan baku.
c.                Aspek Sosial
Keberadaan gula aren dalam lingkungan masyarakat Desa Semuntai sangat membantu dikarenakan produk yang dihasilkan memiliki banyak manfaat, terutama bagi mereka yang memiliki industri pangan yang menggunakan gula merah sebagai bahan dasarnya, seperti makanan, minuman dan sebagainya.
Pada kenyataannya gula merah yang berasal dari nira aren lebih unggul dari gula merah yang berasal dari nira kelapa. Gula aren memiliki cita rasa yang jauh lebih manis dan tajam. Oleh karena itu harga gula aren dipasaran lebih mahal dari pada gula kelapa.
3.5.2.      Analisa Ekonomi, merupakan alat analisa yang digunakan untuk melihat gambaran mengenai komponen biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperoleh. Adapun cara analisa ekonomi seperti :
a.                Analisa Pendapatan
Untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang diperoleh pengrajin gula aren dari usahatani yang dijalankan, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

I = TR – TC

Dimana :
I     = Pendapatan (Income)
TR = Total revenue atau total penerimaan (Rp)
TC = Total cost atau total biaya (Rp). (Soekartawi, 1995)

b.      Analisa Kelayakan Usaha
Return cost ratio (R/C ratio), dimana biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel, secara matematis dirumuskan sebagai berikut. (Rosyidi, 2001).

TC            = TFC + TVC

Dimana :
TC   = Total Cost / Biaya Total (Rp)
TFC  = Total Fixed Cost / Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variabel Cost / Total Biaya Variabel (Rp)
Total penerimaan ( Total Return ) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, secara matematis dirumuskan sebagai berikut ( Rosyidi, 2001 ).


TR  = P . Q

Dimana :
TR      = Total Return / Total Penerimaan (Rp)
P        = Price / Harga (Rp/Kg)
Q        = Quantity / Produksi (Kg)
           Untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak maka, dapat digunakan perhitungan dengan membandingkan total penerimaan dengan total biaya secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :



TR
TC
 


R/C ratio =

Dimana :
R/C ratio      = Return cost ratio
TR                = Total revenue atau total penerimaan (Rp)
TC                = Total cost atau total biaya (Rp)
Dengan ketentuan jika nilai R/C > 1 maka usahatani yang dilakukan adalah layak, sebaliknya jika nilai R/C < 1 maka usahatani yang dijalankan tidak layak (Soekartawi, 1995).
c.   Titik Impas atau Break Even Point (BEP)
Analisa titik impas atau break even point (BEP) adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas memberi petunjuk bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Kemudian untuk menentukan besarnya Break Even Point (BEP) berdasarkan volume produksi, secara matematis dapat ditulis dengan rumus (Suratiyah, 2006).


FC
P - AVC
 


P  - AVC
 
BEP (Produksi) =
                          
Dimana :
BEP  = Break Even Point
FC    = Fixed cost atau biaya tetap (Rp)
P       = Price atau harga (Rp/Kg)
AVC = Average variabel cost atau rata-rata biaya variabel (Rp).
Sedangkan penggunaan analisis Break Even Point (BEP) dalam penerimaan dilakukan dengan rumus.

FC
VC
   1 –
S
 

         BEP (Penerimaan)  =





Dimana :
BEP  = Break Even Point
FC    = Fixed cost atau biaya tetap (Rp)
S       = Hasil penjualan (Rp) atau  ∑ Produksi   X   Harga
VC   = Biaya Variabel (Rp)





TC
Y
 
BEP Harga (Rp/Kg)  =

Dimana :
BEP  = Break Even Point
TC    = Total Cost atau total biaya
Y      = Total Produksi
3.6.   Definisi Operasional
1.                Penelitian adalah suatu kegiatan yang terencana untuk mencari dan menggali faktor yang sesuai dengan masalah yang diteliti dengan pendekatan ilmiah.
2.                Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya.
3.                Populasi adalah jumlah dari anggota ( sampel ) secara keseluruhan.
4.                Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang terpilih sebagai obyek pengamatan.
5.                Jumlah pengamatan ( n = 10 ) adalah 40 kali pengamatan  dimana diperoleh dari 10 responden dengan pengamatan selama 4 minggu.
6.                Pengrajin gula aren adalah orang yang melaksanakan atau menjalankan kegiatan dalam pengolahan gula aren.
7.                Pengolahan gula aren adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan gula aren mulai dari pengambilan nira di pohon, proses produksi, hingga hasil berupa gula aren.
8.                Biaya adalah sejumlah nilai yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha pengolahan gula aren dengan satuan rupiah.
9.                Biaya tetap adalah biaya dikeluarkan untuk kegiatan usaha yang tidak mempengaruhi besar kecilnya volume produksi gula aren, seperti biaya yang dikeluarkan untuk pembelian lesung cetakan, wajan, parang, dll.
10.   Biaya Variabel adalah biaya yang berubah-ubah sehingga besar kecilnya biaya yang dikeluarkan mempengaruhi oleh volume produksi gula aren, seperi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja yang diperhitungkan selama satu hari dengan satuan rupiah.
11.   Biaya Variabel rata-rata (AVC) adalah total biaya variabel dibagi total produksi dengan satuan Rp/bungkus.
12.   Break Even Point adalah analisis titik impas dimana usaha pengolahan gula aren tidak mengalami kerugian tidak juga memperoleh keuntungan.
13.   Produsen gula aren adalah orang yang melaksanakan kegiatan pengolahan gula aren
14.   Produksi dapat diartikan sebagai penciptaan/penambahan faedah antara lain yaitu faedah bentuk, waktu,dan tempat.
15.   Produksi adalah hasil fisik pada usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) dengan satuan bungkus, sedangkan harga adalah nilai yang berlaku pada tingkat produsen selama mengadakan penelitian dan dianggap tetap dengan satuan rupiah.
16.   Proses produksi adalah suatu cara bagaimana menciptakan faedah atau menambah faedah baik barang maupun jasa dengan menggunakan faktor-faktor produksi atau sumber-sumber yang ada.
17.   Produksi total (Y) adalah jumlah produksi per usaha dengan satuan bungkus.
18.   Harga produksi (P) adalah harga produksi per unit dengan satuan Rp/bungkus.
19.   Penerimaan (Return) adalah hasil perkalian antara produksi dengan harga rata-rata pada tingkat pelaku industri atau nilai total yang diperoleh pelaku usaha dalam pengolahan gula aren dengan satuan rupiah.
20.   Pendapatan (Revenue) adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya per usaha dengan satuan rupiah.
21.   Pemalu adalah alat yang digunakan untuk memukul-mukul pangkal tangkai aren sebelum dideres sehingga mempermudah dalam proses penderesan.
22.   Kayu resak adalah kayu yang digunakan untuk mencampur air nira sewaktu penderasan dengan ukuran rata-rata (1 potong) berkisar 10 cm.
23.   TKDK adalah tenaga kerja dalam keluarga.
24.   HKO adalah hari kerja orang. 
25.   Total biaya atau total cost (TC) adalah penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel dengan satuan rupiah.
26.   Total biaya tetap atau total fixed cost (TFC) adalah penjumlahan dari semua biaya tetap dengan satuan rupiah.
27.   Total biaya variabel atau total variable cost (TVC) adalah penjumlahan dari semua biaya variabel dengan satuan rupiah.
28.   Total penerimaan atau total return (TR) adalah perkalian antara harga dengan jumlah produksi dengan satuan rupiah.

















BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1.   Letak Dan Luas Daerah
Desa Semuntai merupakan salah satu dari 16 desa yang ada di Kecamatan Long Ikis. Desa Semuntai memiliki daerah seluas 10.500 ha yang memiliki batas-batas sebagai berikut :
1.  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lombok
2.  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tajur
3.   Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sendele, Modang, Rantau Buta
4.   Sebelah Barat berbatasan dengan Rantau Layu.
4.2.   Penggunaan Tanah
Luas wilayah Desa Semuntai adalah 10.500 ha secara terperinci penggunaan tanah di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Luas Wilayah Desa Semuntai Berdasarkan Jenis Penggunaan Tanah

No

Tataguna Tanah
Luas
( Ha )
( % )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sawah Tadah Hujan
Tegal/Ladang
Pemukiman
Pasang Surut
Perkebunan
Tanah Kas Desa
Lapangan
Perkantoran pemerintah
Tanah Hutan
12
202
270
160
4.548,8
6
1
0,20
5.300
0,12
1,93
2,58
1,53
43,33
0,06
0,01
0,01
50,48
Jumlah
10.500
100.00
Sumber : Monografi Desa Semuntai, Tahun 2008
4.3.  Jumlah dan Umur Penduduk
Menurut data monografi Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Penduduk desa Semuntai tahun 2007 berjumlah 3.469 Jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.863 Jiwa dan perempuan sebanyak 1.606  jiwa dengan jumlah kepala Keluarga sebanyak 825 KK.
Jumlah penduduk menurut tingkatan umur di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis dapat dilihat Pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Umur  di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser Tahun 2008

No
Tingkat Umur
( Tahun )
Jumlah
( Jiwa )
Persentase
( % )
1
2
3
4
5
6
7
8
0 – 12
13– 20
21 – 27
28 – 35
36 – 42
43 – 49
50 – 55
56 – keatas
909
578
391
374
309
283
230
395
26,21
16,66
11,27
10,78
8,91
8,16
6,63
11,38
Jumlah
3.469
100
Sumber : Monografi Desa Semuntai, Tahun 2008
4.4.  Mata Pencaharian Pokok
Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Semuntai bervariasi, mulai dari buruh, swasta, pedagang, peternak, pengrajin, dan lain- lain untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser Tahun 2008

No

Mata Pencaharian
Jumlah
( Jiwa )
Persentase
( % )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pedagang
Peternak
Pengrajin
Buruh Tani
Buruh/Swasta
Pegawai negeri
Polri
Dokter
Montir
14
20
5
10
110
38
1
1
10
6,69
9,57
2,39
4,79
52,63
18,18
0,48
0.48
4,79
Jumlah
209
100
Sumber : Monografi Desa Semuntai, Tahun 2008        

4.5.   Lembaga Ekonomi
Lembaga Ekonomi dalam masyarakat merupakan salah satu sarana yang dapat membangkitkan dan menggairahkan jalannya roda perekonomian masyarakat pedesaan, adapun lembaga ekonomi yang terdapat di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser terlihat pada table 5.
Tabel 5. Lembaga Ekonomi Yang Ada Di Desa Semuntai Tahun 2007
No
Jenis Lembaga
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
Koperasi
Industri Bahan Bangunan
Industri Kerajinan
Industri Makanan
Toko/swalayan
Pasar
Usaha Perkebunan
2 unit
1 unit
1 unit
1 orang
4 unit
1 unit
2 unit
Sumber : Profil Desa Semuntai Tahun 2008

Sarana Dan Prasarana Transportasi Dan Komunikasi
Sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi sangat penting guna menunjang perkembangan dan kemajuan disuatu daerah.
Tabel 6. Sarana dan Prasarana yanag ada di Desa Semuntai Tahun 2008.
No
Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah
1.
Prasarana Transportasi Darat :
-          Jalan Desa yang Baik
1.      Panjang Jalan Tanah 2 km
2.      Panjang Jalan Makadam 4 km
3.      Panjang Jalan aspal
-          Jalan Desa yang Rusak 8,72 km
-          Jalan antar Desa/Kecamatan 5,3 km
-          Jembatan Beton
-          Sarana Transportasi Darat :
1.      Truck Umum
2.      Ojek
3.      Kendaraan Roda 4
4.      Kendaraan Roda 2

6 unit





5 unit

2.
Parasarana Transportasi sungai :
-          Tambatan Perahu
-          Sarana Transportasi Sungai :
1.      Perahu Motor
2.      Perahu tanpa Motor

1 unit
3.
Prasarana Transportasi Udara
-          Helipad PTPN. XIII

4.
Prasarana Komunikasi
-          Telpon Umum
-          Wartel

5.
Televisi Milik Sendiri
678 Unit
6.
Parabola
366 Unit
7.
Radio

8.
Prasarana Air Bersih :
-          Sumur Gali
-          Mata Air

4 Unit
2 Unit
9.







10.



11.






12.


13.




14.
Prasarana Pemerintahan :
-          Balai Desa
-          Komputer
-          jumlah mesin ketik
-          Jumlah meja
-          Jumlah Kursi
-          Lemari Arsip

Prasarana Pribadatan :
-          Mesjid
-          Langgar/Mushola
-          Gereja
Prasarana Olahraga :
-          Lapangan Sepak Bola
-          Lapangn Bulu Tangkis
-          Lapangan Voli
-          Lapangan Basket
-          Lapangan sepak Takraw
-          Meja Ping Pong
Prasarana Kesehatan :
-          Puskesmas Pembantu
-          Posyandu
Prasarana Pendidikan :
-          SLTP/SEDERAJAT
-          SD/SEDERAJAT
-          TK
-          TPA
Prasarana Penerangan :
-          Listrik PLN
-          Diesel
-          Lampu Minyak

1 Unit
2 Unit
2 Buah
6 Buah
13 Buah
5 Buah

7 Buah
2 buah
2 Buah

1 Buah
3 Buah
2 Buah
1 Buah
1 Buah
3 Buah

1 buah
1 Buah

2 Buah
7 Buah
2 buah
1 Buah























BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.   Karakteristik Responden
Responden gula aren yang terdapat di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser adalah penduduk setempat. Tempat tinggal responden pun tidak jauh dari lokasi kebun mereka. Responden yang dimaksud pada penelitian ini adalah orang yang melakukan kegiatan pengolahan nira aren menjadi gula merah. Usaha pengolahan gula aren merupakan mata pencaharian sebagai sumber pendapatan keluarga dan merupakan usaha yang bersifat turun-temurun. Aktivitas pengolahan gula aren di Desa Semuntai masih dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana dan usaha ini dikelola sendiri.
Karakteristik umum responden Pengolahan gula aren yang akan diuraikan peneliti antara lain : umur pengrajin, tingkat pendidikan dan sumber keterampilan, status usaha, alasan menekuni usaha , status peguasaan pohon. Adapun karakteristik yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut :
5.1.1.   Umur Responden
Responden gula aren di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser sebagian besar adalah orang-orang yang sudah berusia tua tetapi masih produktif dan aktif. Umur sebenarnya memegang peranan dalam kegiatan usahatani yang akan dikelola. Hal ini dikarenakan semakin tua umur petani maka secara fisik semakin lemah dalam bekerja akan tetapi pengalaman yang didapatnya dalam suatu usahatani relatif banyak. Pada situasi yang demikian untuk menutupi kelemahan fisiknya petani memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja dari luar.
Tabel 7. Karakteristik Petani Gula Aren Berdasarkan Umur di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser Tahun 2008
Kelompok Umur
Jumlah Orang
Persen ( % )
( Th )
50 – 54
3
30
55 – 60
4
40
61 – 84
3
30
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Pengolahan Data primer Tahun 2008
Karakteristik petani gula aren usianya berkisar  antara 50 – 55 tahun adapun presentasi jumlahnya adalah sebanyak 30 % dari total responden, sementara persentasi jumlah responden yang berusia 55 – 60 tahun dengan persentasi jumlahnya adalah 40 %, responden gula aren yang berusia 61 tahun – 84 tahun adalah sebanyak 30 %. Hal ini menunjukkan bahwa usaha gula aren banyak dikembangkan oleh orang-oarang yang memiliki kedisiplinan dan keterampilan serta kesabaran yang tinggi.
5.1.2.   Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dilihat dari tingkat pendidikan ternyata responden gula aren ini ada yang pernah mengikuti pendidikan formal ada pula non formal. Adapun tingkat pendidikan yang pernah diikuti oleh responden masih sangat rendah yaitu hanya sampai tingkat sekolah dasar ( SD ).
Biasanya orang yang memiliki tingkat pendidikan sampai sekolah dasar, dalam pengembangan usahanya lebih cenderung menggunakan tekhnologi tradisional yang sifatnya turun-temurun diberikan oleh orang-orang terdahulunya.
5.1.3.   Status Usaha Pengrajin
Berdasarkan status usahanya diketahui bahwa sebagian pengrajin gula aren mengusahakan usahanya sebagian besar sebagai usaha pokok yaitu berjumlah 10 responden. Adapun usaha sampingan yang dimiliki oleh sebagian pengrajin antara lain sebagai petani, pedagang, dan lain-lain. Pengrajin gula aren yang mengusahakan usahanya sebagai usaha pokok karena pengrajin tersebut tidak memiliki usaha sampingan lain.
5.1.4.   Status Penguasaan Pohon
Pengrajin gula aren yang ada di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser untuk memperoleh nira aren yang akan diolah menjadi gula merah yang berasal dari pohon aren milik pengrajin sendiri. Dari 10 responden ( pengrajin ) ada 3 orang yang memiliki luasan lahan kebun aren 2 ha dan ada 7 orang yang memiliki luasan lahan kebun aren 1 ha.


5.2.   Analisa Deskriftif Kualitatif
5.2.1.   Aspek Bahan Baku
a.  Sumber Bahan Baku
Bahan baku pengolahan gula aren yang ada di Desa Semuntai adalah berasal dari penyadapan nira aren yang dimiliki sendiri oleh pengrajin gula aren. Karena pohon aren tersebut tumbuh secara liar dilahan pengrajin tanpa adanya sistem pembudidayaan, disamping itu ada juga pengrajin gula aren di Desa Semuntai yang dengan sengaja membudidayakan dan meremajakan tanaman aren tersebut.
b.  Kebutuhan Bahan Baku
Kebutuhan air nira tiap responden berbeda-beda yaitu tergantung dari banyaknya pohon yang dimiliki dan umur tanaman pohon aren tersebut, semakin tua umur tanaman maka semakin sedikit jumlah air nira yang didapatkan dari hasil penyadapan.
Air nira yang disadap oleh pengrajin gula aren di Desa Semuntai dengan cara dua kali penyadapan dalam satu hari yaitu pagi dan sore hari. Hasil penyadapan nira aren yang dilakukan dipagi hari lebih banyak air niranya dibandingkan dengan penyadapan yang dilakukan disore hari.


5.2.2.   Aspek Pengolahan Produksi
Aktivitas pengolahan gula aren yang dilakukan oleh pengrajin di Desa Semuntai ada beberapa tahapan antara lain pemukulan tandan buah, pengambilan air nira, proses produksi (perebusan air nira, pengadukan, dan pencetakan). Berikut ini akan diuraikan tahapan-tahapan proses pengolahan gula aren.
a.  Persiapan dan Pemukulan Tandan Buah
Kegiatan awal usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai adalah pengambilan air nira. Pengrajin biasanya memilih umur pohon aren yang siap disadap berkisar 10 tahun ke atas pohon aren yang akan diambil niranya adalah pohon yang sudah bebuah maka mulailah penyiapan pemasangan tangga.
Pengambilan air nira menggunakan alat tangga kemudian aktivitas selanjutnya adalah pemukulan pangkal bunga ( tandan buah ). Pangkal bunga tersebut dipukul-pukul menggunakan alat pemukul yaitu pemalu selama waktu yang telah ditentukan kurang lebih 4-5 hari dilakukan pemukulan kembali. Proses pemukulan berkisar empat kali dengan sekitar 4 hari dan dilakukan pada pagi hari.
b.  Pengambilan Air Nira
Kegiatan selanjutnya setelah pemukulan tandan buah ( menggoal ) adalah pengambilan air nira. Untuk pengambilan air nira apabila sudah mulai berbau berarti tangkai bunga mulai memekar dan siap untuk disadap, tetapi tidak menentu meskipun belum mekar dapat dilihat dari jari-jari tangkai bunganya dipotong, apabila terlihat sudah sedang  pengrajin gula aren di Desa Semuntai tidak langsung menampung air niranya tetapi dibiarka dulu 2-3 hari setelah itu baru mulai menampung air nira dengan menggunakan drigen. Sebelum melakukan penyadapan dilakukan pencatukan kulit kayu resak perlakuan ini gunanya untuk menghindari ke asaman pada air nira. Hal ini dilakukan setiap kali pengambilan nira, dimana pemasangan dan pengambilan air nira dari dalam drigen dilakukan 2 (dua) kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Lama penyadapan pohon nira tergantung pada kandungan nira didalam pohon. Pengrajin gula aren di Desa Semuntai melakukan penyadapan mulai dari tangkai bawah sampai atas berkisar 4 jengkal sekitar kurang lebih 4 bulan.
c. Proses Produksi (Perebusan, Pengadukan Air Nira, Dan Pencetakan)
Kegiatan berikutnya setelah dilakukan pengambilan air nira adalah siapkan alat penyaring dan corong kemudian air nira dituangkan kesebuah wajan dengan menggunakan saringan dan corong tersebut dan kulit kayu resak diambil lalu disimpan untuk penyadapan berikutnya. Setelah itu direbus pada tungku pembakaran . proses perebusan ini memakan waktu antara 5-6 jam. Air nira tadi direbus sampai pada kekentalan yang ditentukan mulai diaduk dengan alat pengaduk dan diberikan minyak goreng. Keperluan minyak goreng selama 4 minggu ( 1 bulan ) proses pengolahan gula aren rata-rata 961,8 ml/liter dan kayu bakar rata-rata sebanyak 2,116 per m3.
Setelah aduknya sudah mulai merata gunakan penyusu atau susuk wajan untuk membersihkan pinggir-pinggir wajan. Sebelum melakukan pencetakan lesung cetakan terlebih dahulu dicuci dengan air bersih lalu air tersebut dibuang kemudian cetakan ditelungkupkan sampai kering supaya gula merah pada saat dicetak tidak melekat/lengket.
Setelah gula merah tersebut mengental dan kelihatan agak kuning kecoklatan turunkan wajan dari tungku pembakaran dan sebelum dicetak diaduk-aduk terlebih dahulu kira-kira 5-10 menit, setelah adukan rata dan kental maka dituangkan kedalam cetakan. Tunggu sampai dingin kemudian dikeluarkan atau dilepas dari dalam cetakan dan dibungkus atau dikemas dengan daun semambu sekitar 3-4 helai daun semambu untuk satu bungkus gula. Dimana rata-rata keperluan daun semambu selama 4 minggu ( 1 bulan ) sebesar 1.151,4 helai daun per bulan dan diikat dengan menggunakan tali rafia, kebutuhan tali rapia dalam pengikatan gula aren rata-rata diperlukan sebanyak 56,31 meter atau rata-rata diperlukan biaya sebesar Rp 11.520,00 per bulan. Lebih jelasnya untuk proses produksi gula aren dapat dilihat pada lampiran 6.
d.  Alat Perlengkapan  yang Digunakan
Alat perlengkapan yang umum digunakan oleh pengrajin gula aren di Desa Semuntai antara lain :
1.      Bangunan
Bangunan ini digunakan untuk melindugi pengrajin dari terik sinar matahari dan hujan dalam proses pengolahan gula aren.
2.      Parang
Parang ini terbuat dari baja dan diusahakan agar selalu dalam keadaan tajam. Parang tersebut digunakan untuk menyadap tangkai bunga aren dengan cara memotong bekas potongan agar nira keluar.
3.      Kapak
Kapak juga terbuat dari baja da diusahakan agar selalu dalam keadaan tajam gunanya untuk memotong benda-benda yang lebih keras seperti memotong dahan aren dan unutk membelah kayu untuk pembakaran.
4.      Batu Asah
Batu asah ini digunakan untuk mengasah parang atau kapak agar selalu dalam keadaan tajam.

5.      Lesung Cetakan
Lesung cetakan ini terbuat dari kayu dengan panjang 1-1,5 meter terdiri dari 10-14 lubang, lesung cetakan tersebut berbentuk kerucut.
6.      Wajan
Wajan ini terbuat dari aluminium berguna untuk menampung air nira yang siap untuk dipanaskan diatas tungku pembakaran.
7.      Panci
Panci ini juga terbuat dari aluminium yang berguna untuk menampung air nira yang sudah dipanaskan.
8.      Ember
Ember ini digunakan sebagai penampung air nira untuk mencuci barang-barang yang sudah dipakai.
9.      Drigen
Drigen ini digunakan untuk menampung air nira pada saat melakukan penyadapan pada tangkai bunga aren.
10.  Tungku
Tungku ini digunakan untuk memasak air nira yang sudah ada didalam wajan sampai batas waktu yang telah ditentukan .


11.  Ciduk
Ciduk ini digunakan untuk mengetes kekentalan gula aren apabila gula sudah mulai berbentuk kristal gula siap untuk dicetak.
12.  Palu
Palu ini digunakan untuk membuat tangga agar dapat melekat pada pohon aren.
13.  Saringan dan Corong
Alat ini digunakan sebagai proses penuanganair nira dari dari dalam drigen ke dalam wajan.
14.  Pemalu
Alat ini terbuat dari kayu yang digunakan untuk memukul-mukul pangkal pada tangkai aren yang sebelum dideres sehingga mempermudah dalam proses pendresan.
15.  Susuk Wajan
Alat ini terbuat dari kayu digunakan untuk pengadukan air nira yang sudah kental dan untuk mengetahui apakah rebusan air nira tersebut benar-benar sudah masakatau belum.
16.  Gentong
Gentong ini digunakan untuk menyimpan gula aren yang telah dilepas dari dalam lesung cetakan agar gula tersebut lebih awet.
17.  Tangga
Tangga ini terbuat dari kayu yang dilekatkan pada pohon aren untuk mempermudah dalam pemanjatan pohon untuk pengambilan air nira.
5.2.3.   Aspek Sosial
Usaha pengolahan gula aren yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Semuntai adalah usaha pokok (utama), keberadaannya sangat bermanfaat khususnya bagi para pengrajin gul aren dimana usaha tersebut dapat menambah peningkatan pendapatan keluarga.
Secara ekonomi usaha tersebut sangat layak dikembangkan karena melihat dari nilai R/C ratio yang diperoleh yaitu sebesar 1,4 sedangkan secara sosial usaha pengolahan gula aren juga layak untuk diusahakan karena melihat dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh pengrajin gula aren adalah sebesar 793.123,52 per bulan.  
5.3.   Analisa Biaya Pengolahan Gula Aren Di Desa Semuntai
Biaya yang diperhitungkan dalam proses produksi pengolahan gula aren di Desa Semuntai dalam penelitian selama 1 bulan periode produksi yaitu menggunakan biaya tetap dan biaya variabel. Berikut ini akan diuraikan dari komponen-komponen biaya tersebut.
5.3.1.   Biaya Tetap
Biaya tetap (fixed cost) pada usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai meliputi biaya alat dan perlengkapan. Aktivitas pengolahan gula aren dimulai dari persiapan pohon aren yang siap disadap sampai pada proses pengolahan gula aren dan siap untuk dipasarkan.
Alat perlengkapan yang umum digunakan oleh pengrajin didalam pengolahan gula aren antara lain mulai dari : Bangunan, parang, kapak, batu sah, lesung cetakan,wajan, panci, ember, tungku, ciduk, palu,corong, pemalu susuk wajan, gentong, tangga, dan penyaring. Besarnya biaya tetap yang berupa penyusutan peralatan diperoleh dengan cara menghitung harga pembelian dibagi dengan umur teknis dari alat yang bersangkutan.
5.3.2.   Biaya Variabel
Pada usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai biaya variabel meliputi sarana produksi yaitu mulai dari bahan baku utama air nira dan bahan baku pendukung seperti : minyak goreng, daun semambu, kayu bakar, kayu resak, dan tali rapia. Berikut ini akan diuraikan dari komponen biaya variabel tersebut.
5.3.2.1.   Biaya Bahan Baku Utama
Bahan baku merupakan bahan utama industri gula aren tanpa adanya bahan baku gula aren tidak akan bisa diproduksi. Bahan baku tersebut yaitu berupa air nira yang diperoleh dari hasil penyadapan pada pohon aren.
Besarnya biaya bahan baku utama pada usaha pengolahan gula aren selama 4 minggu (1 bulan periode produksi) yaitu rata-rata sebesar 961,8 liter atau dengan   biaya rata-rata sebesar Rp 721.375,00. Untuk  lebih jelasnya mengenai bahan baku dan bahan pendukung dapat dilihat pada lampiran 12.
5.3.2.2.   Biaya Bahan Baku Pendukung
Dalam proses pembuatan gula aren selain biaya bahan baku utama juga diperlukan bahan baku pendukung seperti : minyak goreng, daun semambu, kayu bakar, kayu resak, dan tali rapia.
a.       Minyak Goreng
Minyak goreng digunakan untuk mempercepat proses pengentalan berupa minyak bimoli dengan harga Rp8.000,00 per liter. Dalam proses pengentalan air nira aren selama 4 minggu ( 1 bulan periode produksi )
 rata-rata diperlukan sebanyak 961,8 ml/liter dengan biaya rata-rata sebesar Rp7.694,4  per bulan.
b.      Daun Semambu
Daun semambu digunakan untuk membungkus gula aren yang sudah dicetak, daun semambu ini diperoleh pengrajin dari hutan kemudian dijemur sampai kering dan ada juga sebagian pengrajin memperoleh daun semambu dengan membeli langsung ketempat pedagang daun semambu atau kepengrajin gula aren lainnya.
Adapun harga daun semambu yang sudah kering dan siap pakai adalah sebesar Rp. 20.000,00 untuk 200 helai daun semambu. Untuk kebutuhan daun semambu dalam pembungkusan gula aren rata-rata diperlukan sebanyak 1.151,4 helai daun semambu per bulan dengan biaya rata-rata sebesar Rp 230.220,00 per bulan.
c.       Kayu Bakar
Dalam proses perebusan air nira digunakan kayu bakar untuk menyalakan api. Kayu bakar ini diperoleh pengrajin dengan cara mencari ke dalam kebun tanaman aren pengrajin sendiri. Ada juga sebagian pengrajin mendapatkan kayu bakar dengan membeli langsug ke pedagang kayu bakar dengan harga Rp 40.000,00 per kubik . Adapun kebutuhan kayu bakar rata-rata 2.116 kubik selama 4 minggu ( 1 bulan periode produksi ) dengan biaya rata-rata sebesar Rp 84.780,00 per bulan.
d.      Kulit Kayu resak
Kulit kayu resak digunakan sebagai bahan pengawet agar air nira tidak mudah basi. Kayu resak ini diperoleh pengrajin dengan cara mencari ke hutan ada juga sebagian pengrajin mendapatkan kayu resak dengan membeli ke pedagang langsung dengan harga Rp. 100,00 per potong. Adapun kebutuhan kulit kayu resak rata-rata 1.596 potong selama 4 minggu (1 bulan periode produksi) dengan biaya rata-rata sebesar Rp 159.600,00 per bualan.
e.       Tali Rafia
Tali rafia digunakan untuk mengikat gula aren yang sudah dibungkus dengan harga rata-rata sebesar 200,00 per meter. Untuk kebutuhan tali rafia untuk mengikat gula aren rata-rata sebanyak 56,31 meter selama 4 minggu ( 1 bulan periode produksi ) atau rata-rata di perlukan biaya sebesar Rp 11.520,00 per bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12.
5.3.2.3.   Biaya Tenaga Kerja
Sumber tenaga kerja dalam penyelenggaraan usaha pengolahan gula aren yang berhasil dari nira aren di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Curahan tenaga kerja dalam keluarga ini meliputi kegiatan persiapan pemukulan tandan buah ( menggoal ), pengambilan bahan baku ( air nira ), perebusan, pengadukan, dan pencetakan hari kerja di hitung dalam waktu 10 jam kerja.
Besarnya biaya harga di hitung berdasarkan upah per hari kerja orang ( HKO ) di kali dengan masing-masing pekerjaan. Dengan demikian biaya rata-rata untuk tenaga kerja pada usaha pengolahan gula aren selama 4 minggu (1 bulan periode produksi) di Desa Semuntai kecamatan longikis yaitu rata-rata sebesar Rp 596.100,00 selama 4 minggu (1 bulan periode produksi). Untuk lebih jelasnya mengenai besarnya biaya tenaga kerja dalam keluarga dapat dilihat pada lampiran 12.
5.3.2.4.   Total Biaya
Total biaya adalah biaya yang di keluarkan dalam usaha penolahan gula aren baik biaya tetap maupun biaya variabel. Besarnya biaya total yang di keluarkan oleh pengrajin pada usaha pengolahan gula aren selama 4 minggu ( 1 bulan periode produksi ) adalah rata-rata Rp 1.893.416,48 per bulan dari rata-rata total biaya tetap dengan rata-rata total biaya variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 16.
5.4.   Produksi Fisik, Harga, Produksi, dan Penerimaan
Berdasarkan hasil penelitian, produksi dari usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai selama masa penelitian adalah sebanyak 383,80 bungkus dengan harga Rp 7000,00 per bungkus diperoleh penerimaan kotor sebesar Rp 2.686.600,00. Untuk  lebih jelasnya mengenai hasil produksi dapat dilihat pada lampiran 17.


5.5.   Analisis Pendapatan
Analisa pendapatan adalah suatu analisa yang di gunakan untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang di peroleh pengrajin gula aren untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang di peroleh pengrajin gula aren dari usaha yang dijalankan, dengan melihat analisa tersebut pengrajin gula aren yang menjalankan usahanya akan dapat mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperolehnya selama menjalankan usaha pengolahan gula aren tersebut.
Dari hasil pengolahan data pada usaha pengolaha gula aren selama 4 minggu ( 1 bulan periode produksi ) di Desa Semuntai penerimaan yang di peroleh pengrajin gula aren adalah sebesar Rp 2.686.600,00 per bulan dengan  total biaya yang dikeluarkan oleh pengrajin gula aren adalah sebesar Rp 1.893.476,48 per bulan sehingga pendapatan bersih yang diperoleh pengrajin gula aren di Desa Semuntai adalah sebesar Rp 793.123,52 per bulan.Untuk lebih jelasnya mengenai per hitungan analisa pendapatan pengolahan gula aren di Desa Semuntai dapat di lihat pada lampiran 18.
5.6.   Analisa Kelayakan Usaha
Perhitungan mengenai kelayakan usaha pengolahan gula aren di lokasi penelitian adalah menggunakan analisa (R/C ratio) dengan pendekatan total biaya dan total penerimaan.
5.6.1.   Total Biaya (Total Cost)
Total Cost ( TC ) atau total biaya adalah merupakan hasil dari penjumlahan antara Total Fixed Cost ( TFC ) dengan Total Variabel Cost ( TVC ). Analisa ini di gunakan untuk mengetahui total biaya yang di perlukan oleh pengrajin gula aren selama 4 minggu (1 bulan periode produksi) di Desa Semuntai.
Berdasarkan hasil analisis, nilai total biaya  yang di peroleh pengrajin gula aren dilokasi penelitian adalah rata-rata sebesar Rp 1.893.416,48 per bulan. Lebih jelasnya tentang total biaya yang di keluarkan pengrajin gula aren dapat dilihat pada lampiran 16.
5.6.2.   Total Penerimaan ( Total Return )
Total penerimaan adalah perkalian antara produksi gula aren yang diperoleh pengrajin dengan harga jual gula aren. Analisa ini digunakan untuk mengetahui perolehan total penerimaan pada usaha pengolahan gula aren selama 4 minggu (1 bulan periode produksi) di Desa Semuntai.
Berdasarkan hasil analisis nilai total penerimaan pada usaha pengolahan gula aren adalah sebesar Rp 2.686.600,00 per bulan. Lebih jelasnya perhitungan total penerimaan yang diperoleh pengrajin gula aren dapat dilihat pada lampiran 17.
5.6.3.   Return Cost Ratio
R/C Ratio adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak. Maka dapat digunakan perhitungan dengan cara  membandingkan total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Dengan ketentuan jika nilai R/C > 1 maka usaha yang dilakukan adalah layak, sebaliknya jika nilai R/C  < 1 maka usaha yang dijalankan tidak layak.
Dari hasil perhitungan analisis kelayakan usaha pengolahan gula aren selama 4 minggu (1 bulan periode produksi) di Desa Semuntai menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio sebesar 1,4. Ini berarti apabila pengrajin gula aren mengeluarkan biaya produksi  sebesar Rp 1 maka akan menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp 1,4 atau diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 0,4. Lebih jelasnya perhitungan R/C dapat dilihat pada lampiran 19.
5.7.   Analisa Titik Impas ( BEP )
Analisa Break Even Point ( BEP ) adalah suatu analisis ekonomi untuk menghitung terjadinya titik impas atau kembalinya modal dari usaha tersebut. Dalam menentukan analisa Break Even Point ini pada suatu usahatani dapat dilihat dari volume produksi dan jumlah penerimaan atau hasil penjualan yang diperoleh produsen.
Dari hasil penelitian terhadap usaha pengolahan gula aren selama 4 minggu ( 1 bulan periode produksi ) di Desa Semuntai nilai Break Even Point ( BEP ) dilihat dari volume produksi sebesar 37 bungkus per bulan. Jika dilihat dari jumlah penerimaan atau hasil penjualan sebesar Rp 254.287,75 per bulan. Dengan nilai tersebut pada usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai mencapai titik impas. Lebih jelasnya mengenai perhitungan Break Even Point dapat dilihat pada lampiran 20 dan 21, dan secara grafis titik impas ( BEP ) dapat digambarkan sebagai berikut.



TR/TC    (Rp)
 
           

Rp 2.686.600,00
 


TR
 
           
                                                                                                   






Rp 1.893.416,48
 



TC
 



Rp 1.812.024,40
 


TVC
 
                                                                                         





Rp 254.287,75
 
Text Box: BEP  

Rp 81.372,08
 


TFC
 
                                                                             



Q (bungkus)
 



384
 


37
 


0
 
                                                                            






Gambar 2. Kurva BEP Pada Usaha Pengolahan Gula Aren Selama 1 Bulan Di Desa Semuntai.

Pada gambar diatas usaha pengolahan gula aren yang dilaksanakan pengrajin di Desa Semuntai diperoleh nilai Break Even Point ( BEP ) dilihat dari Volume Produksi sebesar 37 bungkus per bulan atau dilihat dari hasil penjualan (penerimaan) sebesar Rp 254.287,75 per bulan, maka usaha pengolahan gula aren yang dilaksanakan pengrajin di Desa Semuntai selama 4 minggu (1 bulan) telah mampu melewati nilai Break Even Point (BEP). Apabila dilihat kembali dari penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 2.686.600,00 per bulan bahwa penerimaan kotor (TR) atau produksi (Q) yang diperoleh pengrajin gula aren selama 4 minggu (1 bulan) di Desa Semuntai telah menghasilkan keuntungan.




















BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.   Kesimpulan
Berdasrkan analisis data pengrajin gula aren di Desa Semuntai Kecamatan Longikis Kabupaten Paser, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.   Dengan hasil produksi yang dicapai setiap bulan sebesar 383,80 bungkus dengan harga jual Rp 7.000,00 sehingga, diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 2.686.600,00 dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.893.044,40 dengan pendapatan bersih sebesar Rp 793.123,52.
2.   Dari hasil perhitungan analisis kelayakan usaha pengolahan gula aren selama ( 1 bulan periode produksi di Desa Semuntai menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio yang diperoleh pengrajin rata-rata 1,4. Usaha pengolahan gula aren lebih besar dari 1 ( >1 ), berarti usaha tersebut layak untuk diusahakan.
3.   Berdasarkan analisis Break Event Point ( BEP ) diperoleh hasil bahwa usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai adalah untuk BEP produksi  sebesar 37 bungkus dengan BEP penerimaan kotor ( TR ) sebesar Rp 254.287,75 dan BEP harga sebesar Rp 6.872,64.



6.2.   Saran
1. Untuk menjaga agar kegiatan usaha produksi gula aren tetap terus berjalan maka, diupayakan untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku gula aren sebaiknya pengrajin membudidayakan atau meremajakan tanaman tersebut. Karena selama ini keberadaan tanaman aren tersebut tumbuh secara alami tanpa adanya pemeliharaan secara intensif.
2.  Adanya kerjasama dengan dinas terkait dengan pengrajin gula aren untuk mengembangkan tanaman aren dan juga upaya peningkatan dalam proses produksi yang lebih baik lagi.
3.   Harapan kami mahasiswa terhadap kegiatan usaha produksi gula aren yang sudah ada, untuk tetap optimis kedepannya dalam menjalankan usaha tersebut, karen tanaman aren ini sifatnya turun-temurun apabila pengrajin menekuni pekerjaan ini dengan baik maka hasilnya juga lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Drs. Agus, 1983. Management Prodksi edisi 3. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Firdaus, Muhammad, 2008. Manajemen Agribisnis. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajat, 2000. Metode Kuantitatif. Penerbit AMPYKPN, Yogyakarta
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Rosyidi, Suherman, 2001. Pengantar Teori Ekonomi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Safari, Achmad, 1995. Teknik Membuat Gula Aren. Penerbit Karya Anda, Surabaya.

Soegiri. J, Nawangsari, 2006. Tanaman Berkhasiat Indonesia Volume 1. IPB Press, Bogor.

Soekartawi. dkk,1986.Ilmu Usahatani dan Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UI- Press, Jakarta.

Soekartawi, 1995. Analisa Usahatani. Penerbit Rajawali Press. Jakarta.
Soekartawi, 2002. Analisis Usaha Tani. Penerbit UI- PRESS. Jakarta.
Sukanto, Reksohadiprodjo dan Indiro Gitusudarmo, 1993. Manajemen Produksi Edisi 4. BPFE, Yogyakarta.

Sunanto, Hatta., 1993. Aren, Budidaya dan Multigunanya. Kanisius, Jogyakarta.
Suratiyah, Ken, 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Umar, Husein, 2005. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Umar, Husein, 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Penerbit PT. Raja Grofindo Persada, Jakarta.

Wirartha, I Made, 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Andi, Yogyakarta.